GDA//11

1093 Kata
Selama seminggu berlalu ini, Luna mulai beradaptasi dengan pekerjaan barunya. Dari pagi hingga sore hari, dia akan bersekolah dan menemani Hans. Saat malam hari, dirinya akan melakukan 'Pembersihan'  dalam jumlah besar di sekitar wilayah yang dekat rumah Hans.   Seperti yang sekarang dia lakukan. Dirinya dikelilingi oleh puluhan orang bersenjata. Beruntung saat ini, ia sudah mengaktifkan alat barunya.   [Status : Merah]   [Izin pemusnahan: Diterima]   [Senjata diaktifkan!]   [Sistem bertarung telah diaktifkan!]   AI mengaktifkan ruang tabung yang telah dibuat oleh Peter baru-baru ini. Kegunaan alat ini yaitu mampu membawa semua targetnya ke dalam ruang dimensi lain. Jadi pertarungan mereka tidak akan terdeteksi oleh siapapun.   "Kalian...siapa yang mengirim?" Tanyanya dengan gerakan membelai pedang di tangannya.   Cahaya dibawah mata itu menjadi lebih terang dan berbahaya. Puluhan orang itu menjadi waspada dengan gerakan gadis didepan mereka.   Salah satu orang dalam kelompok itu,mengumpulkan keberaniannya dia bertanya. "Siapa kamu sebenarnya? Pembunuh lain yang mengincar kekuatan itu?"   Yang lain juga ikut memandangi gadis berpakain hitam itu. Apalagi aura yang dikeluarkan sangat menakutkan.   Bibir gadis itu naik membentuk senyuman kecil. "Aku? Kalian datang kesini tanpa mendapatkan informasi yang akurat? Sungguh bodoh."   Mereka dikejutkan dengan alat yang digunakan oleh gadis itu sangatlah berbeda dengan apa yang pernah mereka lihat. Artinya orang ini pasti handal dalam kegiatan seperti ini.   Mereka mengarahkan senjata api di tangan mereka ke arah gadis cantik itu.   Dor!   Dor!   Dor!   Suara tembakan demi tembakan yang memekakkan telinga mulai berdatangan. Luna yang seorang diri telah dihujani puluhan peluru. Akan tetapi, gadis itu masih berdiri dengan sikap santai.   Merasakan bahaya yang mendekat, ia mengangkat tangannya dan melambaikannya dengan santai.   BOOM!!!   Peluru-peluru itu malah menabrak perisai yang tiba-tiba muncul dan melindungi gadis itu dari hujan peluru.   Memasang kacamata hitam khusus miliknya, Luna sudah memasuki mode serius. Pedang di tangannya mengeluarkan kilatan aneh yang berbahaya.   "Sudah siap anak-anak? Mari kita bermain!"   Tubuhnya bergerak sangat cepat ke tempat puluhan pembunuh itu berada.  Luna dengan lihai mengayunkan pedangnya dan menebas satu demi satu orang disana.   "AAKHH!!!"   "TOLONG--"   "SELAMATKAN KAMI!!"   "AKHH!! AMPUNI KAMI!"   "AHH..AAHH...AHH!!"     Jeritan dan teriakan orang-orang yang mendapatkan kematian itu menjadi musik yang sangat indah bagi Luna sendiri. Gadis itu memotong setiap bagian anggota tubuh mereka dengan kejam.   Dia hanya membutuhkan waktu selama 5 menit untuk membantai semua orang itu. Mayat yang berserakan di tanah akan menjadi mimpi buruk siapapun orang yang melihatnya.   Luna menyimpan kembali senjata miliknya. "Mereka lumayan untuk olahraga."   ****   Di lain tempat, tepatnya di rumah keluarga Albert diliputi dengan keadaan panik. Di lantai dua depan pintu kamar tuan muda kediaman itu, beberapa dokter berusaha ingin masuk ke dalam kamar itu. Sayangnya, pintu dikunci dari dalam oleh pemiliknya.   Nyonya Albert merasa panik melihat keadaan yang sekarang terjadi. Dia mengalihkan pandangannya pada beberapa penjaga yang dengan bodohnya tidak berani mendobrak pintu itu.   "Kenapa kalian masih berdiri disana! Dobrak pintunya sekarang!!" Serunya dengan wajah memerah karena marah.   Kedua penjaga itu langsung bimbang. Mereka tidak berani memasuki kamar tuan muda itu, apalagi mendobraknya. "Nyonya...apa kita tidak pakai kunci cadangan saja?"   "TIDAK BERGUNA!!" Teriak wanita itu dengan suara kencang. Apalagi di rumah saat ini Suaminya tidak ada, wanita itu jadi kebingungan sendiri.     Sampai sebuah suara dari belakang tiba-tiba muncul. "Minggir." Hanya satu kata sudah membuat orang-orang disana mundur ketakutan.   Luna berjalan dengan setelan hitam miliknya. Celana jeans hitam potong sampai paha, jas wanita dan dalam putih pendek. Bagian perut gadis itu terlihat, kulitnya putih bersih dan mulus. Penjaga dan dokter yang termasuk pria disana langsung memerah karenanya.   Gadis itu berjalan mendekati mereka, ia berhenti tepat di depan pintu kamar. Mengangkat tangan kanannya, ia hanya menggerakan ibu jari dan jari telunjuknya dan menjentik pintu itu.   BRAK!!   Pintu itu langsung hancur dan puing-puingnya berserakan di lantai.   Penonton yang melihat adegan itu. "................."   Gadis ini benar-benar menakutkan, sungguh betapa kuat di sebenarnya.   Luna melirik orang-orang diluar dengan dingin. "Pergi dari sini. Sisanya serahkan padaku."   Hanya mengangguk, mereka buru-buru berbalik dan melarikan diri dari sana.   Di Dalam kamar tersebut, sudah dipenuhi dengan asap merah yang keluar dari tubuh remaja itu. Hans memeluk tubuhnya kuat dan merasa kurang nyaman.   Panas seperti dibakar dan Seperti Diiris berulang ulang kali di kulitnya. Dia menunduk dan mulai mengeluh karena rasa sakit yang dia rasakan.   "Panass! "   "Ah! Sakit!!"   "To-tolong hentikan..."     Keluhan dan jeritan akibat rasa sakit itu, membuat gadis itu berbalik menatapnya. Dia berjalan kearah Hans yang memeluk tubuhnya Dengan kuat. "Husss...tenang. Jangan fokus pada rasa sakitmu."   "Rasakanlah suhu dingin yang perlahan mengalir masuk dalam tubuhmu."   Luna berusaha menenangkan remaja itu dan tangannya sudah memegang sebuah suntikan dengan cairan biru.   Dengan gerakan cepat, dia sudah menusuk masuk isi cairan itu ke dalam tubuh Hans. "Iya...tenanglah...sakitnya sudah hilang." Mendengar suara merdu itu, Hans mengangkat kepalanya dan ekspresi di wajahnya masih menahan rasa sakit itu.   "Sa...ini panas!" Serunya dengan gigi terkatup rapat.   Luna menjadi panik dengan betapa kuat efek serpihan dalam tubuh manusia biasa.   "AI! Bagaimana saat ini? Kondisinya semakin parah."   [Ada satu opsi yang bisa membantu orang itu. Apa anda akan menggunakannya?]   "Apa itu?" Kenapa dia semakin tidak nyaman mendengar kata pilih ini.   [Kontak fisik secara langsung! Anda bisa menggunakan sentuhan langsung pada target. Contohnya adalah ciuman dari bibir ke bibir.]   Luna terperangah dengan informasi yang diberikan AI padanya. "Apa kau mempermainkan aku?!"   [Hiks...anda salah. Saya hanya membantu anda. Dengan cara ini maka proses penyerapan sisa serpihan batu ruby akan berjalan dengan lancar dan aman.]   "................."Bisakah dia menolak?   [Tidak! Lakukan saja. Apa sulitnya menciumnya. Anda juga beruntung, Wajah target sangat tampan,kan.]       Akhirnya dia memilih melakukan Ciuman saja. Dia mulai menguatkan hatinya, perlahan ia mendekatkan tubuh mereka.    Hans mencium aroma s**u dan Coklat dari gadis itu ,"Apa yang kau lakukan"   'Bagaimana aku merasa seperti penjahat?'   [Jangan berpikir hal aneh lagi! Lakukan saja,pantang mundur!]   "................."   Luna mendorong kening remaja itu, tetapi wajahnya sendiri sudah memerah. "Tutup saja matamu."   "Hah??"   Deg.   Deg.   Deg.   Atmosfer dalam ruangan tiba-tiba berubah menjadi sangat aneh.     "Tenang lah, ini adalah cara efisien menyerap serpihan."Ujarnya tenang, tangannya masih setia memeluk erat tubuh remaja itu.   Karna Efek serpihan tubuhnya menjadi sangat lemah dan tidak berdaya. Akan tetapi, harga dirinya masih tetap saja kuat dan masih menolak dengan pendekatan gadis itu.   "Le-lepaskan aku!!" Jeritnya sambil mencoba mendorong gadis itu.   'Anak sialan ini...!'   Luna secara paksa langsung menarik kepala remaja itu dan menempelkan bibir mereka secara langsung. Akibat langkah ini, Hans terkejut dan matanya melebar kaget.   Kelelahan berat akibat rasa sakit itu ia akhirnya pingsan dalam pelukan gadis itu.   Luna memeriksa keadaan remaja itu."Suhunya sudah menurun dan gejalanya sudah mereda. Dia akan baik-baik saja untuk sekarang."   Luna menggendong remaja itu dan membawanya ke kasur miliknya. Dia juga dengan perhatian memakaikan anak itu selimut.   "Tidur dan mimpi indah lah." Selesai dengan kegiatannya, ia berbalik dan pergi dari sana.                 Bersambung.....  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN