Anna memperkenalkan dirinya di depan kelas dengan tenang. Sering menjadi pusat perhatian, membuat Anna terbiasa akan situasi seperti ini.
"Kamu bisa duduk kembali di meja kamu, Anna." ujar seorang guru wanita.
Anna mengangguk ringan dan kembali duduk di bangkunya yang ada di sebelah Aaron.
"Baik anak-anak. Silakan buka buku matematika halaman 79." titah guru wanita itu.
Aaron mengeluarkan buku miliknya dan meletakkannya di tengah. Dia melirik Anna dengan tersenyum yang dibalas gadis itu dengan tersenyum pula.
Fokus mendengarkan penjelasan guru di depan, Anna mulai merasakan jika tangan Aaron beberapa kali menggapai tangannya yang ada di atas pahanya.
Gadis itu melirik ke arah Aaron yang menatapnya dengan semburat tipis di pipinya.
Greb
Anna menggenggam tangan Aaron agar berhenti mengganggunya. Namun pemuda itu justru membuat lingkaran abstrak di paha putihnya yang tertutup rok.
Anna menggigit bibir bawahnya karena rangsangan itu. Dia menatap Aaron dengan pandangan memelas dan menggeleng lirih.
"Dari awal kamu udah bikin aku sange, Na." bisik Aaron pelan.
"Ternyata kamu saja aja kaya cowok-cowok di luaran sana." desis Anna.
Gyut
Emnh..
"Jangan samain aku kaya cowok yang lain, Na. Baru kali ini tertarik sama seseorang, dan itu kamu.. " jelas Aaron menaikkan jamahan tangannya.
"Berhenti, Aaron. Nanti ada yang liat." Anna berusaha menghentikan aksi Aaron.
"Kamu diem aja. Bangku kita ada di belakang. Nggak akan ada yang tau kegiatan kita." jawab Aaron santai.
Anna menormalkan detak jantungnya yang bergemuruh. Dengan wajah yang berusaha tenang dia membiarkan tangan Aaron menelusup masuk ke dalam rok seragamnya.
Emnh..
Lenguhan kecil terdengar dari bibir Anna. Gadis itu mati-matian menahan desahannya saat jari-jari tangan Aaron semakin mendekati area pribadinya.
Gyut
Ahh..
Anna mendesah kecil saat merasakan Aaron menangkup vaginanya yang terbalut celana dalam. Gadis itu tanpa sadar membuka kedua kakinya lebar hingga membuat paha mulusnya terekspos bebas.
Aaron terkekeh saat melihat reaksi cepat Anna. Dia ikut menaikkan rok seragam Anna hingga memperlihatkan celana dalamnya.
Ibu jari Aaron bergerak naik turun di bukit tembam Anna yang terlapisi celana dalam. Dia menekan benda kecil seukuran biji kacang yang berada di tengah area pribadi gadis itu.
Ahh..
Lagi-lagi Anna mendesah kecil. Mati-matian menahan desahannya agar tidak didengar oleh siswa lain. Dia menatap Aaron dengan pandangan sayu.
"Aku lepasin celana dalam kamu, ya." bisik Aaron dengan suara beratnya.
Anna menggeleng cepat. Takut jika sampai ketahuan oleh teman sekelasnya yang lain.
Aaron mengangguk patuh dan memilih untuk memiringkan celana dalam gadis itu saja. Dia tersenyum miring saat melihat kewanitaan Anna secara leluasa.
"m***k kamu indah banget, Na." puji Aaron dengan mata menggelap.
Anna merasa meremang mendengar pujian itu. Adrenalinnya semakin tertantang untuk membuat Aaron bertekut lutut di bawahnya.
Gadis itu semakin mengangkangkan kedua kakinya di depan Aaron. Dengan pandangan nakal dia menjilat bibir bawahnya untuk menggoda pria itu.
"Nakal." kekeh Aaron mendapati respon Anna yang binal.
Anna tersenyum miring dan membiarkan Aaron memainkan vaginanya dengan jarinya. Dia menggigit bibirnya rapat-rapat agar tidak mendesah keras.
Clok
Clok
Clok
Jari-jari Aaron mengocok v****a Anna dengan tempo lambat. Sesekali dia akan berpura-pura fokus menatap guru yang ada di depan kelas.
"Emnh.. yang kenceng, Ron.. ahh.. " pinta Anna mendesah.
Aaron tentu mengangguk senang dan semakin mempercepat kocokannya. Dia menambahkan dua jarinya sekaligus ke dalam v****a Anna.
"Ternyata kamu nggak sepolos yang aku kira ya, Na." kekeh Aaron di sela kegiatannya.
"Emnh.. I-yahh.. " balas Anna semampunya.
Clok
Clok
Clok
Kocokan jari Aaron semakin keras saat merasakan jari-jarinya dijepit kuat oleh otot-otot v****a Anna. Sepertinya gadis itu sebentar lagi akan sampai pada puncaknya.
Namun tiba-tiba..
"Aaron.. " panggil guru wanita bernama Nora.
"I-iya, Bu?" tanya Aaron tergagap dan dengan cepat mengeluarkan jarinya dari lubang v****a Anna.
Anna melenguh lirih karena Aaron mengeluarkan jarinya tiba-tiba. Dia mendesah kecewa karena gagal mencapai puncaknya.
"Coba kerjakan soal ini." pinta Bu Nora yang langsung diangguki oleh Aaron.
"Maaf ya, Na." ringis Aaron sebelum beranjak dari tempat duduknya.
Anna menatap sebal ke arah perginya Aaron. Dia membenarkan celana dalamnya yang tadi disingkap oleh pemuda itu. Dan mencoba mendudukkan dirinya dengan tenang. Berusaha tak mempedulikan vaginanya yang terus berkedut meminta dipuaskan.
|•|
"Na, tunggu.. " seru Aaron saat Anna berlalu cepat keluar dari kelasnya.
Aaron berusaha mengejar Anna yang melangkahkan kakinya dengan cepat. Sepertinya gadis itu masih marah padanya karena kejadian di dalam kelas tadi.
"Na.. " Aaron akhirnya berhasil menyusul langkah Anna.
"Ada apa sih?" tanya Anna jutek.
"Maaf ya soal tadi." ujar Aaron menyesal.
Anna menghembuskan napasnya kasar dan mengangguk. Gadis itu bersidekap d**a. Membuat kedua payudaranya yang berukuran besar terlihat hampir tumpah.
"Oke, aku maafin kamu." balas Anna pada akhirnya.
Aaron tersenyum senang karena mendapatkan maaf dari gadis cantik yang telah membuatnya tertarik itu.
"Kamu mau kemana?" tanya Aaron basa-basi.
"Sebenernya tadi aku laper, tapi sekarang udah nggak mood lagi." balas Anna malas.
"Pasti gara-gara nggak jadi klimaks tadi ya." gumam Aaron lesu.
Anna melotot mendengar gumaman Aaron. Dengan sigap dia membekap bibir pemuda itu dan membawanya ke tempat yang sepi.
"Kamu ngomongnya keras banget sih. Kalau ada yang denger gimana?" kesal Anna.
Aaron meringis, menyadari kebodohannya.
"Aku bingung mau bersikap kaya gimana setelah ini. Kamu tau sendiri kan, aku baru aja liat mem-"
"Sssttt... Berhenti Aaron." potong Anna cepat. Bisa gawat jika pemuda itu menyelesaikan kalimatnya barusan.
"Kamu nggak perlu bahas itu." kata Anna judes.
"Okay, fine. Aku nggak akan bahas itu. Tapi aku bener-bener nggak bisa lupain kejadian tadi, Na." tutur Aaron meringis.
Anna menggigit bibir bawahnya gugup. Selama dia berhubungan dengan pria, tak sekalipun pria itu membahas hal-hal berbau vulgar padanya di depan umum seperti ini.
"Jangan bahas itu lagi, Ron." ujar Anna tajam.
Aaron mengangguk pelan dan membuat keadaan di antara keduanya menjadi canggung.
Anna merasa tidak nyaman dengan situasi di antara mereka berdua. Dia melirik ke kanan kiri untuk melihat kondisi yang ada di sekitarnya.
Cup
"Tapi aku suka waktu kamu mainin m***k aku." bisik Anna mengecup bibir Aaron singkat.
Aaron tampak tersenyum cerah dan hendak menggapai bibir Anna. Namun dengan cepat gadis itu menghindar.
"Kita bisa lakuin itu nanti, Ron. Sekarang lebih baik kamu pergi dulu. Sebelum ada orang lain yang liat kita." suruh Anna yang langsung diangguki oleh Aaron.
Pemuda itu lalu pergi meninggalkan Anna yang masih berdiri di koridor sekolah yang sepi. Koridor tempat berdirinya Anna saat ini memang jarang yang melewati karena tempatnya yang terpencil dan gelap.
Setelah memastikan Aaron sudah menghilang, Anna juga memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu.
Namun..
Greb
Kyaaa-mmpphh..
"Kita bertemu lagi, Brianna." bisik seorang pria dengan suara beratnya.
***