BAB 17

2008 Kata
Aku juga tidak ingin jika sekedar memasukkan mereka ke dalam istana dan menyembunyikan mereka selama bertahun-tahun di sana dari keluargaku, itu sama saja seperti penculik yang mengurung korbannya di basemen. Jadi aku berpikir kenapa tidak membuat mereka seolah-olah adalah tamu yang sangat penting di Kerajaan, seperti misalnya, para bangsawan dari kerajaan lain bertamu sehingga semua orang yang ada di istana akan menyambut dan ramah terhadap Chloe, Eric, dan Amanda. Aku tersenyum lebar saat memikirkan itu, itu adalah ide yang sangat cemerlang yang pernah kupikirkan selama ini. Kenapa aku tidak mendapatkan ide sebagus itu dari dulu, ya? Padahal bisa saja Eric juga kujadikan seperti itu agar aku dan Eric bisa bermain dengan santai tanpa harus ketakutan terhadap para prajurit yang sedang berpatroli di istana. Mungkin karena dulu aku masih polos, maksudku aku masih anak-anak sehingga otakku masih belum mampu menciptakan ide-ide secemerlang itu. Aku mulai mengatakan semua itu pada Chloe, Amanda, dan Eric saat aku sudah sampai di hotel setelah berbelanja banyak hal dari pasar. Mereka terlihat sangat antusiasi, kecuali Eric yang masih merasa keberatan soal semua ide-ideku, tapi dia tidak terang-terangan menunjukkan keberatannya sehingga dari luar dia seperti setuju-setuju saja pada semua ideku. Mungkin jika dia mengungkapkan alasan keberatannya, itu akan membuatnya jadi pusat perhatian oleh Chloe dan Amanda, dan aku tahu Eric tidak suka. Setelah Chloe dan Amanda pergi ke kamarnya masing-masing, Eric masih ada di kamarku, sedang duduk gelisah sembari matanya terus memicing padaku, sementara aku mencoba untuk mengabaikannya dengan sibuk membereskan barang-barang untuk persiapan besok. Kemudian, Eric langsung bersuara, lagi-lagi, mengungkapkan rasa keberatannya dengan suara yang berat, dia tahu aku terkadang sangat egois, tapi kali ini dia seperti benar-benar memohon padaku untuk tidak memaksanya pergi denganku ke istana. Karena saking kesalnya, aku langsung menoleh padanya dan berseru dengan berkata bahwa aku tidak mau berpisah lagi dengannya, aku juga tidak ingin dia mengalami hal yang sama seperti kemarin, sekarang aku ingin melindunginya dari apapun yang dapat jadi ancaman untuknya karena aku sangat menyayanginya. Mungkin dia masih belum menyadarinya, tapi aku sudah menganggap Eric seperti anggota keluargaku sendiri, karena itulah aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya lagi. Eric hanya terkejut dan terdiam mendengar semua seruanku, dia sepertinya sedang mencerna setiap kata-kataku di dalam kepalanya sementara aku kembali menyibukkan diriku dengan membereskan barang-barang seperti tadi. Kemudian, Eric membalas itu semua dengan mengatakan bahwa dia senang dan bersyukur karena aku memiliki niat untuk melindunginya, tapi dia bersikeras padaku bahwa dia bisa melindungi dirinya sendiri dan aku tidak perlu mengkhawatirkannya. Aku langsung mendekat dan memelototi Eric dengan sangat tajam, sambil berkata bahwa terserah saja, jika dia memang sangat ingin pergi meninggalkanku, silahkan, tapi aku itu akan membuatku sangat marah dan aku tidak ingin menganggapnya sebagai sahabatku lagi. Aku mengatakan itu sambil meneteskan air mata, dan Eric tidak tega melihatku menangis sehingga dia langsung berdiri dan memelukku dengan sangat erat. Tangisanku semakin menjadi dan pelukan Eric jadi semakin erat, sangat erat dari sebelumnya. Kemudian dengan berbisik, dia bilang bahwa dia akan mengikutiku, dia tidak akan pergi meninggalkanku lagi, dan aku tersenyum bahagia. Kami masih dalam pose saling berpelukan dalam waktu yang cukup lama sebelum akhirnya Chloe datang ke kamarku tanpa permisi, dan tidak sengaja melihatku dan Eric sedang berpelukan di sana. Chloe langsung buru-buru pergi dari kamarku, dan kami hanya tertawa saat menyadari itu. Keesokan harinya, aku, Eric, Chloe dan Amanda sudah bersiap untuk pergi meninggalkan hotel untuk ke istana. Kami sudah mengemas semua barang-barang dan kami saat ini sedang menunggu kendaraan yang sudah kami pesan. Yap, kali ini aku tidak akan menunggangi kuda seperti sebelumnya saat bersama Chloe, kami sudah menjual kudanya dan menggantinya dengan menyewa kereta kuda. Sama-sama memakai kuda, tapi berbeda karena sekarang kami tidak perlu duduk di kuda sepanjang waktu, melainkan di bagian keretanya sehingga kami bisa duduk dengan nyaman di kursi yang empuk dan terhalang dari panas, hujan, atau hawa dingin malam hari karena ada atapnya. Setelah kereta kuda pesanan kami sudah sampai, kami langsung masuk ke dalam kereta, satu-persatu. Entah kenapa rasanya sangat melegakkan saat kereta yang kami tumpangi mulai bergerak dengan perlahan. Aku senang karena akhirnya aku bisa pulang dengan membawa Eric, Chloe, dan Amanda ke istanaku. Sekarang aku bisa tenang karena tidak lagi mengkhawatirkan soal mereka. Eric mulai memecahkan keheningan dengan menceritakan kisah-kisah lucu dari pengalaman hidupnya, aku, Chloe, dan Amanda tertawa terbahak-bahak dan kami benar-benar terhibur atas semua yang diceritakan olehnya. Eric memang sangat pandai membuat orang-orang di sekitarnya tertawa, dia itu sangat humoris dan konyol, tapi di sisi lain, dia juga sangat serius dan kaku. Itulah mengapa aku sangat menyayangi Eric, karena dia selalu berhasil membuatku merasa nyaman dan tenang, tanpa kehadirannya, hidupku sangat menyedihkan dan aku tidak ingin hidup tanpa mendengar kisah-kisah lucu yang diceritakan oleh Eric. Sementara itu, aku melihat Chloe juga jadi mudah tersenyum dan tertawa setelah mengenal Eric, aku benar-benar tidak menyangka orang seperti Chloe bisa berubah sedrastis itu padahal sebelumnya dia sangat menakutkan, bahkan sepertinya untuk disentuh saja, dia bisa menggigit dengan keras. Tapi Eric berhasil menjinakkan Chloe sehingga gadis itu jadi lebih mudah diajak ngobrol bahkan aku sekarang sudah jarang dibentak-bentak lagi olehnya. Sementara Amanda, aku bisa melihatnya, dia adalah gadis yang sangat pendiam dan pemalu, jarang sekali dia berbicara, dia sepertinya lebih nyaman menjadi seorang pendengar dan penyimak pembicaraan dan itu tidak masalah karena itu membuatnya jadi terkesan imut dan menggemaskan. Amanda sangat menyayangi Chloe, begitu juga sebaliknya, aku terharu melihat keakraban dua gadis itu, mereka sangat lucu dan unik, dua orang yang kepribadiannya saling bertolak belakang, menjalin persahabatan yang sangat dekat. Aku juga merasakan hal yang sama dengan Eric. Kami berdua saling menyayangi dan kepribadian kami juga saling berlawanan, tapi itu tidak membuat kami berpisah, justru itu membuat persahabatan kami jadi semakin kuat karena perbedaan terkadang adalah obat untuk menguatkan ikatan persahabatan. Entahlah, tapi aku sangat bersyukur karena bisa dipertemukan lagi dengan Eric, aku sangat bahagia karena semua yang telah kulalui, tidak berakhir sia-sia. Eric sangat berharga bagi hidupku, dan dia juga sama sepertiku, menganggapku sangat berharga dalam hidupnya. Itulah kenapa kami selalu bisa memahami perasaan masing-masing, tapi bukan berarti kami jarang bertengkar, sama seperti kemarin, aku sering beradu pendapat dan berdebat panjang dengan Eric, tapi itu tidak membuat persahabatan kami jadi merenggang, karena justru sebaliknya. Sudah setengah perjalanan dan aku sudah mulai mengantuk, padahal ini masih siang bolong. Aku lihat Chloe dan Amanda juga sudah terlelap di kursi mereka masing-masing. Sementara itu, Eric tampak sedang memandang pemandangan yang tersaji dari jendela kereta di samping tempat duduknya. Sorot matanya tampak begitu damai dan penuh kehangatan, dia seperti anak kecil yang baru diajak jalan oleh orang tuanya. Aku menepuk pundaknya dan dia langsung menoleh padaku dan bertanya ada apa, aku hanya menjawab bahwa mukanya sangat lucu saat berekspresi begitu, dan dia hanya cemberut dengan mengembungkan pipinya. Rasa kantukku entah kenapa mulai lenyap saat aku bercanda dengan Eric, dia memang paling ahli untuk membuatku segar kembali. Lalu kami berdua mulai bernostalgia, membahas dan membicarakan kisah-kisah masa lalu di saat kami bermain bersama di istana saat masih kecil. Eric mengatakan bahwa itu adalah masa-masa paling membahagiakan dalam hidupnya saat dia yang berasal dari kalangan kumuh bisa bermain di tempat megah dan mewah istana kerajaan denganku. Aku juga mengatakan padanya bahwa itu juga adalah masa-masa yang juga paling membahagiakan dalam hidupku karena bisa memiliki teman seperti Eric. Aku bilang padanya bahwa sebelum bertemu dengan dirinya, hari-hariku sangat sepi dan membosankan, aku sangat kesepian setiap hari. Semua orang di keluarga bangsawan sangat individualis, termasuk saudara-saudara kandungku. Mereka semua lebih suka bermain di kamar mewahnya masing-masing ditemani oleh pelayan, aku juga punya pelayan pribadi dan dia selalu menemaniku bermain, tapi aku ingin bermain dengan anak-anak yang sebaya denganku. Bermain setiap hari dengan pelayan yang usianya jauh lebih tua dariku sangat membosankan, pola pikir kami saling bertentangan, dan orang-orang dewasa terlalu rasional dalam memandang berbagai hal, tidak cocok bersama anak kecil yang masih senang berimajinasi. Aku sudah berukali-kali merengek pada orang tuaku agar aku diberikan anak lain untuk bermain bersama denganku, tapi mereka mengabaikanku. Mereka menganggap tangisanku hanyalah fase biasa dari anak kecil sehingga mereka tidak menganggap keinginanku dengan serius. Itu sangat menyakitiku karena apa yang kukatakan adalah apa yang sangat kuinginkan sedari dulu. Tapi dengan jahatnya ibu dan ayahku tidak mendengarkan keinginanku. Eric yang mendengar itu mengusap-usap bahuku. Aku hanya kesal saat mengingat masa-masa suram itu. Tapi semua berubah saat anak asing muncul di pekarangan istana, tepatnya di depan jendela kamarku dan itu adalah Eric. Sejak itulah, aku dan Eric jadi sering bermain bersama dan aku selalu memerintahkan pelayan untuk tidak masuk ke dalam kamar, karena aku ingin bermain sendiri, padahal sebenarnya ada Eric di dalam kamarku, dan aku bermain bersamanya sepanjang waktu. Aku yakin para pelayan juga senang dengan keputusanku karena akhirnya mereka tidak perlu lagi menemaniku bermain yang pada dasarnya mereka membenci melakukan hal-hal semacam itu. Apapun itu, aku sangat berterima kasih pada takdir yang telah mempertemukanku dengan Eric, tanpa itu, mungkin hingga saat ini aku tidak akan pernah bisa memiliki teman, dan tidak bisa bertemu dengan Chloe dan Amanda, dan mungkin tidak peduli soal perburuan penyihir karena merasa itu tidak ada kaitannya denganku. Intinya, jika aku tidak bertemu dengan Eric, aku akan berakhir menjadi bangsawan yang dingin, angkuh, dan sombong sama seperti keluargaku. Bisa memiliki teman dari kalangan lain adalah anugerah karena itu bisa memperluas wawasan dan pandangan terhadap banyak hal. Aku sangat bangga karena memiliki teman seperti Eric. Semoga Eric juga bangga memiliki teman sepertiku. Aku tidak terlalu berharap lebih karena aku tahu semua orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, hanya saja aku sangat ingin agar semua orang bisa diterima dimanapun, termasuk di dalam istana, terlepas apapun latar belakang mereka. Eric tersenyum saat aku mengatakan hal itu, dia tampak terharu pada setiap yang kuucapkan. Tiba-tiba kereta berguncang, mungkin karena menabrak kerikil yang cukup besar, tapi itu membuat posisiku dengan Eric jadi berubah dari tadinya saling menyamping jadi saling berhadapan dan itu benar-benar membuatku kaget, dia juga sama kagetnya denganku. Kami kemudian kembali membenarkan posisi kami dan saat kusadari, Chloe dan Amanda sudah bangun, mungkin itu karena guncangan barusan. Wajah mereka tampak begitu kusut karena baru saja terbangun dari tidur yang cukup nyenyak. Aku dan Eric hanya terkekeh saat melihat ekspresi mereka yang sangat konyol. Menyadarinya, Chloe dan Amanda segera membereskan penampilan mereka dan dalam waktu beberapa detik, wajah mereka kembali nomal seperti sebelumnya. Kemudian Chloe bertanya berapa lama lagi kita sampai di istana, aku menjawab mungkin sekitar beberapa jam lagi, tapi masih lama karena jaraknya memang cukup jauh dari Paris. Bukankah Chloe tahu sendiri soal jarak tersebut, dia lebih hafal dariku, mungkin itu hanya basa-basi agar situasi tidak canggung. Eric kemudian bertanya pada Chloe apakah dia juga berasal dari kalangan bangsawan sepertiku, dengan tegas gadis itu menjawab tidak sembari mendecih. Dia menampakkan diri bahwa dia tidak sudi menjadi bagian dari kaum bangsawan yang menjijikan itu. Aku hanya tertawa kecil, karena aku tahu itu hanya sentimennya saja, bukan berarti Chloe membenci semua bangsawan, buktinya dia bersikap baik padaku, padahal aku adalah seornag bangsawan. Sayangnya, Eric masih tidak mengerti, dan dia menegur Chloe untuk menjaga bahasanya karena di sini aku adalah seorang bangsawan. Lalu Chloe membalas bahwa dia tahu dan dia tidak peduli soal itu karena dia memang pada dasarnya memang membenci para bangsawan. Eric masih tidak terima pada hal tersebut. Amanda dengan lembut menasehati Chloe untuk mengalah, dan meminta maaf karena itu memang dapat menyakiti perasaanku. Sedangkan aku justru menegur Eric untuk tidak salah paham, tidak ada salahnya Chloe punya pemikiran semacam itu karena para bangsawan memang jahat dan kejam. Aku juga punya sentimen yang sama seperti Chloe jadi itu tidak perlu dikhawatirkan. Setelah mendengar itu, Eric hanya menghela napasnya dan mencoba untuk mendinginkan dirinya. Dia juga meminta maaf pada Chloe karena telah marah, Chloe juga meminta maaf pada kami karena telah bersikap kasar. Amanda dan aku hanya tersenyum karena dua sahabat kami akhirnya bisa meminta maaf secara bersamaan. Sepertinya aku dan Amanda seperti penetralisir dari sahabat kami yang cukup pemarah dan bersumbu pendek. Chloe menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata bahwa ini adalah pertama kalinya dia meminta maaf pada orang lain selain Amanda, dan itu cukup membuatnya keberatan melakukan hal itu, tapi karena Amanda mendesak, jadi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN