Gema berlari dengan cepat ke arah kafetaria. Ia terengah engah setibanya di tempat berkumpulnya para mahasiswa itu. Hana terlihat melambaikan tangannya. Gema pun menghampiri Hana dengan cepat.
"Aku.. Harus... Bicara," ujar Gema.
"Tenang dulu. Ini minum air mineral," Hana menyodorkan botol minumnya.
Gema meminumnya hingga habis, "Hausnya..."
"Kenapa kamu harus berlari?" tanya Hana.
"Aku, aku, tadi mengalami sesuatu," ungkap Gema. Ia melihat sekeliling, khawatir ada yang memperhatikan mereka.
"Apa?" Hana berbisik.
"Jadi, tadi ada kakak kelasku, namanya Arjuna, dia meminta nomor ponselmu. Aku bingung," jelas Gema.
"Akhirnya aku beralasan kalau mau bertanya dulu sama kamu. Eh, dia terlihat tidak suka. Katanya : kenapa harus tanya dulu?" lanjut Gema lagi.
"Terus?" Hana penasaran.
"Ya aku bingung jawab apa. Akhirnya aku berpura pura bilang kalau kak Daru tidak suka kamu sembarangan memberikan nomor ponsel," Gema menceritakan kebohongannya.
Hana cekikikan.
"Dia akhirnya bertanya : Memangnya Hana dan Daru pacaran?" ujar Gema.
"Dan aku jawab.. IYA," Gema tergelak. "Aku bohong. Bagaimana ini?"
Hana tertawa sambil menutup mulutnya, "Tidak apa apa. Justru aku mau cerita, kalau kemarin, aku dan Kak Daru jadian."
"A-apa???" Gema berbicara dengan keras. "Se-serius?"
"Jangan keras keras," Hana berbisik. Ia memperhatikan suasana sekitar. Ada satu dua orang melirik, tapi sisanya kembali melanjutkan percakapannya.
"Kamu selalu heboh," ucap Hana.
"Sori! Tapi ini mengagetkan!" Gema tertawa.
"Tapi, serius, aku ikut senang. Jani atau Runa apa tahu?" tanyanya.
"Aku belum cerita. Nanti saat kita menginap di rumah Jani saja aku mau membuka semua ini. Dari semua orang, Jani dan Runa tentu harus tahu, khususnya Runa," terang Hana.
"Bagaimana perasaanmu?" Gema menahan senyum.
"Aku.. Bahagia.. Kak Daru baik sekali. Kamu tahu kan, sudah berbulan bulan sejak aku suka. Jadi, ini membahagiakan sekali," Hana mengatupkan bibirnya.
"Om Keenan dan Tante Jingga tahu?" Tanya Gema.
Hana menggeleng, "Hanya kak Danis yang sudah tahu. Nanti nanti, aku pasti cerita sama ayah ibu. Hanya saja, kenapa kok rasanya malu buat cerita.."
Gema tergelak, "Namanya juga pacar pertama."
"Tapi, ini pacar pertama yang super perfect!" Gema mengacungkan jempol.
Hana menutup mulutnya dan tersipu, "Aku tidak mau kak Daru jadi pacar pertama saja. Semoga saja, bisa jadi yang terakhir. Aku bertekad akan membuat hubungan ini awet!!!"
"Me-menikah? Kamu sudah memikirkan menikah dengan kak Daru? Ihh.." Gema terlihat tidak suka dengan kata MENIKAH.
Hana tertawa, "Memang kenapa? Kita sudah dewasa bukan?"
"Iya dewasa si dewasa, tapi, menikah?? Nanti bikin anak.. Ih, aku geli.." Gema mengangkat kedua bahunya tanda tidak suka.
Hana kembali tertawa, "Kamu kejauhan ih!!! Sudah sudah. Aku cerita lengkap nanti di rumah Jani saja ya.. Sekarang aku ada cerita lain..."
"Apa?" tanya Gema.
"Ini, ada yang mengirimkan surat kaleng padaku," Hana mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan galeri foto beberapa surat surat kaleng yang sempat ia ambil gambarnya.
Gema membelalak kaget melihat foto surat surat kaleng itu, "Si-siapa yang tega melakukannya?"
Hana menggeleng, "Aku tidak tahu."
"Apa mau minta bantuan papa untuk menyelidikinya?" tanya Gema.
"TIDAK! JANGAN!" Hana langsung kaget. "Kalau Om Levi terlibat, ayah dan ibu pasti tahu. Kak Danis tahu, tapi ayah dan ibu belum tahu. Aku tidak mau membuat ayah dan ibu panik."
"Selain itu, kak Daru janji akan membantuku mencari tahu pelakunya," jelas Hana.
"Aku juga akan membantumu. Kita bersatu padu untuk mencari pelakunya," Gema mengangguk dengan semangat.
"Thank you. Ah, banyak hal yang ingin aku ceritakan, tapi nanti saja saat kita menginap di rumah Jani ok?" Hana menatap Gema.
"Ok! Apa kita pulang sekarang?" Gema mengajak Hana pergi.
"Kak Daru mau mengantarkanku pulang. Nanti kamu pulang bareng aku dan kak Daru saja. Atau sekalian saja kita bahas semua ini di rumah. Kabari Tante Jemma supaya jemput kamu di rumah," usul Hana.
"Ah, nanti aku ganggu," Gema menatap Hana dengan tatapan usil.
Hana tersenyum, "Tidak, kak Daru masih ada urusan. Dia langsung kembali ke kampus lagi setelah drop aku."
"Ok kalau begitu," Gema mengangguk setuju.
Tak lama, Daru menghampiri mereka, "Kita pergi sekarang?"
"Gema ikut karena mau ke rumahku," ucap Hana.
"Ok! No problem!" Daru tersenyum. "Let's go!"
Daru, Hana dan Gema berjalan beriringan menuju parkiran. Mereka bercanda tawa sepanjang jalan.
Tak jauh dari tempat kak Daru memarkirkan mobilnya, berdiri Cynthia dan Listya. Keduanya memperhatikan Hana dengan tatapan tidak suka.
Gema menyadari hal itu. Ia menatap Hana ingin tahu.
Hana meremas jari jari Gema memberikan kode agar pura pura tidak melihat. Setelah di dalam mobil, Gema dengan tidak sabar langsung bertanya, "Mereka teman sekelasmu bukan?"
"Iya," Hana mengangguk.
"Tapi kenapa terlihat tidak suka?" Gema mengerutkan keningnya.
Diam diam Daru memperhatikan Cynthia dan Listya dari dalam kaca spion mobilnya. Dugaan Gema memang betul, keduanya seperti tidak menyukai Hana.
"Itu yang belum aku ceritakan. Mereka memang sepertinya tidak menyukaiku sejak insiden sepatu," terang Hana.
"Sepatu? Maksudmu?" Gema belum mengerti ceritanya.
Hana pun menceritakan semuanya. Gema terlihat menunjukkan ekspresi tidak suka.
"Mereka julid ih!" Gema langsung emosi.
"Itu sebabnya aku kangen kamu Gem. Huhuhu... Di kelasku tidak asa yang seceriwis kamu," Hana menoleh ke jok belakang tempat Gema duduk.
Gema hanya tertawa, "Hanya ada satu Gema di dunia ini. Unik dan satu satunya."
"Andai kamu masuk kedokteran," Hana tergelak.
Daru hanya tersenyum memperhatikan tawa canda Hana dan Gema. Ia senang melihat Hana tertawa riang.
Sepertinya, pacar cantiknya itu sesaat melupakan persoalan yang menderanya. Hal itu membuatnya sedikit lega.
Akhirnya mereka tiba di kediaman Keluarga Rasyid.
"Maafkan kakak tidak bisa berlama lama, sampaikan salam pada Om Keenan dan Tante Jingga," ucap Daru.
"Iya kak, tidak apa apa. Ayah ibu juga sedang pergi. Hari ini ada acara yayasan sampai malam," terang Hana.
"Kak Daru pergi," ia tersenyum sambil mengacak acak rambut Hana.
"Iya kak, hati hati," Hana melambaikan tangan.
Ia dan Gema menunggu hingga mobil Daru keluar dari gerbang.
"Aihhh so sweet.. Kalian cocok," Gema tersenyum lebar.
Hana hanya tersipu malu. Ia menarik tangan Gema masuk ke dalam rumah.
Setelah mengambil camilan dan minuman, mereka langsung masuk ke kamar Hana.
"Jadi ceritakan padaku, bagaimana kak Daru menyatakan perasaannya?" Gema cekikikan.
Hana langsung mengenang ciuman pertamanya di perpustakaan hari itu, "Mmm... Kejadiannya di perpustakaan. Kak Daru..."
Belum selesai ia bercerita, tiba tiba saja ponselnya berbunyi. Ada pesan masuk dari nomor tak dikenal.
DASAR CEWE MURAHAN! BERANI BERANINYA MENGGODA DARUDARMA! KAMU AKAN MENDAPATKAN AKIBATNYA!
Hana langsung berkaca kaca. Ia shock membaca pesan yang tertulis. Baginya, kata kata itu terasa kasar.
Gema memperhatikan perubahan sikap Hana, "Ka-kamu kenapa?"
"Baca ini," Hana meminta Gema membaca pesan yang tertulis.
"Jahat sekali!" Gema merangkul Hana.
Hana pun menangis sesegrukan. Gema terus menerus mengusap punggung Hana dan menenangkannya.
Dalam hati Gema bertanya tanya.
Darimana orang ini tahu soal kak Daru dan Hana? Bahkan akupun baru tahu barusan.
Ini misterius dan membuat penasaran.
***
"Kenapa kamu tidak masuk kuliah?" ibunya bertanya.
Rahmi hanya menggeleng, "Ibu, aku ingin sendiri dulu."
"Ya sudah. Kalau ada apa apa, nanti cerita sama ibu. Jangan dipendam sendiri," ibunya menatap dengan khawatir.
"Iya bu," Rahmi mengangguk.
Setelah ibunya keluar, Rahmi berbaring di tempat tidur dan menangis.
***