Hari Selasa, berarti sudah dua hari setelah insiden air panas itu. Tanganku masih sedikit nyeri, tapi sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. "Bi, bisa kamu jelaskan pada Mama?" tagih Mama sembari duduk di atas ranjangku. Ya Tuhan, potong aja kepalaku sekarang. Selama dua hari ini, belum ada alasan logis apapun yang terlintas di benakku. Dan dengan tiba-tiba, Mama menagihnya sekarang. Tamat sudah. "Hmn..." Aku berusaha berpikir keras. Tanganku berdenyut seiring dengan denyutan di kepalaku. "Jadi, Rafa itu atasannya Bi. Baru kenal nggak sampai 1 atau 2 bulan memang. Tapi kami sama-sama nyaman. Ya udah, jalanin aja." Muntahan dari mulutku kuyakini akan keluar sebentar lagi. Nyaman? Demi apapun, yang ada malah aku gondok dan panas setiap melihat tingkah diktatornya itu.