Jam kosong yang dimiliki oleh anak sekolah pada umumnya mereka gunakan untuk bermain ataupun tidur.
Luna yang baru saja akan tidur siang, tiba-tiba dipanggil lagi oleh sebuah suara asing.
"Hei murid baru!" Seru gadis itu yang terlihat bersikap sangat sombong.
Luna menatap ke arahnya dengan bingung. "Sesuatu?"
Gadis asing itu memiliki rambut pendek sebahu berwarna hitam,dia adalah salah satu teman Alice yang tidak sengaja melihat Luna dan Hans berbicara dengan akrab,padahal tidak seperti itu.
Gadis itu bernama Miya dan termasuk murid yang suka mencari masalah pada murid junior di sekolahnya. Miya tersenyum licik dan melemparkan benda di tangannya ke arah Luna. Tatapan jahatnya tertuju ke arah tubuh Luna,tetapi hasil yang dia inginkan tidak sesuai harapannya. Miya melihat penghapus itu di tangkap dengan mudah di tangan Luna.
"Ba-Bagaimana mungkin!?"
Miya dan murid lainnya melihat benda di tangan Luna hancur hanya dengan sekali cengkraman gadis itu. Padahal itu termasuk benda lembut dan tidak mungkin hancur, apa yang mereka ingin nonton malah tidak sesuai harapannya. Maya melihat penghapus itu di tangkap dengan mudah di tangan Luna.
"A-Apa yang terjadi...."
Miya dan murid lainnya melihat benda di tangan Luna hancur hanya dengan sekali cengkraman gadis itu,padahal itu termasuk benda lembut dan tidak mungkin hancur.Tetapi di tangan murid baru itu malah berubah menjadi debu.Salah seorang murid yang tadi mendatangi meja Luna saat jam istirahat berseru.
"Apa dia monster?"
"Mungkin saja. Monster yang sialnya sangat cantik,"ujar salah satu murid.
Luna mendekati Miya yang sudah ketakutan dengannya. "Aku bukanlah tipe orang yang sabar. Jadi menjaulah dariku sebisa mungkin."
Maya merasa mata gadis didepannya bersinar dengan niat membunuh yang tertuju pada dirinya. "A-Apa yang akan kau lakukan padaku!?"
"Aku sangat suka bermain dengan orang sepertimu,"cibir gadis bersurai perak-keunguan itu.
Deg.
Atmosfer dalam kelas seketika turun ke titik beku. Tidak ada yang berani bergerak dan bernafas terlalu keras. Murid baru ini jelas bukan orang pendiam seperti kata guru tadi! Dia monster!
"Ka-kamu...." Maya menunjuk orang didepannya dengan tubuh gemetar. Dia ketakutan dengan berhadapan dengan mata itu.
"Apa kau tidak ingin tangan itu lagi?" Ini bukan pertanyaan, tapi ancaman membunuh.
Miya berbalik tanpa menjawab ucapan Luna. Dia berlari seperti di kejar oleh malaikat maut,sangat cepat sosoknya menghilang dari kelas ini.
"Apa kau tidak terlalu menakuti anak kecil? Sangat menakutkan." Peter merasa kasihan dengan murid perempuan itu.
"Apa kau ingin diam sendiri atau harus kubantu?" Tanya Luna dengan suara rendah.
".........."Peter memilih diam sendiri. Dia tidak ingin gadis itu yang membuatnya diam yang bisa saja dia akan dibuat diam selamanya. Luna kembali ke tempat duduknya,jarinya menekan gelang di tangannya.
"Bagaimana dengan penyusup tadi?"
"Tidak ada informasi yang penting. Mereka hanya pembunuh asal-asalan. Mereka tergiur dengan uang yang dijanjikan oleh pihak mereka."
"Apa kau terlalu malas bekerja? Kenapa berita yang kau bawa tidak berguna sama sekali."
"Uh...Kenapa kau sangat dingin sekali,"gumam pria itu.
"Wenn du frÜh sterben willst, sag es mir einfach."Luna membuka mulutnya dan mengucapkan satu kalimat dengan bahasa jerman.
"Si-Sialan jangan sombong!" Peter memaki dengan cemburu dari seberang sana. Bisa di bayangkan betapa malu dia karena gadis itu langsung memaki dalam bahasa jerman dengan sangat fasih,seingatnya dia tidak pernah ke negara itu.
"Belajarlah dengan AI lain kali,Pet."Luna memberikan senyum penuh ejekan pada pihak lain.
Luna melihat keluar jendela kelas. Dia melihat sosok Alex yang sedang dikerumuni oleh banyak gadis.
"Dia populer juga,yah."
Alex sendiri merasakan tatapan orang lain padanya, dia mengangkat kepalanya. Dua pasang mata saling bertabrakan. Alex tersenyum ceria ke arah gadis disana. Beberapa murid perempuan yang melihatnya, spontan pingsan dan bahkan ada yang mimisan.
Luna yang menonton adegan drama aneh itu. "............"
Alex menggerakkan mulutnya dan mengatakan sebuah kalimat yang hanya ditujukan pada gadis bersurai perak-keunguan itu. "Dia cukup sulit."
"Sejak kapan aku dekat dengannya?" Luna mundur dari jendela itu. Dia merasa merinding dengan orang sok kenal dibawah sana.
AI yang mendengarkan pertanyaan gadis itu,menampilakan panel sistem.
[Apa anda tidak ingin menambahkannya sebagai teman?]
[Murid bernama Yuna itu lumayan juga. Dia gadis yang ramah dan reputasinya sangat baik disekolah. Mereka pasti tidak akan membuat anda terganggu.]
Luna memutar matanya jengah. "Malas."
Mematikan alat komunikasi nya, Luna memilih tidur. Anehnya seluruh murid di kelas sangat kompak diam. Mereka tidak berani berisik dan mengganggu singa yang sedang tidur itu.
*****
"Hairul! Jangan menggodaku!"
Sepasang kekasih sedang asik berbelanja disebuah mall. Mereka membawa banyak tas belanja.Rosa dengan mesra memeluk lengan seorang pemuda tampan. Dia adalah kekasihnya, Hairul Liam. Mereka akan melangsungkan acara pertunangan mereka bulan depan dan sibuk-sibuknya menyiapkan segala keperluan.
Tiba-tiba mereka berhenti didepan sebuah toko. Bukan karena akan masuk beli, tetapi mereka bertemu dengan seorang perempuan yang mereka kenal.
"Hairul? Rosa? Kok kalian disini? Mana Luna?" Perempuan itu mengenakan gaun pendek yang sederhana dan memiliki motif mawar.
Rosa membeku di tempatnya, dia tidak pernah menyangka akan bertemu orang yang mereka kenal. "H-hai...Cahya."
"Lo kok gugup banget sih," ujar Cahya dengan tatapan bingung. Lalu pandangannya beralih ke lengan yang dipeluk oleh Rosa. "Kok lo meluk lengan Hairul sih...dia kan cowok Luna!" Dia sudah tahu bahwa keduanya sudah berhubungan diam-diam dibelakang Luna,teman masa kecilnya.
Seakan tebakannya benar. Cahya tersenyum sinis ke arah kedua orang itu. "Jadi lo udah berhasil mencuri cowok sahabat lo sendiri. Gue udah lama yakin dengan sifat buruk lo itu," cibir Cahya dengan senyum jijik dibibirnya.
Rosa membeku ditempatnya. Dia merasa sangat terhina dan tidak terima dengan ucapan yang dikeluarkan oleh perempuan itu.
"Apa maksud lo? Gue nyuri cowok sahabat gue? Hairul dan Luna udah putus beberapa tahun yang lalu."
Hairul tidak bergeming dan hanya memalingkan wajahnya ke samping. Cahya yang melihat pergerakan aneh orang itu, langsung mencibir mereka.
"Tidak mungkin mereka putus tanpa ada campur tangan lo, Rosa. Gue dari dulu udah duga, cewek kayak lo itu cuma perusak hubungan orang."
"K-kau!!" Rosa berseru dengan keras. Dia ingin menerkam perempuan di depannya, tapi dia dilindungi oleh beberapa pengawal berjas hitam.
Rosa hanya bisa menarik lengan pemuda disampingnya. Wajahnya sudah terlihat menyedihkan dan seakan dirinya sudah dianiaya oleh orang-orang ini.
"Hairul...ia menghinaku."
Melihat kekasihnya yang menangis sedih, sebagai pria pastinya Hairul tidak terima. Dia memeluk erat tubuh gadis itu.
"Cahya! Gue udah putus sama Luna dari waktu yang lama. Jadi, gue harap lo jangan ganggu cewek gue lagi. Kita juga udah mau tunangan." setelah mengatakan itu, keduanya berbalik pergi dari sana.
"Cih..." Cahya mencibir jijik. Dia juga pergi bersama pengawalnya.
Bersambung. . . . .