Bab 57 - Maksud Kepala Sekolah

1104 Kata
Bunyi terompet permainan berdengung di telinga para siswa karena kerasnya. Itu bukan hanya terjadi sekali, tetapi berkali-kali. Murid-murid dipersiapkan untuk menyaksikan pertandingan yang sangat ditunggu-tunggu di sekolah Gifted. Sorak-sorai terdengar riuh apalagi dari murid-murid wanita tingkat dua dan tiga. Pertandingan seperti ini biasa dilakukan di awal tahun ajaran sekolah dimulai. Event ini sudah menjadi tradisi yang wajib dilakukan dan ditunggu-tunggu murid-murid.  Murid-murid tahun pertama yang diterima di sekolah ini tentu tidak biasa dengan permainan seperti ini karena permainan ini hanya dilakukan di sekolah Gifted. Jikapun mereka tahu, itu karena mereka membaca buku kalangan atas di perpustakaan kota atau beberapa kabar angin dari jasa layanan antar undangan bagi murid undangan. Tetapi, kepala sekolah memberikan peraturan bahwa ketiga tingkat harus ikut dalam lomba ini.  Untuk tingkat pertama tentu ini adalah olahraga yang sulit bagi mereka karena belum pernah belajar memainkannya ataupun bahkan tidak mengetahui adanya permainan seperti ini. Tetapi, setiap wali tingkat sebenarnya bukan memilih berdasarkan pengalaman murid-murid didiknya dan tidak ada jadwal khusus untuk melatih keterampilan dalam bidang olahraga ini. Setiap tahun, murid-murid yang dipilih menjadi tim dalam permainan ini adalah murid-murid yang belum pernah mengikutinya sama sekali. Tetapi, memang ada ketentuan yang mengatakan bahwa wali tingkat bisa memilih satu murid dari 6 pemain timnya yang pernah bermain di tahun sebelumnya jika ia menjuarai perlombaan di tahun sebelumnya. Ini berlaku hingga tahun ketiga ia bermain permainan ini dan selalu menang. Contoh kasus ini terjadi pada Will. Ia adalah murid Ilmu Alamiah tingkat kedua yang memenangkan pertandingan Hoki Es tahun lalu. Will mencetak rekor pertama dalam pertandingan hoki es yang dimenangkan oleh anak tingkat pertama. Karena prestasinya itu, Mr. Six yang adalah wali tingkatnya mengikutsertakannya dalam pertandingan di tahun keduanya. Ini tidak melanggar peraturan, karena kelima anggota dalam timnya bukanlah pemain terlatih hoki es ini. Ms. Slufi menemui kepala sekolah setelah ia turun dari panggung mengumumkan audisi. Ia menuju ruangan kecil di ruangan atas aula tempat Mr. Pella duduk. Dari tempat di sudut atas ruangan itu, Mr. Pella bisa melihat seluruh murid dan juga jalannya pertandingan dengan lebih jelas. Dari belakang dengan anggunya Ms. Slufi berjalan. Ia memakai jubah panjang yang terbuat dari bulu yang halus yang ia pakai saat menaiki lift sebelum ia menemui Mr. Pella. Ia ingin memberikan kesan yang dramatis atau kesan istimewa mengenai siapa yang sedang ia jumpai saat ini. Mr. Pella memegang gelas yang berisi minuman berwarna merah. Ia memalingkan pandangannya ke belakang dan tersenyum runcing menyambut Ms. Slufi. Ia mengangkat gelasnya seraya Ms. Slufi mendekat tanda agar seorang pelayan membawakan minuman yang sama dengan miliknya. Ms. Slufi melihat ke arah depan dan berhenti di samping Mr. Pella. Ia melipat tangannya menunjukkan keangkuhannya. Pelayan pun memberikan minuman ke tangan Ms. Slufi dan meninggalkan mereka berdua. Beberapa meter di belakang mereka, dua penjaga bertubuh besar dan satu pelayan berdiri melihat mereka berdua berbicara.  “Jubah yang indah.” Kata Mr. Pella lalu meneguk minumannya. “Entah apa yang harus ku katakan. Pertandingan seperti ini tidak membuat banyak manfaat untuk sekolah ini.” Ucap Ms. Slufi. Ia merasa pujian Mr. Pella adalah kemarahan yang tersirat. “Itu terlalu kasar. Tetapi, yang lebih kasar lagi adalah kau merebut tempat yang seharusnya bukan milikmu. Aku sudah katakan bahwa aku akan memberitahukan jadwal untuk audisi hebatmu. Apalah yang kamu dapatkan dari para Mungkit-mungkit itu? Kau tidak perlu bekerja keras sekeras diriku.” Ucap Mr. Pella. Ia menatap Ms. Slufi tetapi ia hanya menatap ke arah sorakan para murid yang tidak sabar menantikan dimulainya acara pertandingan itu. “Aku tidak mengerti entah sampai kapan kau akan melakukan pertandingan bodoh ini.” Ucap Ms. Slufi. “Bukankah kau tahu maksudnya?” Tanya Mr. Pella lalu meneguk kembali minumannya. Ia sudah dua kali meneguk sedangkan Ms. Slufi belum satu kalipun meneguk minuman itu. “Ya, tentu aku tahu. Murid-murid itu akan kau jadikan pengikutmu. Sebentar, atau bisa jadi menjadi anak buah mu. Kau seharusnya datang ke salon ku saja. Itu akan menambah umur setahun. Tidakkah itu cukup?” Ucap Ms. Slufi. “Tak ada yang akan berubah karena itu. Kita tetap membutuhkan kehidupan abadi.” Ucap Mr. Pella. “Baiklah, aku percaya pertandingan ini adalah ujian test untuk murid yang memiliki otak yang hebat. Kau bisa gunakan mereka sesukamu. Aku akan pura-pura tidak tahu.” Ucap Ms. Slufi. Sergio Pellagoa adalah kepala sekolah dari Gifted International School. Ia memiliki ritual yang melibatkan ke sembilan keturunan istimewa untuk memperpanjang umurnya. Kondisi Mr. Pella ini adalah ia tidak dapat hidup lebih panjang jika tidak ada pengorbanan yang dilakukan. Korban-korban yang harus dipakai adalah mengorbankan murid-murid yang memiliki IQ tinggi yang bisa membuatnya hidup lebih lama. Setiap tahun Mr. Pella harus mengorbankan salah satu muridnya agar memperpanjang usianya kurang lebih setahun. Maka dari itu, ia bisa hidup lebih lama karena ada sesuatu yang sedang ditunggunya. Salah satu alasan diadakannya pertandingan seperti ini adalah ingin melihat murid-murid yang memiliki kesanggupan otak yang paling baik. Dengan menyambungkan otak manusia ke otak robot, hanya manusia yang memiliki kesanggupan otak paling baik yang bisa memenangkan pertandingan. Tak ada satupun murid yang tahu kecuali seorang murid yang membuat kerusuhan tahun lalu. Ms. Slufi mengangkat tangannya dan seorang pelayan mendatanginya. Ia memberikan gelas minuman yang ada ditangannya. Tak sedikitpun minuman itu ia sentuh.  “Tak perlu mengantarku. Aku bisa pergi sendiri. Aku tahu kau marah padaku.” Ucap Ms. Slufi. Mr. Pella yang mendengar itu melihat jalan Ms. Slufi dari tempatnya berdiri dengan seretan jubah panjangnya melambai ke arahnya. Ms. Slufi berbalik. “Aku ingin acara audisiku berjalan dengan baik tanpa kurang apapun. Terima kasih bantuannya!” lalu ia tertawa keras. “Wanita gila.” Ucap Mr. Pella. Ia tahu bahwa kelemahan terbesarnya adalah wanita norak itu. *** Sebelum bermain, Mr. Cat mengumpulkan semua pemain tim dan menunjukkan taktik yang bisa mereka terapkan dalam pertandingan. “Bagaimana cara kami berkomunikasi dengan anggota lain?” Tanya Max dengan cemilan di tangannya kepada Mr. Cat. Suara yang ia keluarkan tak terdengar jelas karena bunyi ‘Crunchh’ dari mulutnya. “Kau seharusnya menghabiskan makanan di mulutmu sebelum berbicara.” Ucap junior melotot. Ia sedikit kesal karena disaat yang genting ini, Max masih bisa makan dengan tenang. “Kau lebih memilih aku memakanmu atau ini yang ku makan. Kau kan sudah tahu, aku bisa memakan apapun, bahkan racun sekalipun.” Ucap Max. Suaranya sangat pelan, seperti berbisik, tetapi wajahnya lebih seram dari siapapun yang ada di ruangan. Mr. Cat berdehem. Ia tidak ingin terlibat masalah dengan keturunan istimewa, sehingga ia tidak membentak mereka karena sikap mereka yang tidak sopan saat berada di depan guru. Ia hanya melakukan tindakan yang lembut tetapi menghentikan pertengkaran mereka. Mr. Cat tidak ingin tingkahnya yang kasar dilaporkan kepada kepala sekolah. Ia sudah pasti akan mendapat masalah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN