11. Hadiah?

1183 Kata
Hari ini adalah hari baru buat Maira. Jika biasanya dia hanya akan berguling-guling setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, kini dia akan mengajar. "Semangat sekali pagi ini," kata Harley yang kini terlihat bersandar di kusen pintu kamar dengan kedua tangan terlipat di depan perut. Dilihatnya Maira yang tengah fokus merapikan penampilan di depan cermin rias. Wanita yang duduk di sana menoleh, lantas tersenyum malu. "Mas Kean tau, ini hari pertamaku mengajar," jawabnya. Harley melangkah menghampiri istrinya. "Baiklah jika itu alasannya. Apa itu berarti tidak akan ada yang memakaikan aku dasi?" tanya Harley dengan kedua tangan bertumpu di antara meja dan kursi yang diduduki istrinya. Maira terkekeh, dia mengambil gulungan dasi di tangan Harley, lalu memakaikan benda itu di leher sang suami. "Aku akan tetap memakaikan Mas Kean dasi," kata Maira sambil menyimpulkan lilitan dasi itu dengan rapi. Harley tersenyum sampai Maira selesai memasangkan dasi di lehernya. "Sudah," ucap Maira pada sentuhan terakhir. Dia juga sempat membersihkan bagian bahu di kemeja Harley dengan tangannya. Sejenak Harley melihat ke cermin, lalu dia mencium kening istrinya. "Thank you, Honey." Sementara Maira hanya tertawa kecil dengan kedua pipi memerah malu. "Biar aku yang mengantarmu hari ini," ucap Harley kemudian. "Mas Kean ngga kepagian?" "Tidak, kau tenang saja." "Oke kalau gitu," jawab Maira setuju. Padahal biasanya Harley paling malas jika disuruh berangkat pukul tujuh. Beruntung dia seorang boss, bisa berangkat lebih siang. Dia sudah merasakan berangkat pukul tujuh lebih awal, saat sedang merintis sebuah perusahaan dulu, sampai akhirnya jadilah perusahaan yang dia pimpin saat ini. Semua kerja keras telah dia lakukan, dan semuanya tentu membutuhkan proses, waktu dan tenaga, juga uang. Setelah selesai sarapan bersama, Harley pergi mengantar Maira. Mereka melaju di jalanan dengan kecepatan normal. Sejak tadi, senyum manis terukir indah di wajah Maira, dia sedang gugup, atau mungkin sedang latihan tersenyum untuk menyapa murid-murid barunya. Hal itu membuat Harley tergelitik. "Apa kau harus tersenyum terus seperti itu?" "Hehe. Aku hanya sedang berlatih sedikit," jawab Maira. "Berlatih untuk membuat orang-orang terpesona?" "Hm?" "Siapa yang tidak akan terpesona jika kau terus-menerus tersenyum seperti itu," tambah Harley, khas dengan nada posesif-nya. Maira menggigit bibir, malu, tampak jelas sekali rona merah di kedua pipinya. Dia menolehkan wajah ke arah jendela. Melihat ke arah Harley hanya akan menambah rona kemerahan di wajahnya. "Kau masih ingat syarat-syarat yang aku berikan bukan?" Harley mengingatkan istrinya tentang perjanjian hari itu. "Hm." Maira mengangguk dengan pipi merahnya, pertanda bahwa dia ingat. Harley mengendarai mobil masuk ke Sekolah Insan Pelita. Dia parkir di sana. Maira melepaskan sabuk pengaman yang sejak tadi melindungi tubuhnya. Dia mengulurkan tangan hendak menyalami sang suami. "Jangan matikan HP-mu," pesan Harley. "Siap," jawab Maira. "Assalamualaikum." "Wa'alaikumussalam." Harley mencium kening Maira dan mengusap kepala wanita itu sebelum dia benar-benar turun dan melangkah di koridor. Mobil yang ditumpangi Harley pun pergi meninggalkan halaman sekolah. Teng teng teng Suara bel tanda pelajaran akhirnya berbunyi nyaring. Kini Maira sudah berada di dalam kelas. Dia mengajar mata pelajaran Agama Islam di kelas 2 SD. Selama mengajar, Maira terlihat sangat bersungguh-sungguh dan bersemangat. Dia memandu murid-murid di kelas itu untuk berdoa bersama-sama. Suasana belajar-mengajar di kelas pun menjadi aktif dan ceria. Maira berhasil di hari pertamanya. Waktu pergantian jam tiba, Maira membereskan buku-bukunya. Ketika hendak keluar, ternyata guru jam selanjutnya sudah muncul di ambang pintu. Maira sedikit terkejut sebab saat itu dirinya hendak keluar. Mereka sama-sama menghentikan langkah sebelum terjadi tabrakan. Maira menundukkan kepala memberi salam dan melempar senyum. Jika dilihat dari wajahnya, meski sekilas, Maira dapat menyimpulkan bahwa pria di depannya ini lebih senior darinya. "Mari, Pak," ucap Maira sebelum berjalan meninggalkan kelas. "Em, sebentar," henti sang guru di belakang Maira. Maira menghentikan langkah dan menoleh. "Ada apa, Pak?" "Guru baru, ya?" "Iya, Pak, baru ngajar hari ini," jawab Maira sopan. "Ngajar Agama Islam?" "Iya," jawab Maira lagi. Pria itu tersenyum. "Oke, see you," ucapnya seraya melempar senyum sebelum akhirnya masuk ke dalam kelas. Sementara Maira hanya tersenyum untuk membalasnya. *** Ketika waktu istirahat, saat itu Maira sedang makan dan berkenalan dengan beberapa guru lainnya. Tampaknya, Maira lah yang paling muda di antara mereka meskipun dirinya sudah menikah. Pertemuan pertama dengan para guru wanita ini berjalan sangat baik, Maira pun dapat mengingat nama dan wajah rekan-rekan barunya. Kemudian, sebab kursi di depan Maira kosong, duduklah seorang guru yang baru datang dengan makanannya. Dia adalah guru yang bertemu Maira tadi pagi. "Asik, ya. Gabung, dong," kata guru tersebut. Maira belum tahu namanya dan pelajaran apa yang dia ajar. "Kebiasaan, nih, gabungnya sama cewek-cewek," ejek Bu Retno, dia adalah guru BK di sekolah itu. Ucapan Bu Retno yang memang sudah biasa membuat guru lainnya tertawa, sedikit bercanda. Maira hanya ikut saja jika mereka tertawa, meski tawanya kecil. Sesekali juga dia memperhatikan guru yang tengah berbicara. "Makanya Pak Fuari cepetan nikah, biar ngga kesepian terus." Kali ini Bu Heska yang mengejek, membuat yang lain kembali terkekeh. Bu Heska adalah guru mata pelajaran Bahasa Inggris. Dia mengajar di kelas 4, 5, dan 6. "Makanya Bu Heska cariin saya jodoh, biar saya bisa cepet nikah," balas Pak Fuari, membuat semua kembali terkekeh. "Saya aja belum dapet jodoh, gimana mau cariin jodoh orang," balas Bu Heska lagi. "Udah, deh, kalian berdua itu cocok, sama-sama guru Bahasa Inggris, mending nikah buruan," celetuk Bu Safira, membuat pro kontra di antara guru yang lain dan Pak Fuari sendiri. Sementara Bu Heska, tampak pipinya sedikit memerah sebab ucapan Bu Safira. Namun, Pak Fuari menyangkal. "Cocok itu kalau bisa saling melengkapi, saya bisa Bahasa Inggris, doi bisa di bidang yang lain, contohnya aja kaya agama atau pendidikan jasmani," papar Pak Fuari. Kini Maira jadi tahu kalau beberapa guru di sekolah ini banyak yang masih single. Ketika sedang serius-seriusnya menyimak obrolan mereka, Maira merasakan ponselnya bergetar. Dia pun pamit sebentar buat angkat telepon. Padahal saat itu pembicaraan Pak Fuari hampir sepenuhnya mengarah pada Maira. Namun sayang, orang yang diinginkan sudah berpindah lebih dulu. Maira sedikit berlari keluar kantin, segera dia menjawab panggilan dari suaminya. "Halo, assalamualaikum, kenapa, Mas?" "Wa'alaikumussalam. Hari ini pulang jam berapa?" "Em, sekitar dua puluh menit lagi, ngabisin waktu istirahat ini dulu. Hari ini aku cuma ngajar di satu kelas." "Kenapa cepat sekali." "Aku tau Mas Kean ngga bisa jemput, ngga papa biar Seam yang jemput." "Baiklah kalau begitu, aku akan segera mengabarinya." "Hm." "Ingat, langsung kembali ke rumah." Maria terkekeh kecil seraya menutup mulut. Dia sudah sampai di ruangannya. "Iya, Mamasku Sayang," godanya. Dia melakukan hal itu sebab mendengar suara Harley yang sedikit mengancam. Tampaknya Harley tersenyum tipis di seberang sana. "Aku tidak akan pulang terlalu siang hari ini, tenang saja." "Hm, pulang siang juga ngga papa," goda Maira lagi. "Kau berkata seolah menyuruhku tidak perlu pulang," ucap Harley, suaranya kembali terdengar menekan. Maira menahan tawanya. "Tidak, tidak, aku hanya bercanda. Tentu aku sangat menunggu Mas Kean pulang." "Hm." "Oh, ayolah, aku tidak bermaksud membuat suamiku merajuk," kata Maira. Dia duduk di kursi sambil mengusap-usap perutnya. "Aku tidak merajuk, jika kau menyiapkan hadiah untukku saat pulang nanti." "Hadiah? Memangnya Mas Kean mau hadiah apa?" "Kau sendiri tau apa yang membuat aku senang." "Benarkah?" Maira sedikit kebingungan. "Ya. Aku tutup teleponnya, hati-hati di jalan pulang. Assalamualaikum." "Wa'alaikumussalam." Tut. "Hadiah …?" Maira menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN