BAB 18

1027 Kata
Sesampainya di istana, aku langsung memerintahkan Chloe, Eric, dan Amanda untuk segera masuk ke dalam gerbang dan pintu utama, mereka tampak kagum dengan segala kemewahan dan kemegahan dari suasana dalam istana. Semua pelayan dan prajurit menyambut mereka dengan ramah, dan banyak bangsawan-bangsawan yang sedarah denganku tampak terkejut melihat kedatanganku bersama tiga orang asing. Tentu saja, dari pakaian yang dipakai oleh Eric, Chloe, dan Amanda, menunjukkan kalau tiga orang yang kubawa berasal dari kalangan non-bangsawan, tapi mereka tidak melakukan apa-apa padaku selain memberikan pandangan aneh dan bingung atas kedatanganku yang mendadak ini. Sepertinya mereka berpikir kalau aku selama ini mengurung di dalam kamar berhari-hari, padahal sebenarnya aku telah melakukan petualangan yang panjang bersama Chloe untuk menyelamatkan Eric dan Amanda. Chloe dan yang lain tidak nyaman jadi pusat perhatian, tapi mau bagaimana lagi, kehadiran mereka memang sangat mencolok di lingkungan yang serba glamor ini. Setelah berjalan panjang melewati koridor dan lorong yang panjang, akhirnya kami sampai di ruang takhta sang raja, alias ruang kerja ayah kandungku sendiri. Dia tampaknya sedang sibuk, mendengarkan seorang prajurit yang sedang bercerita panjang padanya tentang suatu hal yang terkait dengan perburuan penyihir. Aku langsung berdehem saat masuk ke ruangan itu, membuat suasana jadi hening, dan pandangan sang raja teralihkan padaku. Melihat anaknya datang ke ruangannya membuat dia sedikit terkejut, terutama itu adalah diriku sendiri, satu-satunya anak kandungnya yang jarang menemui dirinya terutama di momen-momen formal seperti ini. Menyadari itu, sang prajurit yang sebelumnya sedang mengobrol bersama ayahku, menunda penjelasannya dan mulai pamit permisi pada sang raja untuk pergi dari ruangan ini. Aku langsung membawa tiga sahabatku bersamaku, berdiri di hadapan ayahku yang merupakan sang raja dari negeri ini. Dia tampak bingung pada kemunculanku yang mendadak seperti ini, dan karena dia tidak tahu aku akan datang padanya, tidak ada yang memberi jadwal itu untuknya tentu saja. Sebab, semua orang yang bertemu dengan raja, harus mendaftar terlebih dahulu hari sebelumnya, karena banyak orang yang ingin bertemu langsung dengan sang raja, jadi hari-hari ayahku selalu sibuk. Sang Raja bertanya padaku, apa yang kuinginkan dengan membawa tiga orang asing di sampingku. Aku hanya tersenyum dan menjawab bahwa aku ingin dia mengizinkan Eric, Chloe, dan Amanda untuk tinggal di istana ini. Seketika ayahku tertawa terbahak-bahak, dan kemudian dia bilang bahwa itu mustahil, tidak sembarang orang bisa tinggal dan hidup di istana mewah seperti ini. Ayahku mengatakan bahwa hanya orang-orang yang ada kaitan keluarga degan sang raja yang diperbolehkan untuk tinggal dan memiliki kamar pribadi di istana ini. Karena muak dengan omongan itu, aku langsung saja bilang bahwa mereka adalah keluargaku yang sebenarnya. Mungkin benar, mereka tidak ada hubungan darah denganku, dan bahkan sebelumnya mereka hanyalah orang asing, tapi setelah dekat dengan mereka, mereka sangat baik dan bahkan rela mempertaruhkan nyawa untukku. Aku tidak ingin kehilangan orang yang sangat berharga seperti mereka, jika mereka dibiarkan hidup di luar, mereka akan menderita. Mereka telah melindungiku selama ini dan ikatan mereka sangat kuat denganku. Ayahku hanya diam untuk sementara, sepertinya dia masih bimbang harus bagaimana karena mau bagaimanapun ini adalah permintaan dari salah satu anaknya yang tertua, yang kelak akan menggantikan posisinya sebagai raja, itu artinya, secara tidak langsung, saat ini ayahku sedang mendengarkan permintaan dari raja masa depan. Tentu saja itu bukanlah keputusan yang mudah, sebab jika ayahku tidak menuruti kemauanku, maka aku pasti akan kabur dari istana ini, dan jika aku kabur, maka yang mewarisi takhta adalah anak laki-laki lain, karena ayahku hanya punya satu anak laki-laki, yaitu diriku, maka takhta tersebut akan diturunkan ke keponakannya yang nakal, sebab perempuan masih tidak diperbolehkan untuk menjadi pemimpin di negara ini. Dengan terpaksa, ayahku mengiyakan keputusanku. Aku tercekat mendengarnya, aku sangat-sangat bahagia, tidak menyangka semuanya akan semudah ini. Eric, Chloe, dan Amanda, mereka bertiga tampak gembira mendengar keputusan ayahku yang mengizinkan mereka untuk tinggal di istana ini. Aku langsung memerintahkan beberapa prajurit untuk mengantarkan mereka bertiga ke kamarnya masing-masing. Sebelum akhirnya, aku berbicara empat mata dengan ayahku. Aku bilang padanya bahwa keputusannya soal mengadakan perburuan penyihir adalah hal yang sangat bodoh dan payah, juga dapat memecah belah rakyat. Aku juga memperingatinya soal apa yang terjadi di Prancis dan jika ayahku masih meremehkan rakyat dan membuat mereka untuk saling membunuh, tinggal menunggu waktu saja mereka akan datang membunuh rajanya sendiri. Aku puas sekali melihat ekspresi ayahku yang cemas dan tegang saat aku mengatakan hal tersebut. Terkadang dia memang perlu membutuhkan ketegangan dalam hidupnya agar tidak terlena terus-menerus dengan harta dan kekuasaan. Tidak ada yang abadi, semua bisa lenyap kapan saja karena begitulah hidup. Sekarang, aku ingin menemui satu-persatu dari tiga sahabatku yang kini telah memiliki kamarnya masing-masing di istana. Aku bangga dan ikut bahagia melihat mereka gembira. Chloe bahkan tidak berhenti menganga saking kagumnya dengan kamarnya sendiri, sementara Eric hanya melotot tak berkedip, dan Amanda hanya tersenyum tipis dengan pipi yang merona. Aku sangat senang mereka bisa mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan selama ini, melihat sahabatku bahagia adalah pencapaian yang cukup besar dalam hidupku. Butuh proses yang panjang tapi itu tidak apa-apa karena hidup bukanlah sebuah kompetisi dan seharusnya manusia itu memang begitu. Aku dan Chloe berbicara empat mata di malam hari saat suara serigala meraung-raung di hutan. Chloe bilang padaku bahwa dia cukup terharu dan sangat berterima kasih padaku karena telah membawanya ke istana, ini adalah kehidupan yang paling sering ia impikan semasa dirinya masih kecil. Chloe ternyata selalu membayangkan dirinya tinggal di istana dan menjadi salah satu bangsawan di sana. Menyadari impiannya perlahan-lahan mulai terwujud membuat Chloe jadi sangat terharu dan bahagia. Chloe bahkan mengaku menangis berjam-jam di dalam kamarnya karena masih tidak percaya atas apa yang saat ini terjadi dalam hidupnya. Aku hanya bilang pada Chloe bahwa hidup itu tidak pasti, selalu ada kejutan dan terkadang impian bisa menjadi kenyataan. Sekecil apapun kemungkinannya, jika kita berusaha keras dan memiliki sedikit keberuntungan, impian kita pasti terwujud. Selain itu, Chloe juga mengaku masih sering diberi tatapan sinis dari bangsawan-bangsawan lain yang sering berlalu-lalang di lorong-lorong istana. Aku hanya bilang abaikan saja, mereka memang seperti itu, bahkan aku saja sampai sekarang masih diberi tatapan seperti itu meski itu berasal dari sebagian kecil dari mereka. Selalu ada orang yang membenci dan tidak menyukai kita, di manapun kita berada, jadi aku harap Chloe mau berdamai dengan semua itu dan bisa memulai hidup dengan santai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN