"A Lin, kau sedang bicara apa," Lady Qin merasa tidak enak kepada Tan Lishen. Membicarakan pacar baru, walau itu pacar bohongan di depan mantan pacar, itu sangat tidak bagus untuk didengar.
"Ah, benar juga A Qin sudah punya pacar baru, ya?" Tan Lishen menanggapi dengan santai.
"I-Itu tidak ..."
"Benar. Laki-laki tampan yang gagah. Beruntungnya A Qin bisa mendapatkan laki-laki itu," Lady Lin memotong.
"A Lin, kau ini ..."
"Tak masalah, A Qin. Aku mengerti, maaf sebelumnya aku terlalu kasar padamu."
"Sudah menyakiti baru menyadari, dasar," Lady Lin memasang wajah jutek. Namun, Tan Lishen tidak memasukkannya ke dalam hati. Dia justru tersenyum setiap mendengar ocehan Lady Lin yang kesal terhadapnya.
Sementara itu, di kediaman Ferdinand, Ze Shaosen mondar-mandir tak keruan. Dia merasa gelisah karena mendapat kabar dari Ferdinand bahwa Lady Qin pergi makan siang bersama Tan Lishen. Karena dia dalam misi untuk menghindari Lady Qin, dia terpaksa menahan diri untuk tak menyusul Lady Qin.
"Hei, jika kau segitu cemasnya, pergi saja kesana hampiri dia, buat apa mondar-mandir seperti ini, membuatku sakit kepala saja," protes Ferdinand yang sudah jengah melihat tingkah Ze Shaosen.
"Aku? khawatir? jangan asal bicara. Siapa yang khawatir pada gadis itu?"
"Jika tak khawatir itu namanya apa? ah, apa kau cemburu?"
"C ... Cemburu? kau ini benar-benar tak masuk akal."
"Kau yang tak masuk akal. Mendengar Lady Qin keluar dengan mantan pacarnya, kau langsung seperti orang gila."
"Aku hanya tak habis pikir, bagaimana dia masih mau bertemu dengan orang itu setelah apa yang terjadi!"
"Sepengetahuanku. Tan Lishen tak terlibat dalam kasus yang menimpa Lady Qin. Hanya temannya saja yang merencanakan semua itu."
"Tak terlibat bukan berarti tak bersalah! padahal dia hampir celaka di rumah laki-laki itu. Bisa-bisanya dia ... argh!"
"Ze Shaosen. Melihat gelagatmu saat ini, sudah jelas kau pasti cemburu."
"Untuk apa aku cemburu? aku hanya ingin melindungi diriku sendiri. Kau tahu kan, jika dia dalam bahaya, maka aku juga?"
"Lady Lin ikut dengannya. Dia pasti baik-baik saja. Jadi, kau tak perlu khawatir berlebihan seperti ini. Atau aku akan mengambil kesimpulan yang sama. Kau cemburu."
"Hei, dasar tukang pengambil kesimpulan. Berhenti menebak-nebak tentang apa yang terjadi padaku,"
"Aku tidak menebak," Ferdinand mendekat lalu menunjuk wajah Ze Shaosen, "Terlihat jelas disini. Di wajahmu."
"Ah, terserah kau saja. Kau sendiri bagaimana? tak terganggu dengan Lady Lin lagi? bukankah dia selalu mengikutimu?"
"Hmm, saat ini dia tak terlalu mengikutiku. Makanya aku bisa tenang," Ferdinand tersenyum puas. Kelegaan jelas terlihat di wajahnya.
"Kau menyukai Lady Lin? gadis yang mirip dengannya itu?"
"Hei, sudah kukatakan berhenti menyebut dia. Kau benar-benar tidak paham?"
"Mau bagaimana lagi, Lady Lin sangat mirip dengannya."
"Tidak. Dia adalah dia, dan Lady Lin adalah Lady Lin. Mereka tidak mirip sama sekali."
"Kau belum pernah bertemu dengannya? sepertinya kau bukan Nobsoul bangsawan, dia benar-benar sangat mirip dengan Lady Lin,"
"Kau ... kau tak merasakan kekuatanku? aku Nobsoul bangsawan tingkat atas. Jangan asal bicara, memangnya kau pernah bertemu dia?"
"Hmmm, pernah, saat aku masih kecil."
"Hah, penglihatan dan ingatanmu pasti salah."
"Tidak mungkin, aku ini Srigala. Penglihatanku tajam, dan ingatanku kuat."
"Terserah, jangan urusi masalah Lady Lin. Lebih baik kau pikirkan gadismu yang bersama mantan pacarnya itu," ucap Ferdinand lalu beranjak pergi.
"Benar juga. Eh, tunggu dulu. Gadisku? hei, kenapa kau membuat istilah menggelikan seperti itu! gadisku, apanya yang gadisku."
***
Setelah bertemu Tan Lishen, malam harinya Lady Qin tak bisa tidur. Tan Lishen diam-diam menyatakan maksudnya. Bersedia untuk kembali menjalin kasih yang telah putus, berjanji akan memperlakukn Lady Qin dengan baik. Awalnya Lady Qin sangat senang. Namun setibanya di rumah, Lady Qin berpikir lagi. Semakin dia berpikir semakin ragu hatinya. Entah mengapa Lady Qin terus menatap sekeliling, berharap Ze Shaosen ada disana. Walau mustahil, karena dia tak memanggil laki-laki tersebut. Tak ada keadaan darurat. Hanya perasaan Lady Qin saja yang sedang mengalami pergolakan.
Lady Qin belum menjawab permintaan Tan Lishen. Walau dia merasa senang Tan Lishen mengajaknya kembali bersama, namun ada satu ganjalan di hatinya yang mengakibatkan dia tak bisa mengambil keputusan saat itu juga.
"Sepertinya meminta waktu memang jalan terbaik. Hah, untung saja aku tak langsung menjawab," gumam Lady Qin sambil menghela nafas.
"Lalu sekarang aku harus apa? aku benar-benar ragu. Aaa, kenapa aku berharap Ze Shaosen datang saat ini untuk mencegahku! A Qin, kau benar-benar gila," Lady Qin memukul-mukul kepalanya.
"Sebenarnya aku sangat senang karena tujuanku tercapai, tapi ... kenapa rasanya seperti ini?" benar-benar menyesakkan. Apa sebaiknya aku tolak saja, tapi kenapa? Tan Gege sudah mau menerimaku kembali, kenapa aku harus menolaknya? Tapi, jika aku terima ... bagaimana dengan Ze Shaosen? hah, ya ampun. Kenapa aku harus memikirkan laki-laki dingin itu? aku menyukainya? tidak mungkin, itu tidak mungkin. Dia memang tampan, tinggi, kulitnya bagus, matanya yang berwarna hijau juga mempesona, sikapnya ... sebenarnya tak buruk juga. Dia melindungiku, selalu datang saat aku memanggil. Keseluruhan yang ada pada dirinya ... tak kalah dengan Tan Lishen," setelah bergumam cukup lama, Lady Qin lalu tersadar. Dia kemudian terbelalak sambil menutup mulutnya, "Apa yang terjadi? apa aku baru saja memujinya? sialan, Lady Qin. Kau benar-benar sudah tak waras!"
Lady Qin berguling-guling frustasi. dia sangat tak mengerti dengan apa yang terjadi pada hatinya. Pada pikirannya yang kacau, dan pada keinginannya yang terdalam.
"Besok aku harus memberikan jawaban kepada Tan Gege. Sial, kenapa aku meminta waktu yang pendek sekali. Sekarang aku kebingungan harus bagaimana. Lady Qin, kau benar-benar tak bisa diharapkan. Bahkan dengan dirimu sendiri saja kau membuat kerugian," ucap Lady Qin sambil meninju-ninju tempat tidurnya. Setelah beberapa menit dengan kegalauannya, Lady Qin kemungkinan bangkit dan menatap ponselnya yang berada di atas lemari di samping tempat tidur.
"Apa aku hubungi Tan Lishen saja? untuk meminta tambahan waktu," pikirnya, lalu mengambil ponsel tersebut. Setelah mencari nama Tan Lishen, sebelum menekan tombol panggil Lady Qin terdiam dan berpikir lagi.
"Tidak. Dari pada begini ... lebih baik aku memastikan hal lain dulu," Lady Qin menaruh kembali ponselnya. Dia kemudian memejamkan mata, dan menarik nafas panjang, "Ze Shaosen, Ze Shaosen, Ze Shaosen."
Satu menit berlalu sejak Lady Qin memanggil, namun Ze Shaosen masih belum terlihat, "Ze Shaosen, Ze Shaosen, Ze Shaosen," Lady Qin mengulangi panggilannya.
Tak berapa lama, laki-laki itu muncul di depan Lady Qin, mengenakan mantel panjang berwarna krem, dan kaus bagian dalam berwarna hitam, dilengkapi dengan celana berwarna senada dengan kausnya.
"Kenapa memanggilku?" ucap Ze Shaosen acuh.
"Aku ingin memastikan sesuatu,"
"Memastikan apa?"
Lady Qin bangkit dari tempatnya. Secara tiba-tiba dia mencium bibir Ze Shaosen. Ze Shaosen terdiam, semua terasa aneh baginya. Kupu-kupu yang ada di dalam hatinya mulai berontak lagi untuk keluar. Pandangannya gelap selama beberapa detik, lalu mulai terang, terasa tenang, dan nyaman.