GDA//7

1004 Kata
Mendorong pintu kelas itu, Luna masuk dan berjalan di depan banyak orang. Berdiri di depan murid-murid lainnya. Luna sedikit membungkuk sebagai salam sopan pada mereka. Guru yang tadinya mengajar itu sudah menerima informasi tentang murid baru ini."Baik anak-anak sekalian. Perkenalkan teman baru kita Luna Queenzia berasal dari Jerman.Dia cukup pendiam, jadi ibu harap kalian bisa membantunya mengenali kelas dan lingkungan sekolah dengan baik."   Luna sedikit melangkah ke depan dan membuka mulutnya. "Hallo alle freunde. Mein Name ist Luna Queenzia von der Mittelschule in Deutschland. Hoffentlich können wir in Zukunft gut zusammenarbeiten." Beberapa murid berseru kagum pada pengucapan yang fasih murid baru itu. Padahal wajahnya seperti orang asia, tapi dia fasih berbahasa jerman. "Dia sangat cantik!"  "Murid baru ini pasti akan menjadi incaran murid cowok deh." "Penampilannya seperti model."  Guru itu berbalik ke arah murid baru itu. "Murid ini...silahkan duduk di kursi kosong di samping jendela.  "Baik." Suara gadis itu bahkan lebih lembut dan menarik siapapun yang mendengarnya. Proses pembelajaran berlangsung selama 3 jam. Saat bel berbunyi yang menandakan istirahat. Para murid menjadi bersemangat. Murid laki-laki ingin mendatangi meja murid baru itu. Akan tetapi,gadis itu sudah menghilang tanpa ada yang menyadarinya di sana. Beberapa orang sedikit terkejut dengan hal tersebut.  "Apa dia hantu?" "Jangan mengada-ngada kawan.Mungkin saja dia lapar dan keluar dari kelas bersamaan dengan guru tadi." "Kenapa bulu ketiak milikku merinding?"tanya salah seorang murid laki-laki disana "DaSar Jorok!" Jerit murid-murid lainnya.  Di atas pohon di halaman depan kelas 3. Sosok Luna sedang bersandar dan melirik ke arah kelas 3-1 milik Hans. Matanya akhirnya menangkap sosok bocah itu, tetapi ia sedang dikelilingi oleh para gadis saat ini. Terlihat jika wajah Hans sudah mulai berkerut karena menahan kesal. Padahal dia sudah dengan baik hati mengirimkan pesan pada gadis itu, tapi pihak lain tidak datang. Malah dirinya dikerumuni oleh para perempuan yang seakan mau memakannya kapan saja.   Para gadis yang mengelilingi jelas tidak memberikan ancaman baginya,dia tidak harus turun tangan sekarang.  "Ha-Hans...Apa kamu mau makan siang dengan kami?" Seorang gadis berambut hitam panjang bertanya.  "Tidak." Tolak remaja itu dengan satu kata singkat.  "Tapi kenapa? Kita bisa makan bersama,bukan? Kamu tidak mungkin sekejam itu menolakku."  "Menjauhlah dariku,Alice. Kau benar-benar berisik." Hans berjalan pergi meninggalkan Alice yang sudah berurai air mata di sana.   Luna yang menyaksikan semua pertunjukan cukup terkesima dengan sosok kejam bocah itu. "Dia benar-benar berhati dingin."  Hans berjalan ke arah kantin,tetapi dia melihat sosok Luna yang sedang bersandar di dinding dengan senyum di wajahnya. "Kamu akhirnya selesai berurusan dengan gadis itu." Gadis itu berdiri tegak dan berjalan mendekati Hans. Tinggi Luna saat ini adalah 170 cm,dia harus menunduk untuk berbicara dengan Hans yang sangat pendek.  "Kenapa kamu tidak datang menolongku?Bukankah kamu pengawalku."  "Aku memang.Tetapi tugasku adalah menjagamu dari ancaman berbahaya yang bisa membunuhmu,bukan dari rasa suka seorang gadis,tuan muda." Luna memberikan jawaban dengan dingin,dia melirik Hans dengan jijik di matanya.  "Aku adalah Agen yang khusus untuk membunuh orang,bukan babysitter untukmu." Kali ini Luna jelas lebih dingin dari yang tadi.   Hans menerima tatapan dingin dari sepasang mata violet yang jelas tidak memandang manusia sebagai makhluk hidup,dia pembunuh berdarah dingin. Hans bisa melihat betapa mati rasa orang ini. "Baik."  Luna terkejut dengan mudahnya remaja ini setuju. Dia sedikit merasa bersalah dengan kata-katanya yang tadi. Luna mengulurkan sepasang tangan langsing dan putih miliknya, lalu memeluk anak pendek itu. "Maafkan kata-kata kasarku."  Hans membeku dalam dekapan hangat dan harum ini. Jelas ini bukan aroma parfum buatan, tapi aroma alami dari tubuh gadis itu. Wajah Hans memerah sekian detik, lalu buru-buru mendorong untuk menjauh dari gadis itu. "A-Apa yang kau lakukan?!"  Luna kebingungan dengan penolakan seseorang padanya. Menurut data yang dipelajari bahwa anak-anak sangat suka dipeluk? Tapi kenapa dia didorong. "Apa kamu...demam?"Luna memperhatikan wajah memerah remaja itu.  Hans memalingkan wajahnya dan langsung berbalik pergi dari sana. Ditinggalkan oleh sendiri,gadis itu masih bingung dengan pemandangan tadi. Remaja tampan yang memerah? Sangat menggemaskan rupanya.   [Tingkat kesukaan target : 25℅] "Hah?" Melihat panel sistem yang muncul dihadapannya, ia lebih bingung lagi. "Sejak kapan fungsi ini ada?"   [Untuk memudahkan pendekatan yang baik dan benar pada anak-anak. AI dengan baik hati meretas sistem baru untuk anda.]   "Untuk apa kamu melakukan itu?"   [Pendekatan yang baik akan memudahkan anda bekerja sama dengan target.]   "Tidak bisakah kamu menghapus aplikasi ini?"   [Perintah ditolak!]   Luna mengerjakan kedua matanya kaget. Dia ditolak oleh manusia dan sistem untuk pertama kalinya? Jangan bercanda deh. Saat Luna akan berbalik pergi, dia sudah didatangi oleh murid laki-laki. Orang ini memiliki tinggi sekitar 1,75 meter, rambut kecoklatan dan mata sedikit coklat. "Siapa?" tanyanya   Murid laki-laki itu sedikit memerah dan tubuhnya kaku, dia gugup. Untuk pertama kalinya dia menemui seorang gadis yang sangat cantik dan memukau. "Namaku Alex dari kelas 3-1. Apa kamu mau makan siang bareng?"   [Orang asing terdeteksi] [Status : Aman] [Identitas : Alex Keynard]   "Halo...Luna Queenzia."Balas Luna dan membalas uluran tangan remaja itu.   Alex tersipu malu karena dia berhasil mendapat tanggapan gadis di depannya. "Apa kamu mau makan bareng?" Tawar nya lagi.   Ding.   Getaran di gelangnya membuat Luna sedikit menunduk dan memeriksanya. Melihat cahaya merah kelap-kelip dari gelangnya, kening gadis itu berkerut.   Dia mengangkat kepalanya dan menatap Alex. "Maaf tidak bisa. Ada yang harus aku kerjakan." Dia sudah berbalik pergi tanpa menunggu tanggapan remaja itu.   Alex tidak menyangka bahwa pihak lain malah meninggalkan dirinya. Beberapa murid yang melihatnya juga memandangnya dengan pandangan simpati. "APA YANG KALIAN LIHAT? INGIN MATA LO PADA GUE CONGKEL!"   Marah dan malu, Alex pergi dari sana. Tidak jauh dari sana, Hans nyatanya belum pergi dan masih menonton dari jauh dari awal sampai akhir. Saat melihat pria lain mendekati gadis itu, dia merasa marah dan tidak nyaman. Emosi asing ini sangat mengganggunya.   Dari kepalan tangannya, terlihat asap merah yang mengalir keluar. Sesaat sebelum asap itu menyebar, benda itu menghilang seketika. Hans berbalik pergi dari sana dengan sosok penyendiri dan tidak mudah didekati.  Tetapi dalam kepalanya, dia sedang bergelut dengan pemandangan tadi. Ingatan itu seakan sengaja tersimpan dalam kepalanya. Senyum dingin muncul di bibir tipis remaja itu, " Sepertinya keluarga Keynard sudah tidak ingin pewaris mereka." Hans tidak nyaman melihat orang lain berada dekat dengan Luna.                 BERSAMBUNG . . . . .  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN