Bab 63 - Tim Wish menang

1224 Kata
Pertandingan melawan Tingkat 2-S belum juga selesai. Belum ada satu gol pun yang dicetak masing-masing tim. Kecepatan tim Wish mulai berkurang. Mereka tidak bisa saling berkomunikasi karena dalam mode robot, tidak ada yang namanya berkomunikasi dalam pertandingan berjalan. Mereka hanya bisa membaca gerakan dari anggota mereka tetapi, terkadang banyak yang salah. Dalam pertandingan besar yang dimainkan oleh manusia secara langsung berbeda dengan bermain menggunakan mode robot seperti ini. Teriakan, perintah, berlari kencang, pengingat oleh anggota timnya sangat dibutuhkan agar bisa menentukan rencana berikutnya. Ini lah yang menentukan ke-solid-tan tim mereka. Tetapi mereka tidak bisa melakukannya. Karena itu Jay yang selalu berinisiatif untuk mencetak gol sendiri karena ketika ia ingin mengoper puck-nya, teman-temannya entah dimana keberadaannya. Detik-detik terakhir mulai terasa oleh masing-masing pemain. Tetapi untungnya, mode kecepatan yang dimiliki tingkat 2-S  sudah habis, mereka harus menunggu sepuluh menit lagi agar bisa berada di mode itu. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi tim Wish. Jika mereka menunggu untuk mode itu kembali, sudah terlambat, karena berjalannya waktu permainan tinggal sedikit lagi. Faceoff dilakukan oleh wasit. Jay mendapatkan bola lalu mengoper kepada Junior. Junior membawa bola beberapa kali ia mengitari pemain lawan dan melemparkan bola kepada Wish. Wish yang sudah sampai di zona penyerangan mulai kebingungan karena tiga orang pemain lawan mulai mengerjakan. Dengan kecepatan penuh ia memutari gawang menunggu Jay untuk berada di dekat lawan. Beberapa mendekati Wish dan melakukan pukulan body membuat Wish hampir terjatuh. Dengan sigap, sebelum terjatuh, ia mengoper puck setelah melihat Jay berada di dekat gawang. Karena pemain yang lain sibuk mengambil bola dari Wish, dan gawang mereka tidak banyak yang menjaga, Jay langsung menembak puck dengan cepat. Rully dan Star menghalangi pemain lawan agar tidak menghalangi Jay, tetapi sayang puck tidak masuk dan terpental ke arah Junior. Junior langsung memukul kembali bola itu dan GOAL! Sorakan teriakan kembali bergema. Robot-robot itu meloncat tinggi karena kegirangan. Tingkat 2-S pun akhirnya kalah dengan pertandingan yang cukup sengit yaitu 0-1. Tiupan terompet dengan keras mengaum di aula. Robot-robot itu berdiri berbaris dan melambaikan tangan diiringi sorakan pendukung. Setelah itu para robot pun keluar dari lapangan untuk melanjutkan pertandingan tim berikutnya. Karena tim Wish sudah selesai bertanding, masing-masing dari mereka dibantu pelayan untuk melepaskan peralatan-peralatan di tubuh mereka. Agar langsung dapat pulih karena efek pemakaian alat aktivitas otak, mereka diberikan minuman tenaga agar tidak oyong saat selesai bermain. Teriakan Mr. Cat terdengar jelas sekarang. Ia berteriak sambil berlari bolak balik di ruangan itu. Ia tidak menyangka bahwa timnya bisa sampai sejauh ini. Mereka semua saling mendekat dan berpelukan. “YEAH” sorak mereka. “Max, kau sangat hebat tadi sebagai penjaga gawang.” Puji Mr. Cat. “Benar sekali. Kesuksesan kita bergantung pada Max. Ia bisa mempertahankan gawang hingga titik terakhir.” Kata Rully menepuk punggung Max.  Max tampak malu karena baru kali ini ia mendapat pujian. Ia berpikir ternyata tubuh besarnya bisa berguna juga. “Jay, Junior dan Wish.” Peluk Mr. Cat. “Kalian hebat… kalian hebat..” ucapnya yang tidak membayangkan bahwa keberuntungan sedang berada di pihak mereka. “Tadi memang pertandingan yang hebat. Jay, kamu hebat tadi. Sepertinya kalian sudah kompak sekarang.” Kata Mr. Cat melepaskan pelukannya. “Ini semua karena bantuan Fredik dan Asio.” Ucap Star.  Mr. Cat mendengar ucapan itu tetapi tidak mengomentarinya. Ia seharusnya bertanya, bagaimana bisa Fredik dan Asio bertemu dengan tim itu. Tetapi, ia hanya melewatkannya saja. “Benar. Tetapi kita memang perlu komunikasi di dalam pertandingan agar bisa memaksimalkan kekompakan kita. Kita baru bertemu, dan tidak mungkin membangun kekompakan dalam waktu sesingkat ini.” Kata Junior. Mr. Cat menganggukkan kepala. “Jika kalian bisa berkomunikasi dengan mudah di dalam lapangan, itu menjadi suatu nilai unggul bagi kalian. “Kita akan melawan menunggu hasil pertandingan tingkat 3-S dan tingkat 3-B. Pemenang dari pertandingan itu akan membuat kalian masuk dalam babak terakhir semi final dan setelah itu kalian akan melawan tingkat 2-A dalam babak grand final. itu sedikit lagi,” Ucap Mr. Cat membayangkan itu terjadi. “Kita butuh strategi lain.” Kata Jay. Wajahnya tampak seperti orang yang sedang marah. Melihat wajah Jay membuat Junior tertawa. Wish langsung angkat bicara. Tadi ia sempat ingin mengusulkan sesuatu tetapi tak ada yang mendengarkan. “Pak!” Ucapnya. Semua memperhatikan Wish. “Saya punya usul.” Kata Wish dengan lantang. “Sebentar, kita akan bicarakan itu di ruangan kita saja. Ayo kita pergi.” ucap Mr. Cat yang melihat ke arah tim lawan - Mr. Spong. Mr. Spong langsung mendekati tim mereka dengan kacamata tergantung di bajunya. Ia berjalan dengan slengean menganggap bahwa pertandingan tadi bukanlah hal besar baginya. “Aku tidak menyangka bisa kalah dari tim anehmu.” Kata Mr. Sponge dengan nada kesal.  “Hei, bukankah kita adalah teman? Ini hanya kebetulan.” Kata Mr. Cat. Tangannya memberikan instruksi agar Wish dan yang lain segera pergi dari percakapan itu ke ruang tunggu mereka. “Haha.. aku tidak percaya, batu runner up tidak bisa membuat kami menjadi pemenang kali ini.”Kata Mr. Spong dengan tertawa aneh. Ia pun pergi membawa timnya meninggalkan Mr. Cat sambil memarahi tim-nya yang mengikutinya dari belakang.  *** Wish dan teman-temannya itu pun pergi ke ruang tunggu mereka. Mereka melewati ruang-ruang lain bagi player pemain. Tak sengaja, ia melirik ke ruangan dimana Will sedang bercanda dengan teman-temannya. Will menatap mata Wish yang berdiri di luar ruang mereka. Ia mengeruncingkan senyumnya dengan sorotan mata tajam seolah-olah merendahkan Wish. Wish langsung tersenyum agar situasi itu tidak menjadi terlalu canggung dan berupaya pergi. Entah kenapa ruangan itu terbuka. Ia menyesali matanya melirik ke sesuatu yang tidak berguna.  Tiba-tiba Max keluar dari ruangan itu dan berkata, “Semoga kami bisa sampai ke babak final.”  Ternyata Max sedang berbicara dengan kakaknya - Mike Lotito, di ruangan tim Will - Tingkat 2-A. Ia memberitahu Mike dengan sangat senang karena tim mereka bisa jadi bermain melawan kakaknya itu. Wish mendekati Max ingin menanyakan sesuatu padanya. “Itu kakakmu?” Tanya Wish. “Ya, Mike, bukan Will ya.” Kata Max. Bola matanya melirik ke atas dengan tangan terlipat di dadanya. “Aku tidak menyangka bahwa hari ini aku bisa menjadi penjaga gawang yang hebat. “Kau tadi memang hebat. Selama pertandingan kau bisa menahan puck tidak masuk ke gawang kita.” Ucap Wish mengacungkan kedua jempolnya. Mendengar pujian Wish membuat Max senyum-senyum sendiri. Ia kemudian berkomentar mengapa ia bisa melakukannya. “Ini semua karena Fredik dan Asio. Mereka membuatku bisa membaca gerakan mereka. Di awal kecepatan mereka akan mengandalkan kapten timnya untuk merebut bola, lalu mengopernya ke sayap kiri, menunggu kita merebut bola, lalu kembali ke penyerang, dan memukul bola atau puck itu. Jadi aku sudah bisa tahu waktu mereka akan sampai ke gawang. Kalian sebenarnya bisa mengacaukan permainan mereka. Tapi sayangnya, tidak ada yang bisa merebut puck itu dari mereka. Tapi tidak apa-apa, aku tahu itu sulit.” Ucap Max merangkul Wish. “Ya, itu sangat sulit.” Ucap Wish dengan mata berkaca-kaca. “Tapi, tadi cukup bagus. Untung saja di bagian-bagian akhir kita yang menguasai bola sehingga punya kesempatan untuk mencetak gol. Kalau kamu tadi tidak mengoper bola ke Jay sebelum terjatuh, pasti mereka yang menang.” Kata Max. “Benar. Aku tahu itu kebetulan.” Ucap Wish melihat ke arah depan. “Tetapi, kecepatan mu tadi bertambah sewaktu kau mengelilingi gawang lawan. Itu sangat hebat. Aku baru pertama kali melihatmu seperti itu.” “Aku juga tidak tahu. Itu terjadi begitu saja.” jelas Wish.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN