Tan Lishen berlari menghampiri Lady Qin. Lady Qin seketika terdiam di tempatnya. Baru kali ini Tan Lishen berbicara langsung kepadanya semenjak putus. Dia bahkan meminta maaf kepada Lady Qin. Hal itu membuat Lady Qin tak bisa berkata-kata. Lady Qin masih saja terpukau dengan laki-laki tersebut. Mantan pacar yang telah mengabaikannya. Laki-laki yang membuat dia berada dalam bahaya. Laki-laki yang tak bisa ditebak sikapnya. Bahkan sekarang pun Lady Qin tak mengerti. Mengapa laki-laki ini begitu sulit untuk dipahami.
"A Qin, aku sudah dengar semuanya. Wu Zeming memang keterlaluan. Aku minta maaf atas namanya," ucap Tan Lishen sambil menatap Lady Qin lekat. Tatapan yang mampu membuat Lady Qin Gugup dan salah tingkah.
"Gege tak perlu minta maaf. Itu bukan salah Gege. Semuanya salah Wu Zeming," ucap Lady Qin dengan pelan.
"Tapi tetap saja. Wu Zeming adalah temanku, dan kejadiannya berlangsung di rumahku. Aku tetap bertanggung jawab akan hal ini. Untuk itu aku benar-benar minta maaf padamu."
"Tak masalah, Ge. Semua sudah lewat."
"Kau tak marah padaku, kan?" Tan Lishen kembali menatap langsung ke mata Lady Qin. Melihat itu, Lady Qin langsung menunduk, untuk menghindari tatapan Tan Lishen.
"A ... A Qin tak marah sama sekali. Sudah aku katakan, semuanya sudah berlalu. Jadi tak perlu dibahas lagi."
"Kalau begitu ... kau mau ikut denganku?" Tan Lishen tersenyum lembut.
"M-Maaf, Ge. Aku masih ada kelas,"
"Tak masalah. Aku bisa menunggumu,"
"Memangnya mau pergi kemana?"
"Hmm, aku akan mentraktir makan, sebagai tanda permintaan maafku,"
"Tapi A Lin memintaku untuk langsung pulang begitu kelas selesai."
"Benarkah? kakau berkata begitu?"
"Iya, aku tak boleh kemanapun dan harus langsung pulang, karena itu ... A Qin tak bisa pergi bersama Gege."
"Jika kakakmu berkata begitu, baiklah tak masalah. Tapi besok kau harus ikut makan bersamaku,"
"Tapi A Lin ..."
"A Lin juga akan ikut. Jika dia ikut bersamamu, itu tak jadi masalah, kan?"
"A Lin juga boleh ikut?"
"Tentu saja. Karena aku juga merasa bersalah pada kakakmu, bagaimana?"
"A-Aku tak bisa memutuskan, aku harus bertanya pada A Lin dulu,"
"Hmm, tak masalah. Jika dia tak mau, katakan saja padaku, aku sendiri akan langsung memintanya ikut," Tan Liburan mengusap lembut kepala Lady Qin lalu beranjak pergi. Beberapa langkah kemudian, Tan Lishen berhenti lalu berbalik menatap Lady Qin, "Ah, sebagai informasi aku tidak akan membawa Wu Zeming. Aku juga tidak berteman dengannya lagi, jadi A Qin tak perlu khawatir," ucapnya lagi. Tan Lishen melambaikan tangannya dan kali ini benar-benar pergi menuju ke fakultasnya.
Setibanya di rumah, Lady Qin langsung mondar-mandir tak keruan. Dia merasa senang namun sedikit gugup. Perubahan Tan Lishen yang tiba-tiba membuat Lady Qin bertanya-tanya. Mungkinkah Tan Lishen masih menyukainya. Ataukah adakah kesempatan baginya untuk bersama Tan Lishen kembali, ataukah Tan Lishen bersikap baik murni hanya karena merasa bersalah. Yah, menurut Lady Qin kemungkinan ketiga lebih tepat. Karema tak mungkin Tan Lishen masih menyukainya setelah dia terang-terangan menolak kembali pada Lady Qin di depan banyak orang di kampus.
"Hah, seperti yang Tan Gege katakan. Dia ingin mengajakku makan sebagai bentuk permintaan maafnya. Itu sudah pasti, tak mungkin dia ingin kembali padaku," ucap Lady Qin sambil memonyongkan bibirnya, "Tapi bagaimana ini? jika A Lin tahu, dia pasti akan melarangku. Apa aku benar-benar harus membawanya? jika membawanya ... aku jadi tak bisa berduaan dengan Tan Gege. Ini kesempatan langka bagiku. Hah, aku benar-benar jadi bingung."
Lady Qin berguling-guling di tempat tidurnya, sambil berpikir keras, "Tunggu dulu. Kesampingkan masalah Tan Gege. Hari ini sepertinya ada yang lain," Lady Qin duduk lalu menyapu sekitar kamar dengan pandangannya, "Hah, benar juga. Si Nobsoul dingin itu, dia benar-benar tidak menemuiku lagi? apa aku harus memanggil baru dia akan disini? itu memang aturannya, tapi tetap saja ... dia benar-benar menghindariku? wah, dasar laki-laki itu." Lady Qin agak sedikit kesal. Sebenarnya dia ingin sekali memanggil Ze Shaosen. Namun, karena gengsinya yang sangat tinggi, Lady Qin akhirnya mengurungkan niatnya.
"Terserah saja. Kenapa aku harus memikirkan tentang dia? kalau dia tak mau menemuiku ya sudah. Yang penting, besok aku akan makan siang dengan Tan Gege, asik,"
Keesokan harinya. Lady Qin dan Tan Lishen akhirnya bertemu untuk makan siang, tak lupa ada Lady Lin disana. Karena mendengar adiknya itu ingin menemui mantan pacar, dan kebetulan mantan pacar adiknya adalah sahabat dari orang b******k yang hampir mencelakai Lady Qin, membuat Lady Lin tak bisa melepaskan Lady Qin sendirian. Disinilah dia. Duduk sambil menyilangkan kaki dan tangannya, lalu menatap Tan Lishen dari balik kaca mata htam yang dia kenakan. Sementara itu, Lady Qin merasa malu dengan penampilan kakaknya yang tampak glamor, terlebih dengan kacamata hitam yang sejak tadi tak dia lepaskan sama sekali.
"A Lin, kita bukan sedang piknik di luar ruangan, kenapa kau mengenakan kamata hitam di dalam ruangan seperti ini?" bisik Lady Qin karena tak tahan melihat kacamata yang tak juga dilepas oleh Lady Lin.
"Kau tahu, kacamata hitam gunanya untuk mengintimidasi. Mantan pacarmu sahabatnya si b******k itu, kan? berani-beraninya dia mengajakmu makan siang, setelah apa yang dilakukan temannya. Dan kau, bisa-bisanya kau menerima permintaan itu,"
"Sstt, jangan dibahas. Itu semua bukan kesalahan Tan Gege, Tan Gege juga sudah minta maaf,"
"Gege, Gege. Hah, mudah sekali hatimu dipengaruhi."
Tan Lishen tersenyum menatap kedua saudari itu. Dia kemudian menyodorkan buku menu, ke arah Lady Qin dan Lady Lin, lalu duduk dengan gestur sopan di kursinya, "Kalian mau pesan apa?" ucapnya kemudian dengan suara lembut.
"Kami ..."
"Yang paling terkenal di cafe ini saja," Lady Lin memotong Lady Qin yang hendak bicara.
"A Lin, kenapa memesannya begitu? bagaimana jika yang terkenal di cafe ini bukan selera kita?" Lady Qin menatap Lady Lin dengan cemberut.
"Kau selalu lama jika sudah membaca menu. Memilih ini itu, dilema, lalu ujung-ujungnya memilih yang pertama yang terlihat. Itu namanya buang-buang waktu. Lagipula, yang terkenal di cafe pasti enak. Jika tidak enak, tidak akan terkenal."
"Wah, A Lin cerdas. Benar juga, yang terkenal pasti banyak disukai orang, kan?" Tan Lishen menanggapi perkataan Lady Lin.
"Jangan memanggilku dengan kata ganti orang ketiga. Itu terdengar menyebalkan,"
Plak, Lady Qin langsung menepuk bahu Lady Lin ketika mendengar apa yang Lady Lin katakan, "A Lin, kenapa bicara begitu. Tan Gege hanya berusaha sopan,"
"Terserah,"
"A Lin!"
"Hahaha, tak masalah. Baru kali ini aku bicara dengan Lady Lin, dia sangat terbuka dan terus terang, aku bisa mengerti."
"Baguslah jika kau mengerti," ucap Lady Lin ketus. Lady Qin tak bisa bicara apapun lagi, hanya bisa menghela nafas, dan menerima sikap Lady Lin yang tidak menyukai Tan Lishen.
Lima belas menit kemudian. Makanan mereka sudah tiba. Pramusaji dengan hati-hati meletakkan sajian di meja. Burger jumbo, dan juga spaghetti bolognese yang terlihat lezat. Tak lupa ayam goreng renyah dan extra cemilan kentang untuk Lady Qin. Lady Qin sangat senang, dia bahkan hampir meneteskan liurnya begitu melihat makanan tersebut tersaji di meja mereka.
"Baiklah, silahkan makan," Tan Lishen menyodorkan Burger, ayam, dan kentang goreng lebih dekat ke arah Lady Qin, "Lady Lin juga makan," ucapnya kemudian.
"Terimakasih Tan Gege, selamat makan!" seru Lady Qin dengan semangat sementara Lady Lin hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya tersebut.
"Bisa jelaskan padaku sekarang? mengapa kau meminta A Qin untuk ikut makan siang denganmu, dan mengapa mengundangku juga," ucap Lady Lin setelah sepuluh menit mereka semua diam untuk makan. Spaghetti milik Lady Lin tampak masih banyak, dan dia belum menyentuh burgernya. Tan Lishen juga begitu, sementara Lady Qin sudah menghabiskan burger dan kentang goreng, dan kini dia sedang mengeksekusi ayam di depannya.
"Aku ingin meminta maaf karena masalah yang menimpa A Qin. Menurut A Qin, kau akan marah jika dia menemuiku. Karena itu, aku sekalian mengundangmu."
"Tentu saja aku marah, A Qin hampir celaka karena temanmu!"
"Iya, aku tau. Wu Zeming menang keterlaluan. Untuk itu aku minta maaf mewakili namanya."
"A Qin, apa tak masalah jika kau pergi dengan pria seperti ini?" Lady Lin tiba-tiba memberikan pertanyaan aneh kepada adiknya.
"Memangnya kenapa?" tanya Lady Qin dengan polos.
"Bukankah, kau sudah punya pacar? aku sengaja ikut kemari agar pacarmu tidak merasa cemburu."