Aku berusaha melepaskan tautan bibir kami. Bukan seperti ini yang aku inginkan! Pria ini seperti bukan Rafa yang kukenal. Tanganku mendorong wajahnya agar menjauhi wajahku. Mataku yang basah oleh air mata kini menatapnya dengan berang. "Aku mau pulang! Sekarang!" desisku. Rafa mengambil tanganku dan menyatukan jemari kami. Bibirnya mengecup punggung tanganku. Aku segera menarik tanganku. Jangan pikir aku bisa luluh dengan kecupannya itu. "Apa kamu se-nggak percaya itu sama aku, Sayang?" tanyanya lirih sambil menatap wajahku. "Sarah itu beneran sepupu aku. Atau perlu aku telepon Mama sekarang biar kamu percaya?" tanyanya sembari mengeluarkan ponsel dari saku celananya. "Eh, nggak... nggak usah," cegahku. Mau disembunyikan dimana mukaku kalau ternyata Sarah itu memang beneran adalah se