16 - Pasrahnya Melinda.

2508 Kata
Dengan susah payah, Melinda mencoba untuk menghindari ciuman dari Jonathan meskipun pada akhirnya gagal. Jonathan menahan tengkuk Melinda menggunakan tangan kanannya, jadi Melinda tidak bisa menghindari ciuman Jonathan. Kedua tangan Melinda bertumpu di bahu kekar Jonathan, sekuat tenaga Melinda mendorong tubuh Jonathan supaya menyingkir dari hadapannya, tapi nyatanya, Jonathan sama sekali tidak bergeser. Melinda memang kuat, tapi Jonathan jauh lebih kuat. Tenaga keduanya tidak sebanding. "Be-berhenti," pinta Melinda terbata. Jonathan menuruti kemauan Melinda. Jonathan berhenti mencium bibir Melinda yang sekarang sudah membengkak, tapi dengan gerakan cepat, Jonathan menurunkan ciumannya menuju leher jenjang Melinda. Jonathan sedang mencoba untuk merangsang Melinda, membangkitkan gairah Melinda. "Jonathan, berhenti!" Melinda akhirnya berteriak. Teriakan Melinda mengejutkan Jonathan. Jonathan menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Melinda. "Kamu marah?" tanyanya pelan. "Apa Anda sadar dengan apa yang baru saja Anda lakukan pada saya?" Melinda menatap tajam Jonathan. "Saya tidak sedang mabuk, jadi saya menyadarinya, Melinda. Dan perlu kamu ketahui, kalau saya sepenuhnya sadar dengan apa yang baru saja saya lakukan sama kamu." "Sebenarnya apa yang Anda inginkan dari saya?" Melinda kembali berteriak tepat di depan wajah Jonathan. Melinda sudah tidak peduli lagi pada imagenya, biarkan saja pria di hadapannya ini menganggapnya sebagai wanita tak punya malu, wanita tak sopan, atau anggapan lainnya. Jonathan mundur 2 langkah, menatap lekat Melinda dengan kedua tangan yang kini bersedekap. "Kamu mau tahu apa yang saya mau dari kamu?" tanyanya remeh. Dengan cepat, Melinda mengangguk. "Iya. Jadi cepat katakan pada saya apa yang Anda inginkan, Tuan Jonathan." "Saya tidak mau mengakhiri hubungan saya dengan kamu, Melinda. Itulah yang saya inginkan." Melinda menatap tajam Jonathan. "Maksud Anda apa?" tanyanya dengan amarah yang terlihat jelas di kedua matanya. "Kamu tidak mengerti ucapan saya, ya?" Jonathan bertanya dengan nada mengejek. Melinda diam. Melinda sebenarnya tahu apa yang Jonathan inginkan dirinya. "Saya tidak mau mengakhiri hubungan saya dengan kamu, Melinda." Jonathan mengulangi ucapannya. "Tuan Jonathan yang terhormat, perlu saya tegaskan jika tidak pernah ada hubungan di antara kita berdua," ucap Melinda penuh penekanan. Malam itu, ketika dirinya dan Jonathan melakukan hubungan seks, Melinda sama sekali tidak pernah berpikir jika ia ingin terus berhubung dengan Jonathan. "Kalau begitu, mulai sekarang kita bisa menjalin hubungan Melinda." Dengan santainya, Jonathan mengatakan kalimat tersebut. Melinda melotot, tak percaya dengan apa yang baru saja Jonathan katakan. Apa katanya? Mulai hari ini mereka bisa menjalin hubungan? Oh yang benar saja! Jonathan mendekati Melinda, menatap lekat kedua mata Melinda. "Kalau kamu tidak mau melanjutkan hubungan kita, maka saya akan benar-benar menyebar luaskan video syur kita pada seluruh awak media," bisiknya mengancam. "Silakan, lakukan saja, maka kita berdua akan benar-benar hancur." Melinda malah menantang Jonathan. Saat ini Melinda sedang emosi, jadi Melinda tidak bisa berpikir dengan jernih. "Apa kamu yakin kalau kita berdua akan sama-sama hancur, Melinda?" tanya Jonathan mengejek. "Apa kamu berpikir kalau saya tidak akan memblur wajah saya, dan tidak akan melindungi diri saya sendiri?" lanjutnya sambil menatap sinis Melinda dengan kedua tangan bersedekap. "Dasar pria gila!" Bukannya tersinggung begitu mendengar umpatan Melinda, Jonathan malah tersenyum lebar. "Dan kamu adalah penyebab saya menjadi gila." Melinda tahu kalau pria di hadapannya ini sangat gila, jadi Melinda memutuskan untuk tidak lagi mengatakan apapun pada Jonathan. Melinda tidak mau dirinya jadi ikutan gila. Melinda menuruni meja, lalu pergi meninggalkan ruang makan, diikuti oleh Jonathan yang berjalan tepat di belakang Melinda. "Ya ampun, apa yang sekarang harus aku lakukan?" Melinda seketika bingung, panik, sekaligus juga takut. Melinda yakin jika ancaman Jonathan bukanlah isapan jempol semata. Melinda perlu berpikir jernih, jadi Melinda memutuskan untuk istirahat. "Sebaiknya kamu pergi, aku mau istirahat." "Saya tidak akan pergi meninggalkan kamu sebelum kamu memberi saya jawabannya, Melinda." Melinda tidak menanggapi ucapan Jonathan. Melinda memasuki kamarnya, diikuti oleh Jonathan yang berjalan tepat di belakangnya. "Pergi b******k!" Teriak Melinda sambil melemparkan pas bunga yang ada di nakas ke arah Jonathan. Jonathan bisa menghindari lemparan Melinda, jadi pas bunga tersebut menghantam dinding. Pecahan dari pas bunga tersebut akhirnya berserakan di lantai. Apa yang Melinda lakukan membuat Jonathan terkejut, dan bukan hanya Jonathan yang terkejut, tapi Melinda juga sama terkejutnya dengan Jonathan. "Ya ampun, untung aja dia bisa menghindar." Melinda lega saat melihat Jonathan sama sekali tidak terluka. Melinda tak tahu, apa yang nanti akan terjadi pada dirinya jika sampai Jonathan terluka. Melinda ingin sekali meminta maaf, tapi logikanya mengatakan jika Jonathan memang pantas mendapatkannya. "Kamu pasti lelah, sebaiknya kamu istrirahat." Tanpa menunggu tanggapan dari Melinda, Jonathan keluar dari kamar Melinda. "Bagaimana kalau tadi dia terluka?" gumam Melinda sambil mengusap kasar wajahnya. Melinda benar-benar tidak menyangka jika dirinya akan melempar Jonathan dengan pas bunga. "Ok, gue memang benar-benar butuh istirahat." Melinda lantas membaringkan tubuhnya di tempat tidur, mengabaikan pecahan dari pas bunga yang saat ini berserakan di lantai kamarnya. Hari ini Melinda memang tidak pergi ke mana pun, tapi tetap saja, Melinda merasa sangat lelah, karena tadi Melinda sudah merapikan apartemennya, menata ulang beberapa letak barang yang ada di setiap penjuru apartemennya. Melinda berpikir jika Jonathan pergi meninggalkan apartemennya, padahal sebenarnya Jonathan tidak pergi. Jonathan memutuskan untuk berdiam diri di sofa ruang keluarga, memberi Melinda waktu untuk menyendiri. 30 menit kemudian, Jonathan kembali memasuki kamar Melinda, dan mulai membersihkan pecahan pas bunga yang berserakan di lantai. Setelah itu, Jonathan memutuskan untuk bersantai di sofa yang menghadap langsung ke arah tempat tidur Melinda. "Ngapain masih ada di sini?" Pertanyaan Melinda mengejutkan Jonathan, itu karena tadi Jonathan berpikir jika Melinda sudah tidur. Kelopak mata Melinda yang sebelumnya terpejam pun mulai terbuka. "Saya tidak akan pergi sebelum kamu mengiyakan kemauan saya, Melinda." Sebenarnya Jonathan memang tidak berniat pergi dari apartemen Melinda, dengan kata lain, Jonathan ingin menginap. "Apa saya bisa menolak pemintaan Anda, Tuan Jonathan?" Melinda bertanya ketus. "Tidak." Jonathan menjawab tegas pertanyaan Melinda. "Kalau begitu silakan pergi dari apartemen saya." Untuk saat ini, Melinda memutuskan untuk menuruti kemauan Jonathan. Nanti Melinda akan mencari cara untuk lepas dari Jonathan, dan Melinda berharap jika ia akan menemukan cara tersebut. "Saya masih merindukan kamu, Melinda." Melinda menatap tajam Jonathan. "Dan perlu Anda ketahui kalau saya sama sekali tidak merindukan Anda, Tuan Jonathan." "Jangan terus mendebat saya, Melinda, atau ...." Jonathan sengaja menggantung ucapannya sambil terus menatap lekat Melinda. "Atau apa?" Melinda bertanya dengan nada menantang juga dagu terangkat. Jonathan mendengus, lalu meletakkan gelas winenya di meja. Jonathan mendekati Melinda yang masih berbaring di tempat tidur dengan posisi yang menurut Jonathan sangat menggoda, sekaligus seksi. Melinda yang tahu jika Jonathan akan mendekatinya langsung menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, dan bergegas menuruni tempat tidur. Sayangnya, pergerakan Melinda kalah cepat oleh pergerakan Jonathan. "Akh!" Melinda spontan menjerit ketika Jonathan menarik tubuhnya, kemudian kembali membaringkannya di atas tempat tidur. Jonathan memposisikan dirinya di atas tubuh Melinda. "Atau kita akan berakhir dengan tubuh yang sama-sama berkeringat, Melinda," bisik sensual Jonathan tepat di telinga kanan Melinda. Jonathan membenamkan wajahnya di ceruk leher Melinda dengan mata terpejam, dan mulai menghirup aroma tubuh Melinda. "Sial! Aroma tubuhnya sangat menggoda," umpat Jonathan dalam hati. Jonathan semakin merendahkan posisi tubuhnya, sampai akhirnya dadanya dan d**a Melinda beradu. Tangan kanan Jonathan mulai membelai paha Melinda naik turun dengan gerakan sangat intens. Melinda terkesiap, lalu meraih tangan kanan Jonathan, kemudian menarik tangan tersebut menjauh dari pahanya. "Jangan," gumam Melinda sambil menggeleng, melarang Jonathan untuk terus membelai pahanya. "Jangan?" Ulang Jonathan yang lagi-lagi berbisik tepat di telinga Melinda. Hembusan nafas hangat Jonathan menerpa kulit leher Melinda yang sangat sensitif, menimbulkan sensasi yang mampu membuat bulu kuduk Melinda berdiri. Melinda hanya bisa mengangguk sambil memejamkan matanya. Deru nafas Jonathan mulai memburu, Melinda bisa merasakannya. Bukan hanya deru nafas Jonathan yang memburu, tapi Melinda juga sama. Jonathan menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Melinda. "Tatap mata saya, Melinda." Melinda kembali membuka matanya, beradu pandang dengan Jonathan yang menatap lekat dirinya. Tatapan mata Melinda kali ini berbeda dari sebelumnya. "Kamu juga menginginkannya, Melinda. Ekspresi wajah kamu tidak bisa berbohong, kamu juga menikmatinya." "Aku tahu, Jonathan," sahut lirih Melinda. Darah Jonathan berdesir ketika Melinda memanggil namanya. "Saya menginginkan kamu, Melinda." Jonathan memiringkan wajahnya sambil terus menatap lekat kedua mata Melinda. "Sekarang atau tidak sama sekali," ucap Melinda sesaat sebelum bibirnya dan Jonathan beradu. Jonathan tersenyum begitu mendapat lampu hijau dari Melinda. "Kamu yang akan memimpin, Melinda." Jonathan menyingkir dari atas tubuh Melinda, lalu berbaring di samping kanan Melinda. Melalui isyarat mata, Jonathan meminta supaya Melinda menaiki tubuhnya. "Naiklah, Melinda." Melinda diam, mencoba mencerna permintaan Jonathan barusan. "Melinda!" Jonathan menegur Melinda. "Aku enggak mau," sahut Melinda sambil menggeleng begitu tahu apa maksud dari permintaan Jonathan barusan. Jonathan berdecak, tapi memilih untuk tidak memaksa Melinda. 15 menit sudah berlalu sejak Jonathan dan Melinda berhubungan intim. Pada akhirnya, Jonathan berhasil membuat Melinda menuruti kemauannya. "Kamu benar-benar liar, Melinda." Melinda tidak tahu, Jonathan baru saja memujinya atau meledeknya, tapi yang pasti adalah, ucapan Jonathan barusan membuat nafsunya semakin membara. Melinda yang saat ini ada di atas tubuh Jonathan terus bergerak dengan liar, dan Jonathan menyambut gerakan Melinda dengan tak kalah liarnya. *** Begitu Melinda terbangun dari tidurnya, Melinda tidak melihat Jonathan ada di sampingnya. Padahal seingat Melinda, tadi Jonathan memeluknya dengan erat. "Ke mana perginya pria arogan itu?" gumam Melinda sambil mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kamar, dan ternyata Jonathan tidak ada di mana pun, termasuk di dalam kamar mandi, mengingat pintu kamar mandi dalam keadaan terbuka. "Dasar laki-laki b******k!" umpat Melinda sambil melemparkan bantal ke lantai. Saat tidak melihat Jonathan di mana pun, Melinda seketika berpikir jika Jonathan sudah pergi meninggalkan apartemnnya. Bukan hanya itu, tapi Melinda juga berpikir jika Jonathan datang hanya untuk melakukan hubungan seks dengannya. Melinda menyibak sedikit selimut yang menutupi tubuhnya, menghela nafas panjang ketika melihat jika tubuhnya masih dalam keadaan telanjang bulat. "Sebenarnya apa yang tadi ada dalam pikiran gue? Kenapa gue mau berhubungan lagi dengan pria menyebalkan itu?" Melinda mulai menyesali apa yang baru saja ia dan Jonathan lakukan. "Lo bodoh, Melinda. Benar-benar bodoh!" Umpat Melinda pada dirinya sendiri. Melinda bukan hanya mengumpati dirinya sendiri, tapi juga mulai memukul ringan kepalanya sambil terus mengeluarkan kata umpatan. Tanpa sadar, Melinda mulai melamun, memikirkan apa yang selanjutnya akan terjadi pada kehidupannya. Melinda yang sedang melamun tidak sadar kalau pintu kamar baru saja terbuka. "Apa yang sedang dia lamunkan?" gumam Jonathan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Jonathan meletakkan nampan yang ia bawa di meja, lalu menghampiri Melinda yang belum juga menyadari keberadaannya. "Selamat pagi." Suara bariton Jonathan mengejutkan Melinda yang sejak tadi melamun. Melinda terkejut, dan entah sadar atau tidak, Melinda menghela nafas panjang, merasa lega begitu melihat Jonathan. Jauh dari dalam lubuk hatinya yang terdalam, Melinda senang karena ternyata Jonathan tidak pergi meninggalkannya. Itu artinya, Jonathan tidak datang padanya hanya untuk melakukan hubungan seks, kan? Melinda hanya melirik Jonathan tanpa berniat untuk membalas sapaan pria itu. Jonathan duduk di samping Melinda. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Melinda?" tanyanya seraya membelai wajah Melinda. "Tidak ada," jawab tegas Melinda sambil menepis tangan Jonathan dari wajahnya. Melinda membelitkan selimut di tubuhnya, lalu menuruni tempat tidur. "Kamu mau ke mana?" "Aku mau mandi." Melinda merasa tubuhnya lengket, jadi Melinda ingin segera pergi mandi. "Akh." Melinda yang baru saja berdiri meringis, merasa sakit di area intimnya. Melinda memutuskan untuk kembali duduk. "Mana yang sakit?" Jonathan panik, sangat panik. "Diamlah." Lagi-lagi Melinda menepis tangan Jonathan, melarang Jonathan menyentuh area intimnya. "Maaf, karena semalam aku terlalu kasar." Begitu melihat betapa kesakitannya Melinda, Jonathan seketika menyesal atas apa yang semalam sudah ia lakukan pada Melinda. "Awas!" Melinda meminta Jonathan menyingkir dari hadapannya. Jonathan berdiri, lalu melakukan hal yang membuat Melinda sangat terkejut. Jonathan menggendong Melinda ala brydal style. "Jonathan, kamu enggak perlu gendong aku, aku bisa jalan sendiri!" Teriak Melinda sambil menggerak-gerakan kedua kakinya, meminta supaya Jonathan mau menurunkannya. Jonathan mengabaikan permintaan Melinda. "Jonathan, turunin!" Melinda kembali berteriak, kali ini sambil menatap tajam Jonathan. Jonathan menunduk, membalas tatapan Melinda dengan tak kalah tajamnya. "Diamlah, Melinda, atau kita berdua akan jatuh." Melinda pun diam, tidak lagi memberontak atau meminta Jonathan untuk menurunkannya. Jonathan membawa Melinda ke kamar mandi. Jonathan mendudukkan Melinda di samping wastafel, dan setelah itu mulai mengisi bathtub menggunakan air hangat. "Aku bisa sendiri, Jonathan. " Melinda menolak ketika Jonathan akan kembali menggendongnya, tapi Jonathan tidak peduli pada penolakan yang Melinda berikan. Jonathan tetap menggendong Melinda, kemudian memasukkan Melinda ke dalam bathtub yang sudah terisi penuh oleh air hangat. Jonathan berjongkok di samping Melinda. "Berendamlah, itu bisa mengurangi sedikit rasa sakit yang kamu rasakan." Melinda memilih untuk memejamkan matanya, dan tidak menanggapi ucapan Jonathan. Jonathan mengecup kening Melinda, setelah itu keluar dari kamar mandi, meninggalkan Melinda sendiri di dalam kamar mandi. Begitu mendengar suara pintu yang tertutup, kelopak mata Melinda kembali terbuka. "Sial! Kenapa semuanya bisa menjadi seperti ini?" keluh Melinda sebelum akhirnya menenggelamkan seluruh tubuhnya ke dalam bathtub. 1 jam kemudian, Melinda keluar dari kamar mandi, kali ini dengan keadaan yang bisa dikatakan jauh lebih baik dari sebelumnya. Melinda masih merasa seluruh tubuhnya sakit, dan pegal, tapi tidak separah ketika ia bangun tadi. Jonathan sedang duduk santai di sofa sambil bertelanjang d**a ketika Melinda keluar dari kamar mandi. Melinda tiba-tiba menghentikan langkah kedua kakinya, lalu menatap intens ke arah Jonathan. "Kenapa? Apa kamu masih mau menyentuhnya, Melinda?" Jonathan tersenyum sambil merenggangkan kedua tangannya ke atas, sengaja melakukan itu semua untuk menggoda Melinda. Pertanyaan Jonathan mengejutkan Melinda, sekaligus membuat Melinda malu. Malu karena tertangkap basah sedang memperhatikan Jonathan. Melinda harap raut wajahnya saat ini tidak terlihat aneh. Melinda berdeham, kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan Jonathan. Melinda memutuskan untuk duduk di pinggir tempat tidur dengan posisi membelakangi Jonathan. Jonathan mendekati Melinda. "Sial! Kenapa dia harus mendekat?" keluh Melinda dalam hati. Melinda jelas tahu jika Jonathan sedang melangkah mendekatinya, karena meskipun pelan, ia bisa mendengar suara langkah kaki Jonathan. Jonathan duduk di samping kanan Melinda. "Lihatlah, Melinda." Jonathan memalingkan wajah Melinda ke arahnya, meminta Melinda untuk melihat seluruh tubuhnya yang penuh dengan kissmark buatan Melinda. Melinda meringis, seketika kembali mengingat betapa liar dirinya semalam. "Sial!" Umpat Melinda dalam hati. "Bukankah ini sangat banyak, Melinda?" Jonathan tersenyum tipis. "Sadarlah Tuan Jonathan, kissmark di tubuh saya juga sama banyaknya dengan kissmark yang ada di tubuh Anda." Melinda menyahut ketus, mencoba untuk menutupi rasa malunya. Semalam yang liar bukan hanya dirinya, tapi juga Jonathan, meskipun tetap saja, yang paling liar adalah dirinya. "Mana coba, saya mau melihatnya," ucap Jonathan sambil memasang senyuman menggoda. "Ih enak aja." Melinda langsung merapatkan tali bathrobe di tubuhnya. Jonathan hanya terkekeh, lalu berdiri, kemudian mengulurkan tangan kanannya pada Melinda. "Ayo, sebaiknya kita sarapan dulu." Dengan perasaan malas, Melinda menerima uluran tangan kanan Jonathan. Jonathan senang karena Melinda tidak menolaknya. Jonathan dan Melinda melangkah keluar dari kamar, dan pergi menuju ruang makan. Binar bahagia terlihat jelas di kedua mata indah Melinda begitu melihat semua hidangan yang saat ini terhidang di meja. Semua menu makanan yang ada di meja adalah makanan kesukaannya. "Makanlah, Melinda," ucap Jonathan sambil membelai penuh kasih sayang kepala Melinda. Melinda tidak membalas ucapan Jonathan, tapi mulai menikmati semua makanan yang ada di hadapannya. Senyum lebar menghiasi wajah Jonathan begitu melihat betapa Melinda sangat menikmati makanannya. Jonathan tidak mau menganggu Melinda, jadi selama makan, Jonathan memilih diam, tidak mengatakan apapun. Setelah sarapan, Jonathan pergi ke kantor, sementara Melinda memutuskan untuk tetap istirahat di apartemen. Aktivitas yang baru saja ia dan Jonathan lakukan cukup menguras tenaga Melinda, karena itulah, tak lama setelah Jonathan pergi, Melinda tertidur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN