Lagi dan lagi, Anna tidak sengaja melihat adegan panas kakaknya dengan Darren. Itu membuat Anna muak karena lagi-lagi harus merasakan rasa aneh pada tubuhnya.
"Sial." umpat Anna frustasi.
Gadis itu mencoba tidak mempedulikan suara-suara itu. Dia bergegas pergi ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya.
"Kenapa mereka harus nges*x pagi-pagi gini sih." gerutu Anna.
Gadis itu mulai melucuti baju tidurnya dan mengguyur tubuh telanjangnya di bawah shower. Dan selama itu pikirannya melayang memikirkan betapa gagahnya kejantanan Darren. Ingin sekali Anna merasakan keperkasaan pria itu juga.
"Baru seminggu, tapi dia udah bikin aku frustasi berkali-kali." gerutu Anna sembari menyabuni tubuhnya.
Jari lentiknya turun di bukit tembamnya yang basah. Mengelusnya sensual dan mengocoknya sebentar.
"Uhh.. Kak Darren.. " desah Anna membayangkan tangan Darren yang tengah memainkan vaginanya.
Gadis itu mendesah keras saat merasakan o*****e-nya. Dia dengan cepat membersihkan cairannya dan menyelesaikan acara mandinya.
Anna menatap penuh minat seragam sekolah barunya saat ini. Dia bergegas memakainya dan tersenyum cerah.
"Seragamnya pas banget di badan aku." monolognya.
Seragam putih yang melekat ketat di tubuhnya serta rok biru kotak-kotak di atas lutut membuat Anna tampak menggemaskan sekaligus sexy.
Dengan riang Anna keluar dari kamarnya dan turun menuju lantai bawah. Sepertinya keluarganya sudah berkumpul di ruang makan untuk sarapan pagi.
"Aunty Anna mau berangkat sekolah?" tanya Austin dengan aksen cadelnya.
"Iya, Austin. Hari ini Aunty udah mulai sekolah." jawab Anna tersenyum tipis.
"Austin jadi pengen sekolah juga." kata anak kecil itu dengan wajah cemberut.
"Bentar lagi kamu juga bakal sekolah kaya Aunty." timpal Celine.
"Tapi Austin maunya sekarang, Ma." berenggut Austin.
"Belum waktunya, Boy." kini gantian Darren yang menimpali.
Netra Anna seketika melirik ke arah Darren yang menyita perhatiannya. Pria itu tampak sangat tampan dengan balutan kemeja putih serta celana hitam bahannya.
"Oh iya, An. Kebetulan sekolah baru kamu itu tempat kerjanya Mas Darren." Celine beralih menatap adiknya.
"Jadi Kak Darren guru?" tanya Anna speechless.
Celine tersenyum tipis.
"Iya, kamu pasti nggak nyangka ya."
Anna mengangguk dengan senyum meringis. Dia melirik ke arah Darren dengan tatapan tak terbaca.
"Kak Darren ini orang yang mandiri loh, An. Selain jadi guru, dia juga ngelola beberapa cafe miliknya sendiri."
Anna manggut-manggut mendengar penuturan Celine. Tidak salah jika kakaknya itu memilih Darren menjadi suaminya. Karena yang Anna tau, Celine sangat menyukai pria yang mandiri.
"Papa sebenarnya ingin Darren yang meneruskan perusahaan Papa. Tapi dia menolak karena ingin bekerja dengan kemampuannya sendiri." timpal Orlando bangga.
Lagi-lagi Anna hanya bisa mengangguk. Dia merasa iri karena Darren dengan mudah mendapat pujian dari Papanya. Berbeda jauh dengan dirinya yang tidak pernah mendapat pujian dari sang Papa.
"Anna udah selesai." kata Anna tak menyelesaikan sarapannya.
"Kamu bisa berangkat dengan saya." ujar Darren mengintrupsi Anna yang hendak beranjak.
"Mas.. " Celine terkejut karena respon suaminya. Dia seperti tidak terima.
"Nggak papa, Sayang." balas Darren pelan.
Celine akhirnya mengangguk dan membiarkan Darren mengikuti langkah Anna pergi dari ruang makan.
Anna masuk ke dalam mobil tanpa menunggu Darren. Gadis itu bersidekap d**a dengan wajah jutek.
Ceklek
Darren memasuki mobilnya dengan tenang. Dia melirik ke arah Anna sebentar dan mulai melajukan mobilnya.
"Berhenti mengintip kegiatan saya dengan Celine." ujar Darren membuka suara.
"Maksudnya?" Anna menaikkan sebelah alisnya.
"Saya tau kamu melihat kegiatan saya dan Celine tadi pagi." kata Darren menatap lurus ke depan.
"Aku nggak sengaja lihat." timpal Anna berusaha santai.
"Lalu apa seminggu yang lalu juga tidak sengaja?" tanya Darren dengan tatapan datar.
"Jadi Kak Darren tau?" Anna balik bertanya.
"Siapa yang tidak sadar jika tengah dilihat saat sedang bercinta? Apalagi kamu juga melakukan hal yang sangat memalukan." balas Darren mendesis.
Deg
Anna terkesiap saat mendengar ucapan Darren. Dia tidak tau jika kegiatan masturb*si-nya dilihat oleh pria itu.
Gadis itu menghembuskan napas pelan dan mencoba bersikap tenang. Senyum culas terpatri di bibir kecilnya.
"Jadi, apa Kak Darren lebih tertarik ngeliat kegiatan Anna?" gadis itu itu tersenyum miring.
Cih
Darren mendecih dan membuang wajah ke arah lain. Tidak habis pikir akan sikap Anna yang tidak tau malu.
"Anna tau, Kak Darren pasti tergoda ngeliat Anna waktu itu." Anna kembali bersuara, kali ini dengan suara pelannya yang mendayu.
"Berhenti bicara omong kosong, Anna. Saya tidak akan pernah tertarik dengan kamu." desis Darren.
Anna tersenyum tipis dan merapatkan tubuhnya ke arah Darren. Membelai tangan pria itu yang berada di atas kemudi.
"Apa Kak Darren yakin?" tanya Anna sensual.
Ckit
Jedug
Arrrggghh..
Anna meringis saat Darren tiba-tiba menghentikan laju mobilnya hingga membuat keningnya terantuk dashboard.
"Berhenti menggoda saya karena semua itu percuma." kata Darren datar dan kembali menjalankan mobilnya.
Anna menggertakkan giginya kesal dan kembali duduk dengan posisinya semula. Dia melirik sinis ke arah Darren yang tampak biasa saja.
"Awas aja, aku bakal bikin kamu bertekuk lutut di bawah aku." desis Anna dalam hati.
Keadaan di antara keduanya menjadi hening. Darren melajukan mobilnya dengan tenang menuju sekolahnya.
Ketika baru saja pria itu menghentikan mobilnya di parkiran sekolah, Anna dengan cepat keluar dari mobil itu. Meninggalkan Darren tanpa berpamitan terlebih dahulu.
Darren mendecih karena melihat sikap tidak sopan santun Anna padanya. Apalagi Anna suda berani menggodanya. Sepertinya dia harus berhati-hati dengan gadis itu mulai sekarang.
Di sisi lain, Anna berjalan di koridor sekolah dengan tenang. Tak mempedulikan tatapan memuja sekaligus penasaran dari para murid yang melihat kedatangannya.
Gadis itu mengibaskan rambut panjangnya dengan anggun. Tersenyum tipis saat bersitatap dengan beberapa pemuda tampan yang menatapnya memuja.
Seorang pemuda tiba-tiba mendekat ke arahnya dengan gaya cool-nya. Anna seketika itu menghentikan langkahnya dan menatap polos ke arah pemuda itu.
"Hai.. " sapa pemuda itu sok akrab.
"Em, Hai.. " balas Anna menaikkan sebelah alisnya.
"Kenalin namaku Aaron." pemuda itu memperkenalkan dirinya.
Anna mengangguk samar dan menjabat tangan Aaron singkat.
"Anna."
"Kamu pasti anak baru yang dibicarain satu sekolah dari kemarin." tebak Aaron.
"Oh ya?" tanya Anna menelisik.
"Ya, dari kemarin banyak yang bicarain siswi pindahan yang ternyata adiknya Pak Darren." jelas Aaron santai.
Anna manggut-manggut. Jadi Darren mengakui jika dirinya adalah adik iparnya?
Gadis itu tersenyum miring tanpa sadar. Ini akan mempermudah dirinya untuk sering bertemu dengan Darren di sekolah.
"Kamu udah tau masuk kelas apa?" tanya Aaron lagi.
"Em, belum." jawab Anna seadanya.
"Kebetulan kita sekelas. Kamu bisa duduk di samping aku." Aaron berujar dengan semangat.
Anna tersenyum tipis karena baru saja pindah sekolah, sudah ada Aaron yang mau mengakrabkan diri dengannya. Gadis itu mengikuti langkah pemuda itu menuju kelas barunya.
Di waktu yang sama, tampak pria jangkung berkemeja putih menatap interaksi dua sejoli itu dengan pandangan datar.
"Kamu memang cantik, Na. Tapi saya tidak akan pernah tertarik dengan kamu." gumam Darren pelan menatap lurus ke arah perginya Anna bersama salah satu siswa populer yang dia ketahui merupakan anak donatur terbesar di sekolahnya bekerja.
***