Sebuah keharusan

1009 Kata

Rubby kinanti POV Aku hanya terdiam meneliti wajahnya, saat ia sedang mengobati Kakiku yang tetusuk tadi. Kenapa dia pura-pura baik? Menyebalkan sekali. "Aku tau aku tampan! Kalau kamu mau, kamu boleh lah, cium aku." Cih, pede sekali dia. Aku mengalihkan tatapanku ke arah lain. "Kamu lebih suka tetusuk duri dari pada melayani sumimu sendiri ya?" Ia melirikku. Tangannya tetap piawai membungkus telapak kakiku dengan perban. "Aku tanya Rubby? Apa aku semenyeramkan itu di mata kamu?" Aku melengos, "Terima kasih. Saya mau pulang." ketusku. "Jangan lupakan Ruby! Rumah yang kamu tuju adalah apartemenku!" Reynan meraih tanganku tepat ketika aku ingin melangkah. Hingga otomatis membuatku terhenti. "Dan ketika kamu mengijakan kakimu ke tempatku itu. Maka saat itu pula kamu adalah miliku!"

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN