Gosip mulai menyebar di seluruh sekolah bahwa murid baru yang telah mengeluarkan taringnya hari pertama dia di sekolah. Disisi lain, Luna sedang tidur di atas meja,walau dia seorang Agen yang baru kembali dari Lembah kematian, dia tetap saja mengantuk jika mendengarkan ocehan para murid ini yang tidak ada niat untuk memberikannya ketenangan. Dia menyesal mengambil penyamaran sebagai murid,kenapa dia tidak menjadi guru saja. Salahkan wajah ini yang terlalu menipu usia aslinya.
DING!
[Terdeteksi bahaya di dekat target. Harap untuk siaga]
"Selidiki dan Identifikasi Musuh dan temukan lokasi target."
Luna menutup bukunya dan berdiri berbalik dan mengikuti lokasi yang diberikan oleh AI padanya.
"Apa yang dilakukan oleh Hans di Kolam Renang sekolah?" Tanya Luna pada AI saat dia sampai di lokasinya.
[Target mungkin sedang berlatih berenang. Informasinya memberitahukan bahwa dia sangat menyukai renang.]
"Sungguh hebat. Dia berenang dengan santainya padahal nyawanya sedang diawasi oleh musuh." Cibir gadis itu.
Luna bisa melihat sosok Hans yang sedang berdiri di pinggir kolam, dengan tangannya dimasukkan ke saku miliknya.
Hembusan angin yang menyejukkan memberikan tampilan manis di wajahnya yang tampan. Di seberang sana, berdiri seorang wanita dengan rambut panjang coklat miliknya sampai pinggang. Matanya menatap lurus ke arah lokasi Hans dengan tatapan tajam dan niat membunuh yang kuat.
Hans mengangkat kepalanya dan melihat ke pihak lain. "Siapa yang mengirimmu?"
"Jadi ini target yang di beritahukan kepadaku? Sungguh anak laki-laki yang tampan dan segar. Adik kecil,ikutlah denganku maka aku tidak akan membunuhmu." Wanita itu tersenyum sangat menakutkan.
Hans menyipitkan matanya tajam. "Tidak akan pernah."
Wanita itu mendengus dan menatap bocah di depannya dengan tatapan mengejek. "Kau cari mati,bocah."
Wanita asing itu melompat ke arah Hans dengan gerakan yang sangat cepat,dia tiba-tiba berdiri di depan Hans dengan tangannya yang dipenuhi oleh kuku-kuku tajam dan hitam yang siap menuju ke arah bocah itu.
Tetapi sebuah siluet putih tiba-tiba muncul di tengah keduanya. Luna berhasil berdiri di tengah-tengah mereka,gadis itu dengan sikap tenangnya menghadapi wanita yang jelas bukan manusia itu.
BUGH!
Byuur!
Luna dengan gerakan yang lebih kuat berhasil mengayunkan kaki kanannya ke perut bagian kanan wanita itu,hingga pihak lawan terlempar ke dalam air kolam hingga menciptakan ledakan besar. Lapisan transparan melindungi Luna dan Hans dari basah.
Hans menatap sosok gadis di depannya dengan kaget dan kagum. Dia sangat tahu pihak lain adalag Agen yang profesional dan tentunya bela dirinya sudah sangat hebat.
Wanita di dalam kolam perlahan memegang pinggiran kolam,sosoknya yang basah kuyup sangat menyedihkan dan menyeramkan. Wanita asing itu mengangkat kepalanya dengan marah dia melihat ke arah dua orang yang berdiri dengan baik-baik saja.
"Siapa kamu!"pekik Wanita itu sambil menunjuk ke arah Luna. Wanita itu sangat sadar bahwa gadis ini bukan orang biasa dengan kekuatan seperti itu.
Luna memiringkan kepalanya dan melipat kedua tangannya."Apakah bos yang memerintahkanmu tidak memberikan informasi padamu tentang kehadiran Anggota Black Rose yang menjaga targetmu? Sangat bodoh."
Wanita asing itu membeku di tempatnya. Dia tahu organisasi yang disebutkan gadis itu tadi. Sebuah organisasi yang diisi oleh berbagai bakat yang tidak perlu diragukan lagi. "Si-Siapa dirimu yang sebenarnya!"
Luna tersenyum sinis. "Agen Khusus dengan identitas sebagai Queen."
"Qu- tidak mungkin! Bagaimana bisa seorang gadis kecil sepertimu memiliki identitas itu."Wanita itu jelas tidak percaya dengan perkataan Luna.
Luna tidak mengambil pusing dengan pikiran orang lain tentang dirinya. Semua orang pastinya tidak bisa menghubungkan seorang gadis seperti dia dengan sosok pembunuh berdarah dingin yang terkenal,Sang Queen .
Luna menjentikkan jarinya dan pedang merah miliknya muncul di depannya. Memegang pedang itu,Luna merasakan bahwa wanita itu sudah menyadari bahwa dia tidak berbohong saat melihat pedang dengan motif mawar hitam yang dilatari oleh lambang mahkota.
Slash!!
Luna menebas wanita itu dengan cara yang sangat santai."Sangat lemah."
Tubuhnya terbelah menjadi dua dan seketika berubah menjadi abu. Hans menatap gadis yang memegang pedang itu dengan perasaan aneh. Kenapa gadis itu terlihat sangat cantik di matanya,bahkan saat dia mengayunkan pedangnya,terlihat seperti tarian baginya.
Hans merasa dia pasti sedang berhalusinasi,kenapa dia berpikir bahwa gadis ini sangat mengagumkan.
"Aku akan membawamu kembali terlebih dahulu." Luna berkata dan menyimpan kembali pedangnya.
Saat Luna bersiap melangkah pergi, dia malah tidak mendengar pergerakan dari pihak lain. Berbalik,gadis itu malah bertemu dengan tatapan linglung pria itu.
" Hei bocah! Jangan melamun."
Hans yang kembali sadar langsung menjawab dengan gelisah. "Si-Siapa yang melamun...Aku tidak!"
Anak laki-laki itu langsung berlari pergi dari kolam,meninggalkan Luna yang menatapnya dengan aneh dan bodoh. "Apakah dia sedang puber? Sangat galak."
Perjalanan keluar dari area itu, tiba-tiba dering dari ponselnya membuatnya berhenti ditempat.
Sebuah ponsel jadul yang jelas sudah ketinggalan jaman masih dia simpan. Sebuah nama yang selama bertahun-tahun mencoba menghubungi, malah muncul lagi.
"Cahya...dia bukan tipe orang yang buruk juga,"Ujarnya dan menekan tombol jawab.
"Ha-halo??" Suara ragu-ragu dari orang diseberang sana terdengar.
"Hei Cahya! Apa Kabar?" Luna dengan mudah bersikap akrab pada orang ini.
"Bagaimana kabarmu?ah...aku sangat merindukanmu."
"Aku sangat baik sekarang. Kudengar kamu udah nikah sama seseorang yang baik. Semoga kalian bersama sampai maut memisahkan." Luna dengan tulus mengucapkan kalimat itu. Dia memilah informasi cahya melalui sistem miliknya.
"I hope!"
"Bagaimana dengan Rosa dan Hairul? Ku dengar mereka akan bertunangan."
"She is disgusting! I want to kill her."
Senyum sinis meningkatkan niat membunuh dibawah mata gadis itu. " Yeah...mereka sangat menjijikkan."
"Kapan kita bakal kumpul lagi? Gue rindu banget!"
"Entahlah. Pekerjaanku tidak menentu soalnya."
"Kalau gitu...jangan pernah tolak telpon gue lagi. Gue khawatir sama lo,Luna."
"Oke."
Mengakhiri komunikasi keduanya, Luna menyimpan kembali ponselnya dan berjalan menyusul langkah Hans. Di sudut matanya, dia melirik sosok remaja yang berdiri dibawah pohon.
"Kamu mengenal orang itu?" Tiba-tiba saja, Hans bertanya dan tidak seperti biasanya dia terlihat sedikit gelisah.
Luna menarik pandangannya dan fokus ke depan lagi. "Teman sekolah,bukan begitu?"
"Oh." Hans mempercepat langkah kakinya. Dia seperti anak kucing yang melarikan diri.
Alex juga melihat dua orang yang keluar dari tempat renang sekolah. Tatapannya tertuju pada kontak keduanya, dia melihat bahwa gadis itu sangat mudah berinteraksi dengan Hans yang dikenal sebagai orang paling susah didekati disekolah ini. Dibalik mata remaja itu terlihat kegelapan yang tidak bisa dideterksi.
"Sepertinya harus melakukan langkah yang lebih kasar,"Ujarnya dengan senyum sinis dibibirnya.
BERSAMBUNG . . . . . . .