Bab 52 - Peraturan Hoki Es

1105 Kata
Wish berdiri dari kursi itu dan merasa kepalanya seperti diputar-putar. Ia sedikit bingung mengapa kali ini alat yang diletakkan di kepalanya itu tidak meledak, padahal sebelumnya ia seperti itu. Mr. Cat memberinya minuman hangat berwarna kuning dan berkata, “Minum ini, ini minuman yang terbuat dari Plum Mirabelle yang bisa meringankan kepala yang berdenyut.” Melihat Wish mulai tenang, Mr. Cat mengajaknya duduk di bangku penonton dan menjelaskan peraturan permainan itu.  “Peraturan dalam bermain Hoki Es robot ini adalah untuk memasukkan puck kecil ke dalam gawang dengan stik hoki. Setiap puck yang masuk kedalam gawang, tim akan mendapatkan satu poin. Puck yang dikendalikan oleh pemain haruslah memukulnya menggunakan stik dan tidak boleh menggunakan bagian tubuh. Tugas pemain adalah mencoba mencetak gol di gawang lawan dan menghentikan lawan mendapat skor. Permainan dengan hasil yang seri akan diberikan waktu tambahan dan team yang mencetak skor pertama akan menjadi pemenang. Mudah bukan?” Ucap Mr. Cat. “Ini inovasi yang hebat.” Kata Wish. “Dengan menggunakan robot-robot ini, tidak ada yang akan celaka saat bermain. Ada banyak cedera yang bisa dihindari, mulai dari cedera yang bisa dihasilkan dari hoki es ini seperti cedera pada Sendi Acromioclavicular. Sendi ini ada di di titik luar tulang selangka yang menempel di bagian depan tulang belikat. Memang penyangga bahu bisa membantu, karena sifat tabrakan olahraga, tetapi tidak mungkin untuk mencegah cedera ini sepenuhnya. Belum lagi cedera lutut, kram otot di bagian paha, pergelangan kaki yang terkilir, bahkan gegar otak juga umum sewaktu bermain di permainan ini. “ Jelas Mr. Cat. Wish hanya mendengarkan saja mencoba menghilangkan ragunya. “Kau hanya perlu mengikuti peraturan. Lagian tubuhmu tidak akan terluka karena permainan ini. Kau hanya mengandalkan otakmu untuk mengendalikan robot milikmu.” Ucap Mr. Cat “Tetapi, aku tidak bisa melakukannya Pak.” Kata Wish mencoba menyangkal. “Kau memiliki otak yang luar biasa, pasti kau bisa melakukannya. Bapak akan bantu kamu.” Kata Mr. Cat lagi. “Kali ini bapak sangat ingin agar team kita menang. Bukan hanya sekadar menang, tetapi ini akan membantu bapak balas budi terhadap seseorang. Ini akan menyelamat kan nyawa seseorang.” Kata Mr. Cat Wish tidak mengerti ucapan Mr. Cat.  “Mungkin bapak hanya ingin mendapatkan nama di antar guru-guru yang lain.” Kata Wish secara blak-blakan. Mr. Cat tidak marah dengan pernyataan Wish itu. Ia ingin bersikap baik sehingga Wish mau belajar memenangkan pertandingan ini. “Bapak mohon padamu. Cobalah dulu. Kau pasti bisa melakukannya.” Ucap Mr. Cat “Baiklah pak,” Kata Wish.  “Kamu juga harus tahu peraturan lainnya. Setiap tim terdiri dari enam orang. Permainan dimulai di tengah lingkaran, kamu bisa lihat disana.” Mr. Cat menunjuk bagian tengah lapangan. “Wasit akan menjatuhkan puck di antara dua pemain dan pemain akan merebut posisi untuk tim mereka. Penyerangan fisik diperbolehkan untuk merebut puck tetapi tidak boleh menyerang punggung robot ataupun bahu atas. Jika pemain terkena pinalti, maka pemain akan dikeluarkan selama lima menit dan team akan bermain dengan formasi lima. Setelah dua menit, pemain lalu boleh kembali ke arena. Penalti besar bisa dikeluarkan selama 5 menit. Ini termasuk merusak bagian inti robot dengan sengaja padahal tidak sedang memperebutkan puck.” Jelas panjang Mr. Cat. Penjelasan panjang ini tidak membuat Wish kesulitan dalam mengingat. Sejak kata-kata itu keluar dan selesai diucapkan, ia sudah dapat mengingatnya hingga tanda berhenti dan tarikan napas Mr. Cat. “Bagaimana?” Tanya Mr. Cat setelah mengambil napas panjang. “Mengerti pak.” “Kamu akan saya berikan latihan untuk besok, karena lusa kita sudah melakukan pertandingan.” Kata Mr. Cat.  Ia memanggil pelayan dan memberikan alat untuk diletakkan di kepalanya. Bentuknya seperti lingkaran dan ada bagian khusus yang diletakkan di jidat dan jepitan untuk telinga bagian kiri,  “Ini hanyalah simulasi untuk membantu mengarahkan robot yang ada di permainan itu. Ada menu aturan yang bisa kamu baca dan ada bentuk-bentuk strategi yang bisa kamu pelajari. Kamu bisa gunakan ICE mu, sebentar..” Mr. Cat mengambil benda kecil dari tangan pelayan. “Berikan ICE-mu.” Ucap Mr. Cat.  Ia mencolokkan benda itu ke ICE milik Wish dan menginstal sesuatu ke dalamnya. Ia memberikan mode cara menggunakan aplikasi yang sudah diinstal di dalam ICE-nya. “Sekarang kamu bisa memakai mode layar besar dengan ICE-mu. Mode ini hanya bisa berjalan selama beberapa hari ini saja agar kamu bisa berlatih. Tekan mode layar besar ini, pakai alat ini, letakkan di kepala mu, jepitkan di bagian telinga, dan masuk mode simulasi.” Ucap Mr. Cat sambil memberikannya instruksi mengenai menggunakan alat itu. Ia terlebih dahulu meletakkan ICE-nya di lantai sehingga pancaran sinar hologram akan terpancar ke atas mereka. ICE milik Wish pun memancarkan layar besar tepat di depan mereka.  “Kamu lakukan seperti biasa. Seperti tadi, gunakan otakmu untuk menggerakkan robot yang ada di dalam game. Untuk simulasi ini, kita tidak perlu melumpuhkan bagian otot, karena ini hanyalah game. Tetapi, jika itu benda robot itu benar-benar bergerak di dunia nyata, kita tidak bisa melakukannya seperti di simulasi.” Jelas Mr. Cat. Wish mulai menggunakan alat itu tanpa banyak bertanya. Ia hanya merasa bahwa ia memiliki kekuatan super yaitu pengendalian otak. “Kita bisa membuat alat yang canggih dengan ini.” Ucap Wish lalu memberhentikan permainan. “Maksudmu?” “Kita hanya memerlukan alat yang bisa diletakkan dimana saja, lalu benda itu akan membuat benda yang mati bisa digerakkan dengan pikiran.” Ucap Wish. Kemudian ia berhenti memikirkan apa kata-kata yang tepat untuk mengatakannya. “Kita bisa membuat inovasi dengan penjualan barang-barang rumah yang bisa dikendalikan dengan otak. Misalnya kita mau mencuci pakaian, atau membersihkan kulkas, kita hanya memerintahkan barang-barang itu dari jauh melalui otak, dan barang-barang itu akan mengerjakan sisanya.: Kata Wish dengan sangat gembira. “Ya, itu benar. Tetapi sayangnya, ide ini bukan milik kita. Pemilik ide yang bisa melakukannya.” Ucap Mr. Cat. “Aku harus mengatakannya kepadanya.” Kata Wish. “Siapa pemilik ide ini?” Tanya Wish penasaran. “Ya?” Mr. Cat tampak terkejut dengan pertanyaan Wish. “Bapak lupa. Kita bisa bahas nanti. Tapi yang pasti bapak hanya ingin kamu bantu team kita bisa menang kali ini.” Kata Mr. Cat “Ini menyangkut hidup dan mati.” Ucap Mr. Cat lagi. “Ya pak, saya akan berusaha. Bagaimana dengan yang lain?” Kata Wish.  “Bapak sudah beritahu mereka. Kamu bisa berlatih dengan mereka jika kelasmu sudah berakhir. Mereka sudah bapak pasangkan mode simulasi juga, kamu hanya tinggal membicarakannya dengan mereka kapan kalian akan latihan.” Ucap Mr. Cat dan berdiri. “Ya pak.”  “Sebaiknya kita kembali ke kelas. Kamu harus ingat apa yang bapak bilang tadi. Harapan bapak kali ini ada padamu.” Kata Mr. Cat Mereka pun kembali ke dalam kelas. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN