Bab 18

1682 Kata

Senyum terbit pada bibir Ibu sekilas, lalu dia menatapku lekat, “Apa syaratnya? Ibu nanti bicara sama Bu Fera.” “Aku belum mau nikah sampai hatiku yakin. Kalau nanti kurasa gak cocok sama Pak Banyu, aku gak mau memaksakan.” “InsyaAllah nanti juga hati kamu yakin, nanti Ibu sampaikan pada Bu Fera, apa kamu mau bilang sendiri, hmmm?” Wajahku rasanya memanas. Bilang sendiri? Duh, malu rasanya. Lalu tanpa menunggu lama, aku menjawab cepat, “Ibu saja.” Senyum pada bibir perempuan paruh baya itu mengembang. Ah, semoga saja ini bukan sebuah kesalahan. Aku lelah dan capek dengan orang-orang di sekitar Bara. Meski sebetulnya aku belum siap. Aku hanya ingin terlepas dari bayang-bayang Bara dan orang-orang di sekitarnya. *** Mobil yang membawa perabotan sudah berangkat duluan. Ibu ikut di dala

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN