04: Two Husbands?

671 Kata
Gue melotot gusar mendengar penuturan Papi. s**t! Ini serba kebetulan yang aneh dan nyaris tak bisa dipercaya! Ingat Iklan Wanted Husband yang gue masukkan ke media online kan? Kebetulan ada satu orang yang menanggapinya. Dan kriterianya sesuai lagi! Orang itu... Ferdiansyah Nando, suami kedua gue! Ini kebetulan yang lain. Kedua suami gue inisialnya FN! Sama-sama Ferdi-nya lagi! Ferdianto Nathan. Ferdiansyah Nando. Jadi kalau diambil positifnya, gue ini betul Nyonya Ferdi! Tapi gegara nama yang mirip ini, kesalahpahaman gue dan Papi semakin mendalam. Dulu Papi bekerja di bidang IT, makanya dia bisa nge-hack email gue dan menemukan email orang yang membalas iklan wanted husband yang absurd itu. Saat Papi menanyakan ke gue, apa betul calon gue bernama Ferdi.. gue sontak mengiyakan. Lalu Papi berinisiatif menghubungi Ferdi yang lain itu dan mengatur nikahan gue. Nasi udah menjadi bubur. Sekarang gue terlanjur menikah dengan dua pria. Gilak! Two husbands? "Pap, lalu bagaimana sekarang? Batalin aja pernikahan ini, bisa enggak? Gak mungkin kan Olga punya dua suami!" Gue menunjuk suami baru gue yang lagi ngobrol dengan klien bisnisnya. Wajah Papi berubah pias, gue jadi curiga. "Apa ada sesuatu yang Papi sembunyiin?!" tanya gue mendesak. Papi menghela napas berat. Lalu ia menjawab dengan getir, "Papi kesulitan uang, Ol. Hutang Papi banyak yang jatuh tempo. Papi gak punya duit buat melunasinya. Jadi saat Ferdi tahu, dia menawarkan untuk melunasi hutang Papi. Terpaksa Papi menerimanya.." “s**t!! Sekarang Papi berhutang padanya!" "Bukan hutang, Ol! Dia memberi cuma-cuma." "Dan Papi menerimanya begitu saja? Mana ada yang gratis di dunia ini Pi!" sarkas gue kesal. "Tapi, Papi pikir dia itu calonmu, Olga!" ucap Papi membela dirinya. Oke, karena udah terlanjur gue mesti atur strategi untuk menyelamatkan nasib gue. Kini gue punya kewajiban harus mengembalikan uang yang dipakai Papi supaya tak ada hutang diantara gue dan suami baru gue. "Berapa banyak Papi berhutang padanya?" tanya gue to the point. "Papi gak huta...." ucapan Papi terputus saat gue melotot geram padanya. "500 juta, Ol," jawabnya pelan. Shittttt!! Lima ratus jeti! Darimana gue dapat duit segitu banyak?! Lemas badan gue. Apa ini berarti gue bakal terperangkap dalam pernikahan ini sebagai pengganti hutang Papi? "Lalu bagaimana sekarang? Olga punya dua suami! Mustahil kan kami bertiga tinggal serumah!" sinis gue. Papi mengajukan usul laknatnya dengan ragu-ragu, "Olga, kita bisa mengikuti pengaturan lama kan? Dulu, Senin sampai Kamis tengah hari kamu di rumah Mami. Kamis sampai Minggu sama Papi. Bagaimana kalau itu kita jalankan juga untuk dua suamimu? Cukup kita berdua saja yang tahu masalah ini. Yang lain tak perlu tahu. Terutama Mamimu!" Tentu saja, kalau Mami tahu... Papi bakal jadi babi guling, kaleeee! Tapi sepertinya usul Papi adalah alternatif terbaik untuk sementara ini. "Apa ada masalah? Kalian tampak tegang sekali," sapa suara maskulin di belakang punggung gue. "Oh tak ada apa-apa, Nak Ferdi. Olga hanya merasa sedih karena Maminya tak bisa hadir disini. Nak Ferdi kan tahu seperti apa hubungan Papi sama Maminya Olga," ucap Papi beralasan. "Panggil saja Nando, Pi. Dipanggil Ferdi rasanya terlalu formil buat saya." Gue merasa ada hembusan napas hangat yang menerpa leher gue. Apa posisinya sangat dekat di belakang gue? Meski sudah memperkirakan itu, tetap saja gue tersentak ketika tiba-tiba dia memeluk gue dari belakang. "Apa kamu merasa capek?" tanyanya penuh perhatian. "Lo tanya gue?" tanya gue ragu. "Tentu saja, aku bertanya pada istriku yang cantik. Tak mungkin kan aku bicara pada Papi semesra itu!" Dia tersenyum manis hingga membuat gue meleleh. Ya Tuhan. Jauhkan godaan makhluk ganteng ini dari gue! Semakin ganteng dia semakin berbahaya pula bagi kesehatan jantung gue. Kecuali dia homo! Mendadak gue teringat pada Nath yang tengah menunggu gue di apartemen. Tak sadar gue mendecih galau. "Kenapa? Capek?" tanya Nando lagi. Gue mengangguk lemah. "Mau pulang sekarang?" Nando menawarkan dengan lembut. Jiahhhh! Gue berjengkit kaget karena mendadak dia mengecup leher gue! Nando terkekeh melihat respon gue, sambil mengacak poni gue dia berkata, "Istriku yang polos. Mulai sekarang kau harus membiasakan diri dengan sentuhanku. Kita sudah menikah, jadi aku berhak menyentuhmu kan? Dan aku sangat senang melakukannya!" Mampus gue!! Selanjutnya. apa yang bakal terjadi pada gue? Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN