8. Kecelakaan Kecil

2080 Kata

“Calonnya Pak Dimas centil banget ya, mbak? Iya nggak sih?” aku berjengit kaget ketika tiba-tiba Riri sudah berdiri di sampingku dengan membawa satu gelas kopi instan siap seduh. “Ngagetin aja kamu, Ri.” “Hehe, maaf. Tapi bener kan, mbak?” “Bener gimana?” tanyaku pura-pura tak paham. “Ya centil aja. Ya sih emang cantik, tapi kalau menurutku sayang Pak Dimasnya. Kejauhan levelnya. Cantik doang buat apa? Iya nggak, mbak?” Bibirku sebenarnya sudah gatal ingin berkomentar dan mengiyakan ucapan Riri. Tapi jujur, aku malas kalau sudah membahas apapun yang berhubungan dengan Qila. Terlepas dari Qila adalah calonnya Pak Dimas, jauh sebelum itu, aku dan Qila memang sama sekali tidak akur. Kami tidak akur bukan karena kami saling membenci, tapi Qila saja yang sangat membenciku, sementara

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN