22. Titik Terang

1037 Kata

“Iya, dengan Qila.” Aku merasa seperti seperti dihantam sesuatu dengan sangat keras begitu mendengar nama Qila. Harusnya aku tidak boleh terkejut dengan hal ini karena dari awal sudah tahu kalau Pak Dimas dan Qila berpacaran, tapi ternyata mendengar kabar sepeerti ini sukses membuat mataku seketika memanas. “Ah, selamat kalau gitu. Saya pasti datang kok, pak,” balasku dengan sauara sedikit bergetar.    Pak Dimas tidak menyahut lagi, dan terus menatapku dengan tatapan yang masih persis sama seperti tadi.   “Kalau begitu, saya permisi masuk sekarang, pak,” ucapku sambil menurunkan kedua tangan Pak Dimas di pundakku lalu mulai berjalan menjauh. Saat ini aku harus segera pergi agar Pak Dimas tidak melihat air mataku yang sudah menggenang di pelupuk. “Shil, temani saya ngobrol sebentar,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN