CIUMAN PERTAMA

1004 Kata
Suasana kampus Universitas Pelita Nusantara terlihat ramai karena hari itu ada bazaar dan pentas musik. Semua tampak bersuka cita mengikuti jalannya kegiatan. Mereka rehat sejenak dari kegiatan perkuliahan yang membuat mumet. Sorak riang mahasiswa mahasiswi menambah semarak acara hari itu. Namun, ada seorang mahasiswi kedokteran tingkat satu yang tidak bergabung dalam keramaian acara. Isak tangis mengisi kesunyian ruangan tempatnya duduk menekuk kaki di lantai yang dingin. Hana berdiam diri di lantai pojok lorong perpustakaan yang letaknya tersembunyi. Ia dengan sengaja melarikan diri dari keramaian aktivitas kampus di luar sana. Kepalanya menunduk di antara lututnya. Ada air mata mengalir di pipinya. Ia menangis tapi berusaha menahan diri agar tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Ingin rasanya berteriak keras dan memukul sesuatu, tapi ini di kampus. Hana terisak pelan di dalam perpustakaan yang memang sepi. Sengaja ia berlari ke lokasi favoritnya ini, agar tidak ada seorangpun melihatnya berurai air mata. Lama kelamaan, tangisnya berhenti, meski air mata masih membasahi pelupuk matanya. Ia tidak ingin mengangkat kepalanya, karena tahu matanya pasti merah. Sambil menunduk, Hana mencoba membersihkan ingus yang keluar dari hidungnya dengan kaos yang ia kenakan. Tidak ada alat pembersih lain karena tisu di tasnya ternyata habis. Tiba tiba, ia mendengar ada suara langkah mendekat. Hana mencoba menghindar, tapi tidak bisa. Suara lelaki yang tidak asing lagi itu menyebut namanya, "Hana?" Lelaki ini telah mengganggu benak pikiran dan hatinya beberapa bulan terakhir, Darudarma Madhani Abisatya. Kak Daru adalah kakak kelasnya yang begitu populer dan menjadi idaman para mahasiswi di kampusnya. Lelaki sempurna yang memiliki segalanya. Kecerdasan, ketampanan, kebaikan, kekuatan dan kekayaan. Pepatah nobody's perfect tidak berlaku untuk kak Daru di mata Hana. Kak Daru is perfect! Tak sekedar sempurna, Darudarma Madhani Abisatya juga cinta pertamanya. Dialah yang pertama kali mengisi relung hatinya. "Kenapa kamu menangis Hana?" Daru mendekat dan bertanya dengan nada suara khawatir. "Kak Daru..." Hana mencoba menghapus air matanya dengan cepat karena kaget saat melihat Daru ada di hadapannya. Ia pun mengangkat kepalanya. "Ma-matamu merah. Kenapa? Ada apa?" Daru bersila sambil menatapnya. Ada kecemasan yang tergambar dibalik mata jernihnya. "Aku, aku.." Hana tak sanggup bicara dengan jelas karena air mata yang kembali keluar. "Jangan menangis," Daru tercekat. "Ja-jangan bersedih. Ada apa?" Ia mencondongkan tubuhnya ke arah Hana, jari jemarinya bergerak menghapus air matanya. "Ceritakan pada kak Daru. Kamu kenapa?" Daru menatapnya ingin tahu. "Aku sepertinya tidak mungkin kuat menjalani perkuliahan ini," Hana sesegrukan. "Aku tidak memiliki teman. Selain itu, ada saja orang yang tidak suka aku." "Kakak, aku tidak tahan," Hana kembali menangis. "Kamu memiliki kak Daru," Daru membelai lembut rambut Hana. Hana mengangkat kepalanya, "Kakak ada di pihakku?" "Tentu saja. Kakak akan membelamu mati matian," Daru tersenyum menatap Hana. "Jangan menangis dan ceritakan apa yang terjadi?" Daru kembali bertanya. "Apapun yang terjadi, kamu tidak sendiri." Hana kembali menghapus ingusnya dengan kaos yang ia kenakan. Daru tergelak, "Nanti kaosmu kotor. Gunakan ini." Hana kaget saat Daru meyodorkan ujung kaosnya. Daru berlutut dan mendekat ke arah Hana. Ia menggunakan ujung kaosnya untuk menghapus ingus yang mengalir keluar dari hidung Hana. "Te-terima kasih kak. Kaos kakak jadi kena ingusku," Hana jadi tidak enak hati. Daru tertawa kecil, "Tidak masalah, kenang kenangan dari kamu." Hana jadi ikut tertawa, "Aku tidak membawa tisu." "Kalau seperti ini, aku jadi kangen Jani dan Gema," Hana menarik nafas panjang dan mencoba tenang. "Tenangkan dirimu dan ceritakan pada Kak Daru," Daru bergeser dan duduk di samping Hana. "Ini kak. Lihat," Hana mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya. Daru membuka amplop tersebut. Ia begitu kaget saat membacanya. JANGAN KECENTILAN! GANJEN BANGET JADI CEWE! JANGAN SOK CANTIK! "Si-siapa yang mengirimkannya?" Daru tak percaya kalau Hana jadi korban bully lewat surat kaleng seperti ini. "Aku tidak tahu kak. Ini sudah beberapa kali," Hana menghela nafas. "Pesan yang lainnya dimana?" tanya Daru. "Ada yang aku buang, ada yang masih tersimpan entah dimana," jawabnya. Daru merenung dan berpikir. Siapapun yang mengirimkan surat ini seperti mencari gara gara dengannya. Hampir semua orang tahu kedekatannya dengan Hana di kampus ini. Daru merasa geram sendiri. "Kakak, apa aku kecentilan? Apa aku ganjen? Apa aku sok cantik?" Hana bertanya perlahan. "Hatiku tidak enak rasanya saat membaca pesan itu." Daru terdiam beberapa saat. Tapi kemudian, ia membuka mulutnya, "Kamu tidak kecentilan. Malah di mata kakak, kamu itu imut sekali. Anak periang yang menceriakan suasana." "Lalu, kamu tidak ganjen. Shaqeena Hana Rasyid adalah anak yang manja dengan caranya. Tidak berlebihan dan membuatmu terlihat cute!" lanjut Daru. Daru lalu menoleh ke arah Hana, "Dan, Hana, kamu tidak sok cantik, tapi kamu memang cantik." Hana merasa kaget mendengar semua jawaban Daru. Jantungnya berdebar super kencang. Otaknya mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal. Kelenjar ini seketika mengeluarkan hormon adrenalin, epinefrin dan norepinefrin. Semua hormon itu mengalir melalui darahnya dan menyebabkan jantungnya berdetak lebih cepat dan lebih kuat. Semua gara gara Kak Daru! "Apa kamu dengar ucapan kak Daru?" Daru mengeluarkan tanya dengan lembut. Hana mengangguk dan menjawab dengan gugup, "A-aku dengar." "Abaikan semua yang ditulis dalam surat kaleng ini. Kamu tidak seperti apa yang tertulis," Daru kembali bicara. Hana menoleh ke arah Daru dan tersenyum, "Ucapan kakak membuatku lebih tenang. Kakak baik sekali padaku." Daru mengatupkan bibirnya. Ia mengaitkan rambut Hana yang terurai sedikit berantakan ke daun telinganya. "Ada kak Daru di sisimu. Darudarma akan selalu menjadi bagian dari Tim Hana," Daru tersenyum menatap Hana. "Sungguh?" Hana berbinar senang. "Serius?" "Sungguh," Daru mengangguk. "Kak Daru serius." "Sekarang, berdiri. Hadapi semua dengan senyum," Daru bangkit berdiri. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Hana agar ikut berdiri. Hana menyambut uluran tangan Daru dan bangkit dari lantai. Namun, ia berdiri terlalu cepat hingga kakinya keserimpet dan tubuhnya seperti terdorong ke arah d**a Daru. "Ma-maaf," Hana menengadahkan kepalanya menatap Daru. "Ka-kakiku keserimpet." "Ti-tidak apa apa," Daru menjawab dengan gugup. Saat Hana hendak menarik tubuhnya. Ia merasakan kalau tangan Daru membelai pipinya. Tak hanya itu, wajah Daru pun mendekat, semakin dekat, semakin dekat dan akhirnya tersisa satu milimeter saja. Hana tak sanggup bergerak. Kakinya seperti melekat ke lantai dingin perpustakaan. Secara reflek matanya terpejam. Ia merasakan kalau tas di tangannya terjatuh begitu saja kala bibir lembut Darudarma Madhani Abisatya menyentuh bibirnya. Ciuman pertamaku!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN