Setelah acara tadi pagi bersama keluarga, kini Via memutuskan untuk bertemu kangen dengan Silvi sahabat lamanya di Kafe. Tapi sebelum itu dia kembali beradu mulut dengan Jason, pasalnya Via ingin meminjam mobil milik kakak lelakinya itu namun sepertinya Jason juga sedang mempunyai acara.
Alhasil Via berangkat ke Kafe menggunakan Taxi Online.
Kafe ...
"Huwaaaaaa Babiii. " Panggil Silvi saat melihat Sivia memasuki pintu Kafe.
Sivia terkekeh mendengar panggilan sahabatnya itu, "berisik babi. " Ujar nya menghampiri Silvi.
"Sini peluk dulu Beib. " Seru Silvi merentangkan kedua tangannya, "huwaaa gue kangen banget... Udah dua tahun gak face to face. " Rengek Silvi mengeratkan pelukannnya.
"Tiap hari kan lo VC gue dodol. " Gerutu Sivia melepaskan pelukan sahabatnya itu kemudian duduk.
"Lo makin cantik babe. " Seru Silvi memperhatikan wajah Sivia.
"Yang bener kalo manggil, mau panggil Babi, Beib, atau Babe. " Ketus Sivia.
"Hehe... Random aja biar nyaman. " Kekeh Silvi, "biasanya juga gue kan manggil random. " Tawa Silvi.
"Baru pesen minum? " Tanya Sivia.
"Iya nih, mau minta traktir dari lo. " Cengir Silvi.
"Sialan." Umpat Sivia kemudian berjalan menuju tempat pemesanan.
"Biasa ya Vi. " Teriak Silvi kencang, membuat perhatian pengunjung Kafe tertuju padanya.
Tak lama kemudian Sivia kembali membawa pesanannya dan Silvi, "nih."
"Makasih Tie. " Seru Silvi.
"Apaan tuh? " Tanya Sivia.
"Bestie.. Tie. " Kekeh Silvi.
"Bisa aja lo. "
“Gue denger lo di sini udah tiga hari yang lalu, kok baru ngabarin gue hari ini sih?” Gerutu Silvi menatap Via kesal.
Via sedang asyik mengaduk minuman di depannya, “kata siapa sih?” Tanya Via balik pada Silvi, “berani banget gagalin rencana gue.” Omel Via kesal.
“Emang apa rencana lo?” Tanya Silvi.
“Tadinya gue mau bikin kejutan buat lo.” Ketus Via, “tapi gak jadi karena lo udah hubungin gue duluan, tapi... ya udah lah gak papa.” Ujar Via seraya menyeruput minumannya.
Silvi pun mengangguk – nganggukkan kepalanya, "gue dikasih tahu Bang Al sih. " Ujar Silvi.
Sivia menatap Silvi kaget, "Bang Al punya kontak lo emang? " Tanya Sivia.
"Gak tahu. " Kekeh Silvi.
"Lah terus gimana? " Tanya Sivia.
Silvi mengeluarkan cengirannya, "gue yang hubungin Bang Al duluan sih, abisnya lo gak ada kabar udah tiga hari ini. " Cengir Silvi, "gue kan khawatir sama lo, apalagi nyampe dirawat di rumah sakit gitu. "
"Hm.. Gue juga gak inget naroh ponsel di mana setelah kejadian kena bola basket di sekolah. " Jelas Via.
"Ck... Lo gak tahu aja gimana khawatirnya Bang Kelvin sama Bang Ariq pas denger kabar kalo lo di rumah sakit. " Celoteh Silvi, "Bang Ariq yang lagi rapat sama ketua ekstra auto keluar kelas nyusul Bang Jason tiba - tiba lari panik karena dapet telpon dari Bang Al. " Jelas Silvi.
"Serius? " Tanya Sivia kaget.
Silvi menganggukkan kepalanya, "beuh Bang Kelvin yang keren banget mah Vi. " Seru Silvi.
"Gimana? " Tanya Sivia.
"Dia lagi latihan basket sama anak yang lain, terus Bang Jason nyamperin karena dipanggil. Pas denger lo pingsan Bang Kelvin langsung nyuruh Bang Jason buat pesenin tiket dong, dia kalut banget nyampe minta pesenin tiket buat ke London. " Jelas Silvi menceritakan kejadian beberapa hari yang lalu.
Sivia terkekeh pelan, "lo paling bisa ngada - ngada. " Kekeh Sivia.
"Serius Vi... Jangan bilang lo belum tahu juga kalo Bang Kelvin sama Bang Ariq ikut jemput lo kemarin. " Ketus Silvi tiba - tiba kesal.
"Lah iya? " Tanya Sivia kaget, "sumpah ya Vi, gue pulang ke sini aja kagak sadar. " Ucap Sivia.
"Gak sadar gimana? " Tanya Silvi.
"Ya terakhir gua inget... Malem itu gue sama Al mau ke Basecamp, karena gue ngantuk ya langsung tidur di mobil. " Ujar Sivia, "pas bangun - bangun tadi udah di Indonesia."
"Ck." Decak Silvi kesal, "mereka bertiga sengaja ngasih lo obat tidur biar kagak berontak nanti pas mau ke Bandara. " Jelas Silvi membuat Sivia kesal.
"Sialan." Umpat Sivia, "pantesan aja gue kayak orang linglung. " Lanjutnya sembari menyeruput minumannya.
“Vi.” Panggil Silvi.
“Kenapa?”
“Emm, kata si Amber lo hampir ketahuan polisi di sana ya Vi?” Tanya Silvi hati – hati.
Silvia memijat pelipisnya perlahan, matanya tak sengaja menangkap sosok di depannya tengah memperhatikan dirinya.
“Lo masih ada hubungan sama anak itu?”
Silvi mengangguk, “Lo yang ngenalin dia sama gue kan?” Tanya Silvi membuat Via terdiam.
“Lo tahu hal yang paling gue sesalin selama ini?” Tanya Via.
Silvi menggeleng tidak tahu seraya menatap ke arah Via.
“Gue nyesel udah kenalin lo sama Amber, kenapa lo harus kenal anak itu sih? Kenapa juga gue kenalin dia ke lo?” Lirih Sivia pelan.
“Udah lah, semuanya udah lewat. Gue juga udah baikan gini, tinggal lo aja yang....” Ucapan Silvi terhenti.
Via memandang Silvi sendu, “ini hidup gue, semua yang ngusik hidup gue harus terima konsekuensinya.”
Silvi menghela nafasnya, "gue tuh mau kita akur kayak dulu lai. " Lirih Silvi memandang wajah Sivia, "gue mau kita barengan lagi bertiga. "
Sivia menatap Silvi balik seraya menggelengkan kepalanya, "gak bisa." Lirih nya, “lo tahu? Siapa yang udah bikin gue di D.O dari sekolah?” Tanya Sivia.
Silvi menggelengkkan kepalanya, “gak tahu, ini baru mau nanya. Siapa emang? Berani banget dia fitnah lo kayak gitu.” Gerutu Silvi, "kasih tahu gue Vi siapa yang udah fitnah lo, terus katanya dia cuman mau jailin lo doang kan. Sialan emang tu orang. " Umpat Silvi entah kepada siapa.
Via pun hanya tersenyum mendengar ucapan Silvi, “suatu saat lo bakalan tahu.” Ucap Sivia menatap sosok yang baru saja datang bersama teman - temannya.
Tatapan Via tak pernah lepas dari sosok yang baru saja mendudukkan dirinya di sebrang sana, sudah dua tahun ini dia tak melihat lelaki yang sudah mengambil ciuman pertama miliknya.
“Lo pindah ke sekolah gue ya, biar kita barengan di kelas.” Pinta Silvi.
Tanpa sadar bibirnya ikut tertarik ke atas saat matanya menangkap lelaki itu tengah tertawa lepas yang entah karena alasan apa.
“Gue udah daftar kesana kok, tinggal masuk.” Ucap Via masih memandang sosok di sebrang sana,
“Bagus deh, biar gue bisa ikut jagain lo juga.” Ujar Silvi tersenyum menatap Via.
“Lo sahabat gue, kita sejajar. Jangan pernah berani maju selangkah buat jagain gue dan jangan diem di belakang buat halangin mereka yang mau hancurin gue dari belakang.” Ujar Via penuh makna.
Silvi tiba – tiba memeluk Via dari depan, “makasih, makasih banget udah anggap gue sahabat lo.” Ujar Silvi seraya menatap Via dengan mata yang berkaca – kaca.
Via mengabaikan ucapan Silvi, dia masih menatap ke arah sebrangnya.
“Lemah gue kalo liat cowok pake kaos item terus ketawa lepas kek gitu.” Gumam Via tanpa sadar.
“Siapa yang ketawa lepas liat cowok item?” Tanya Silvi tak sengaja mendengar gumaman Via.