Bab 56 - Audisi

1345 Kata
Mr. Cat sedang memberikan instruksi kepada Wish dan yang lainnya, sedangkan Chery dan Ohn sudah bergabung dengan Ardy dan Panom. Panom tampak canggung saat Ohn berjalan ke arahnya dan duduk di sebelahnya. Ardy kemudian tersenyum kepada Chery dan menyisihkannya tempat duduk.  “Chery, aku tak menyangka tim kalian yang memenangkan Senet.” Kata Ardy menggeleng-gelengkan kepalanya.  Chery langsung menaikkan alisnya dan duduk menyilangkan kaki. Ia mengangkat dagunya dan melipat tangannya. Senyuman sinisnya bisa terlihat jelas dari runcing sudut bibirnya. Dikibaskannya rambutnya ke belakang dengan jari telunjuknya dan menyambut pujian Ardy. “Kau menganggapku terlalu sepele.” Ucap Chery lalu kembali melipat tangannya. “Iya..iya.. Setidaknya ada dari kelompok kita yang dipandang baik oleh kepala sekolah.” Ucap Ardy karena kejadian kemarin ketika mereka dipermalukan oleh kepada sekolah saat berkumpul di aula pertama kali. Ardy melirik Panom dan Ohn yang diam-diaman. Ia memberikan isyarat kepada Chery.  “Kalian, kenapa diam saja?” Kata Chery. Ia merubah posisi duduknya lebih mendekat ke arah Ohn. Panom melihat Chery tetapi ketika mata mereka saling berjumpa Panom langsung berpaling ke arah sebaliknya. “Apa maksudmu?” Ucap Ohn. Ia tidak merasa ada sesuatu yang canggung dari sikapnya. Ia hanya menginginkan Panom tenang dan tidak marah lagi, jadi ia menunggu Panom yang memulai percakapan. “Apakah ini pertengkaran pertama kalian?” Tanya Chery. Ardy hanya menatap mereka bertiga tanpa berkomentar.  Panom membuka topik pembicaraan. Ia menarik napas sebelum berbicara dan mengumpulkan keberanian. “Kalian terlihat hebat saat berada di panggung.” Puji Panom dengan senyuman manis. “Jika dilihat lama-lama, kamu manis juga.” Ucap Chery. Wajah Panom benar-benar merah. Chery mendekatkan wajahnya lebih dekat membuat jantung Panom ingin copot. “Sepertinya aku mengambil keputusan yang salah karena menolakmu waktu itu.” Ucapnya lagi. Panom mencoba menahan perasaannya yang ingin berteriak keras karena pujian Chery. Ia tahu bahwa salah jika ia bertingkah aneh karena sebentar lagi permainan hoki akan dimulai. “Kau sangat dekat.” Ucap Panom yang tidak bisa lagi melihat Chery semakin dekat dengannya. Ohn yang menjadi penghalang mereka berdua tak bisa berkata. Otaknya tak memberikan komentar apapun. Biasanya jika terjadi canggung seperti ini, pasti Ohn akan mengeluarkan mode mulut busuknya. Tetapi, kali ini, ia tidak mengatakan apapun dan hanya diam melihat keberanian Chery. “Kau mau aku semakin mendekat atau menjauh?” Kata Chery Panom menutup mata dan berkata keras, “Menjauh.” “Jika kau ingin agar aku menjauh harus dengan syarat berbaikan dulu dengan Ohn.” Kata Chery Masih menutup mata, Panom berkata, “Baik-baik. Aku akan melakukannya. Kau bisa lebih cepat menjauh?”  Chery pun menjauh dan Panom berbicara kepada Ohn. “Maaf kan soal kemarin.” Ucap Panom mengulurkan tangannya. Ohn menyambut tangannya. “Seharusnya aku yang meminta maaf.” Kata Ohn. Ia melihat wajah Chery dan berpikir, ‘Kasihan Panom. Chery benar-benar memanfaatkan kelemahannya.’ “Maafkan aku.” Kata Ohn lagi. Mereka pun melepas jabatan tangannya. “Kau sudah menerima diary yang aku titipkan kepada pelayan?” Kata Ohn “Sudah.” Kata Panom melihat ke arah lapangan. “Baguslah.” Kata Ohn. Ia masih bisa melihat jelas wajah Panom memerah semerah darah. “Begitu kan enak.” Ucap Chery merasa lebih lega. Ia kemudian menunjuk Ohn di wajahnya. “Jangan lagi ku tengok kalian berantem.” Ia terutama menandaskan itu kepada Ohn karena kemarin ia tidak datang ke ruangan lab. “Maaf.” Kata Ohn. Ia bersyukur Chery membuat dirinya dan Panom kembali berbaikan. Ternyata, acara yang ditunggu-tunggu belum juga dimulai. Seorang wanita berparas cantik dan fashionable mengambil alih panggung. Ia memakai topi lebar di kepalanya, rambutnya berwarna pink dengan baju loreng-loreng dan sepatu hak tinggi dengan motif loreng-loreng macan. Ia membuka kaca mata jengkolnya seperti ingin melihat jelas murid-murid yang menatapnya tajam dan kebingungan. “Haiiiiii semuanya. Saya mencium aroma-aroma berbakat yang kuat. Hihi..” Ucapnya. Seketika aula itu menghening. “Saya suka disini. Kalian adalah penerus industri hiburan yang tercinta ini.” Ucapnya lagi. Kepala sekolah hanya melihat wanita itu tanpa menghentikannya sedikitpun. Ia lebih terlihat berkuasa dibanding pemilik sekolah itu. “Kenalkan, saya Mrs. Slufi. Saya adalah pencari manusia berbakat yang akan membawa kalian ke dalam industri hiburan.” Lalu ia tertawa keras. Ia menata tawanya sehingga terdengar sangat unik. “Sebelum kalian melanjutkan acara penyambutan ini, tapi, tunggu sebentar, saya juga ingin mengatakan kepada murid-murid keturunan istimewa, saya hadir disini dan merasa terhormat dapat melihat kalian secara langsung tadi.” Ucapnya. Ia melirik dari antara ratusan murid-murid itu ke arah Chery.  “Saya berharap mendapatkan murid yang berbakat di tahun ajaran baru ini.” Ucap Mrs. Slufi. Ia kemudian melirik kepala sekolah yang berdiri jauh di belakangnya. “Bolehkah kepala sekolah?” Katanya sambil melihat ke belakang ke arah Mr. Pella. Ia tersenyum dan memberikan gerakan tangan seolah-olah sedang mempersilahkan seseorang.”Terima kasih.” Ia kembali melihat ke arah murid. “Mrs. Slufi disini ingin mengumumkan kepada kalian, bahwa setelah ritual keturunan istimewa yang akan diadakan beberapa hari setelah acara penyambutan ini - Untuk keterangan lebih lanjut tentang jadwal bisa kalian tanyakan kepada kepala sekolah. Saya lanjutkan lagi apa yang ingin saya sampaikan tadi,” Ia memperlambat cara bicaranya, “saya akan mengadakan audisi menciptakan lagu dan juga menyanyikan lagu ciptaan sendiri. Ini akan diadakan di Aula pertemuan. Setiap peserta bisa mendaftar melalui ICE kalian sendiri. Pendaftarannya akan dimulai besok, dan saya berharap ada banyak yang berpartisipasi. Tapi, maaf untuk tingkatan lain, audisi ini hanya diperuntukkan kepada semua jurusan di tingkat satu. Jadi untuk tingkat dua dan tiga tidak akan mendapat kesempatan.” Jelas Mrs. Slufi. Mr. Slufi diam sebentar. Ia menatap murid-murid dengan tatapan kosong. Dalam hitungan menit ia berkata, "Tema untuk lagu yang akan kalian ciptakan adalah, 'Cinta atau sakit hati.'"  Murid-murid saling menatap. Mereka tidak pernah berpikir bahwa akan ada event seperti ini di sekolah yang begitu serius ini. “Aku seperti pernah melihatnya.” Ucap Ardy. “Dia pasti dari kalangan atas.” Kata Chery. “Mungkin aku pernah melihatnya saat ia datang ke event-even kalangan atas.” Kata Ardy. Kemudian sesuatu terlintas lagi di pikirannya. “Sepertinya aku akhir-akhir ini melihatnya saat ia mengunjungi kepala sekolah.” Kata Ardy lagi. Chery hanya mengganggu menanggapinya. “Aku pengen ikut.” Kata Chery mengepalkan kedua tangannya. “Kau bisa bernyanyi?” Tanya Ohn. Chery menatap mata Ohn dengan tajam. kedua mata Chery bersinar terang melebihi cahaya yang dipancarkan lampu aula. “Tentu, aku bisa menyanyi dengan sangat bagus.” Ucapnya. “Kalau begitu kau hanya perlu satu langkah lagi - menciptakan lagu.” Ucap Ohn. Apa yang dikatakan Ohn kali ini ada benarnya. Chery mengangguk membenarkan saran Ohn. “Kau bisa membantuku?” Kata Chery. “Aku tidak bisa. Bagaimana jika Panom?” Tunjuk Ohn kepada orang yang duduk di sebelahnya. Panom meski diam ia tahu apa yang sedang dibicarakan mereka. “Kenapa aku?” Katanya sontak. “Dia hebat dalam menciptakan lagu.” Kata Ohn. Ia merencanakan sesuatu kepada mereka. Dalam hati Ohn berpikir bahwa ini cara yang tepat untuk membuat mereka lebih dekat. “Benarkah? Bisakah kau membantuku Nom?” Kata Chery. Panom menjadi gagok. Ia ingin membantu, tetapi karena sikapnya yang kaku asal di dekat Chery bisa memaksimalkan bantuan bakatnya. “Apakah kau mau?” Tanya Panom “Ya, tentu.” Kata Chery. “Kita bisa mulai besok.” Chery mengangguk “Aku ingin menang.” Kata Chery yang menunggu persetujuan Panom. “Baiklah, aku akan coba.” Kata Panom dengan lambat. Ia mengatakannya dengan tarikan napas panjang untuk setiap kata. “Cara bicaramu sangat aneh.” Kata Chery.  Panom yang tidak bisa menahan perasaan senangnya dalam hati langsung berkata. “Aku ingin ke toilet. Sebentar ya.” Ucapnya dan pergi. Ohn dan Chery melihatnya berlari seperti orang yang sangat kebelet pipis. Mrs. Slufi melanjutkan. “Dan, sampai disini pengumuman ini. Mrs. sangat menunggu agar banyak yang berpartisipasi dalam kegiatan ini.” Ia kemudian memberikan microphonenya kepada pelayan yang berjalan mengambil mic dari tangannya. Acara pun berlanjut dan bagan pertandingan terpampang di layar kanan dan kiri lapangan. Suara musik mulai terdengar kuat dan kedua belas robot berdiri di lapangan. “Robot-robot itu menyesuaikan bentuk tubuh mereka!” Ucap Chery terperangah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN