***FLASHBACK***
"Putriku si calon dokter! Ibu bangga sekali padamu Hana," Jingga memeluknya.
"Siap menjalani masa ospek?" tanya Keenan.
"Ih ayah, sekarang bukan lagi disebut ospek tapi PKKMB. Artinya, Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru," bantah Hana.
Keenan hanya tertawa, "Maklum beda generasi. Berapa hari masa pengenalan ini?"
"Di jadwal sih selama dua hari PKKMB kampus, lalu lanjut tiga hari lagi PKKMB fakultas. Ada sambutan dari pimpinan perguruan tinggi, pengenalan organisasi kemahasiswaan, dan pengenalan peraturan kampus. Lalu kemudian kita akan menjalani pemeriksaan kesehatan, pembagian jaket angkatan, display unit kegiatan mahasiswa, orientasi kehidupan kampus, orientasi belajar mahasiswa dan pengenalan sistem akademik fakultas," Hana membacakan selembar kertas yang berisi rangkaian kegiatan selama PKKMB.
Danis tiba tiba muncul, "Ahh.. Adikku akhirnya masuk juga fakultas kedokteran. Kakak kok bangga sekali ya.."
Hana menonjok lengan Danis dengan pelan. Ia pun tersenyum, "Kalau aku sudah jadi dokter, nantinya ayah, ibu dan kakak bisa berobat gratis."
Danis tertawa, "Kakak mau antar kamu di hari pertama ini. Let's go!"
"Iya kak, aku juga tidak mau terlambat," Hana mengangguk semangat.
"Ayah, ibu, aku pergi," Hana mencium tangan Keenan dan Jingga. Begitupun Danis. Keduanya berlari ke halaman belakang rumah, tempat mobil terparkir.
"Gema juga masuk Pelita Nusantara kan?" Danis memastikan sambil menyalakan mesin mobil.
"Iya, cuma dia kan di Psikologi. Jadi beda. Tapi aku senang setidaknya bisa ketemu Gema di kampus," Hana menjelaskan. "Jadi aku memiliki teman yang aku kenal sebelumnya.
"Tenang saja, kamu pasti akan mendapatkan banyak teman nantinya," ujar Danis sambil menggerakkan mobilnya secara perlahan.
"Semoga kak," Hana tersenyum bahagia.
Danis melirik sekilas ke arah adiknya. Ada rasa khawatir kalau Hana tidak siap menghadapi pergaulan di tingkat perguruan tinggi, tapi Danis berdoa agar adiknya itu sanggup menghadapi segalanya.
"Hana, apapun yang terjadi di masa perkuliahan, hadapi saja. Jangan mudah menyerah," Danis menasihati adiknya. "Kalau ada yang tidak enak, jangan dipendam sendiri. Bilang kak Danis ya?"
"Iya kak," Hana mengangguk
"Enaknya kampusmu dekat rumah, kita sudah sampai lagi," Danis menghentikan mobilnya di area gerbang luar.
Hana pun turun dari dalam mobil, "Terima kasih kak."
"Pulang sama siapa?" Danis bertanya.
"Ibu bilang mau jemput, tapi kalau tidak sama Bapak Safwan," jawab Hana.
"Ok. Kakak soalnya tidak bisa jemput, ada janji selepas kuliah," ujar Danis.
"Iya tidak apa apa. Hati hati kak," Hana melambaikan tangan dan membiarkan Danis pergi.
Ia pun melangkah ke auditorium besar tempat para mahasiswa baru berkumpul. Para mahasiswa duduk di lantai dalam bentuk barisan. Hana masuk ke dalam barisan tersebut dan menunggu acara PKKMB berlangusng.
Tatapan matanya menangkap sesosok manusia yang ia cari cari. Dari kejauhan Hana melihat sosok Daru. Ia terus memperhatikan gerak gerik Daru.
Kak Daru terlihat cool, tampan dan memesona sekali! Tak heran banyak mahasiswi mendekat dan mengajaknya mengobrol. Tapi, abaikan soal mahasiswi itu, yang penting aku bisa tiap hari melihatnya! Ini membahagiakan! Masa masa kuliah sepertinya akan jadi masa masa menyenangkan.
Hana menahan senyumnya.
Sekitar satu barisan di sampingnya, ada dua orang anak perempuan yang berbincang bincang dengan pelan. Tapi, karena posisi mereka dekat dengannya, Hana bisa mendengar percakapan mereka. Dan keduanya membahas soal kak Daru.
Hana sedikit cemburu mendengarnya. Kedua perempuan itu menyebut kalau dari semua kakak kelas, Darudarma Madhani Abisatya adalah yang paling keren dan paling segalanya.
"Kak Daru ganteng sekali. Belum lagi dia pintar. Katanya dia juga mahasiswa teladan," ujar mahasiswi baru bernama Cynthia itu.
Hana mengetahui namanya dari name tag yang ia kenakan. Ia memperhatikan kalau lawan bicaranya bernama Listya.
"Memang, dia idola semua perempuan di kampus ini. Tak hanya itu, dia juga anak konglomerat. Kaya raya tapi low profile. Makanya banyak yang suka," ujar Listya.
"Aku dengar dengar, kakak kelas kita juga banyak yang suka. Tapi ada satu perempuan yang sering ada di dekatnya, namanya Widari," Listya menambahkan.
"Kamu tahu darimana?" tanya Cynthia.
"Banyak yang cerita. Kakakku juga kan kuliah di kampus ini," jawab Listya.
"Apa mungkin kak Daru melirikku?" ujar Cynthia dengan genit.
Listya tertawa, "Bisa saja. Kamu cantik dan pintar. Kamu juga dari keluarga baik baik."
Hana menunduk mendengar percakapan itu. Perempuan yang bernama Listya itu benar, Cynthia cantik dan terlihat supel, kak Daru mungkin saja suka.
Ia terdiam dan meremas jari jemarinya dengan erat. Ingin rasanya menceritakan ini semua pada Jani dan Gema.
"Hai, kamu siapa? Boleh kenalan?" sapa seorang perempuan.
Hana tersenyum. Senang ada yang menyapanya, "Aku Hana."
"Aku Oktria," ungkapnya. "Panggil saja aku Tria."
"Senang bisa berkenalan. Teman teman SMA ku tidak ada yang masuk kedokteran di sini, jadi aku belum ada teman kuliah," Hana bercerita.
"Sama," ujar Tria sambil tersenyum.
Tak lama terdengar suara dari speaker di auditorium yang mengungkapkan kalau acara akan segera dimulai. Hana dan Tria pun terdiam dan mulai menyimak berbagai informasi yang disampaikan pimpinan universitas yang berwenang. Lalu ada juga pemaparan dari senat dan Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM.
Kak Daru ikut bicara dan menyampaikan banyak hal. Hana tak bisa fokus sama sekali. Adanya kak Daru di hadapannya hanya merusak konsentrasinya. Apa yang diucapkannya tidak masuk telinganya sama sekali. Pikirannya melayang tidak jelas.
Hana menahan senyumnya saat menyadari ketololannya itu.
Setelah sekitar dua jam menyimak. Mereka semua diajak keluar dan melakukan aktivitas lapangan. Hana merasakan kalau cuaca yang terik membuat kulitnya terasa panas.
Saat break, Hana memilih menyendiri dan berteduh. Panas siang itu bisa bisa membuatnya sakit. Namun tiba tiba saja ada yang menyapanya, "Selamat datang mahasiswi baru."
Hana pun menoleh dan melihat kak Daru ada di belakangnya. Ia langsung berseri seri, "Terima kasih kak. Akhirnya aku berkuliah juga di sini."
"Bagaimana hari pertamamu?" Daru duduk di sampingnya.
"So and so.." Hana tidak memberi jawaban pasti.
"Aku senang, tapi rasanya sepi juga tanpa teman temanku seperti Jani dan Gema," tambahnya.
"Tenang, ada kak Daru," Daru tersenyum.
"Iya," Hana tersenyum lebar.
"Jujur, baru hari pertama, tapi aku sudah merindukan teman temanku dan sedikit takut menghadapi perkuliahan ini," Hana menatap ke depan, ke arah taman hijau di hadapannya.
Daru tertawa, "Kamu sama juga seperti Runa. Tadi dia sempat mendadak mogok pergi. Katanya tidak ingin berkuliah karena takut menghadapinya. Setelah dibujuk berbagai cara, akhirnya dia pergi juga."
Hana ikut tersenyum, "Kalau aku, semangat sih pergi ke kampus. Meski takut takut juga."
"Bagus kalau kamu semangat," Daru menoleh ke arahnya.
Hana ikut menoleh ke arah Daru.
Semua karena kakak, sehingga aku semangat pergi ke kampus!
Daru menahan senyumnya, "Apa yang membuatmu semangat pergi ke kampus?"
Hana mengatupkan bibirnya. Tak tahu harus menjawab apa...
"Mmm.. Apa ya?" Hana bingung.
"Tidak usah kamu jawab kalau bingung," Daru tersenyum lebar, "Pokoknya, selama kamu berkuliah di sini, kamu bisa mengandalkan kak Daru."
Hana mengangguk dengan kencang. Kedua kakinya terayun ayun. Hatinya senang.
Daru hanya tersenyum dan tersenyum melihat tingkah Hana.
***
Dari kejauhan, beberapa pasang mata menatap Hana dengan penuh kebencian. Salah satunya bertekad untuk membuat hari hari Hana tidak menyenangkan.