Bab 60 - Fredik dan Kemampuan Ramalnya

1618 Kata
Tim Wish berada di ruangan yang tak jauh dari ruangan tempat mereka bertanding sebelumnya. Hanya berbeda tiga kamar dengan ruangan utama tempat alat-alat itu diletakkan. Mereka duduk acak dan diberikan fasilitas pijat bagi mereka yang ingin santai, ataupun tempat tidur dengan mode duduk berbentuk kapsul. Ruangan itu juga memiliki layar lebar di tengah-tengah dinding agar bisa menyaksikan berjalannya pertandingan. Mr. Cat pun keluar setelah mengantar timnya keruangan itu. Junior langsung mengeluh tentang pertandingan mereka. “Kita hanya beruntung. Kita hanya beruntung.” Ia mengangguk-anggukkan kepalanya. “Tak ada kerjasamanya. Kamu mau menang sendiri saja.” Ucap Junior lagi lalu berdiri. Ia berjalan mondar-mandir di depan layar pertandingan. “Kau menghalangi kami menonton pertandingan.” Ucap Star yang selesai mencuci wajahnya dari kamar mandi dan duduk di kursi. Jay yang menutup mata dan duduk di tempat tidur kapsul mencoba untuk menghiraukan komplainan Junior. Ia berpura-pura tidur tenang tanpa bergerak. Ia tahu bahwa Junior sedang menyinggung tentang dirinya. Tetapi, ia tidak mengatakan apapun.   “Mengapa dia hanya bekerja seorang diri?” Kata Junior menunjuk Jay. Max langsung berkata, “Ada apa denganmu? Kau tidak biasanya seperti ini.” Kata Max. Yang ia tahu, Junior bukanlah orang yang mau berkata buruk kepada kawannya. Ia juga tidak pernah berkata kasar sedikitpun. Tetapi, kali ini ia terlihat emosi karena sikap Jay. Wish hanya memperhatikan mereka. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Lagian semua orang juga menganggapnya tidak ada. Rully yang juga tidak mempermasalahkan hal itu, pergi ke tempat duduk yang dijelaskan Mr. Cat bisa membantu mereka tidur dengan nyenyak. Ia melihat Jay yang bisa tertidur meski Junior ngomel-ngomel di depannya. Star yang sedang memperhatikan layar, melihat masuknya robot-robot dari tim Tingkat 1-S melawan Tingkat 2-S. Ia merasa ada yang beda dengan tampilan baju yang dikenakan. Seperti lebih kuat dan juga dengan style yang lebih keren. “Baju mereka terlihat lebih hebat dibanding kita.” Ucap Star. Semua melirik termasuk juga Jay. “Apakah mode itu membuat mereka lebih kuat?” Kata Jay yang pada akhirnya berbicara. Ia tampak sedikit takut jikalau ada mode-mode yang bisa ditambahkan di robot dan membuat permainan semakin menegangkan. “Apakah itu curang? Lihatlah, Tingkat 1-S tidak memiliki mode sehebat tingkat 2-S.” kata Star lagi. “Seharusnya Mr. Cat menjelaskan hal itu kepada kita.” Ucap Junior. Mereka pun memperhatikan jalannya pertandingan. Kecepatan yang dilakukan oleh robot-robot itu sangatlah berbeda dengan kecepatan yang bisa mereka lakukan. Mereka percaya bahwa robot-robot yang digunakan dalam permainan ini bisa di upgrade sehingga lebih mudah dikendalikan dan juga bisa menambah kecepatan. Pertandingan pun selesai, dan kemenangan berada di pihak tingkat 2-S. “Ini hebat.” kata Rully yang ternyata tidak jadi tidur. Teman-teman satu timnya yang merasa bahwa ia sudah tidur melihat ke belakang ke arahnya. Mereka baru sadar bahwa Rully sedang memperhatikan jalannya pertandingan. “Bagaimana cara selanjutnya agar kita bisa menang?” Ucap Star. “Aku punya ide.” Ucap Wish yang duduk di sudut. Jadi ketika ia berbicara, semua temannya itu harus melihat ke belakang ke arahnya karena kemungkinan mereka tidak mendengar. Ia mengulang kembali ucapannya, “Aku ada ide,” ucapnya lagi dengan lebih kuat tetapi tak ada yang menyahut. Pertandingan kembali diadakan. Tim Tingkat 2-S keluar ruangan dan diberikan ruangan di sebelah ruangan Wish dan timnya. Mereka juga menunggu pemenang selanjutnya yang akan bertanding dengan mereka. Tim Tingkat 3-S masuk ke dalam lapangan yang akan melawan tim Tingkat 1-B(Tingkat pertama ilmu Budaya). Baju-baju yang mereka lihat ada pada tingkat 2-S tidak ada pada tingkat 3-S ataupun 1-B.  “Mereka tidak memiliki jubah sebaik tingkat 2-S padahal yang menjadi lawan mereka adalah tingkat 3-S. “ Ucap Star yang belum memahami apapun. Dua orang masuk ke dalam ruangan mereka.  “Kalian harus memenangkan pertandingan ini.” ucapnya sambil kesulitan bergerak. Semua melihat seseorang yang memakai tongkat dengan mata yang ditutupi sesuatu hingga ia tidak bisa melihat. Beberapa kali ia terlihat mengeluarkan suara yang aneh sewaktu berjalan. Di belakangnya, yang adalah temannya, memakai baju samurai dan terlihat jelas ia seperti sulit berjalan karena memakai baju samurai. Junior dan Max mengenal mereka dengan baik, tetapi tidak dengan yang lain. “Kalian keturunan istimewa?” kata Wish yang berdiri. Yang lainnya pun menyadari siapa yang datang itu. Ternyata mereka adalah Fredik Jins Kish dan Asio Machii. “Apakah kau benar-benar buta?” Tanya Star. Ia sangat penasaran melihat Fredik dengan penutup matanya itu.  “Tidak. Aku hanya menutupnya dengan penutup mata. Penutup mata ini tidak pernah aku lepas bahkan saat mandi. Meski begitu, bahan yang dipakai tidak membuat kerusakan pada mataku ataupun bekas karena pemakaian lama.” Ucap Fredik lalu tersenyum. “Tapi, bukan itu intinya.” Ucap Fredik lagi. Fredik tahu bahwa di ruangan itu ada lima orang. Tetapi, ia tidak bisa tahu siapa saja yang ada di situ sebelum mereka berbicara dan mengenalkan dirinya. “Jun..Jun..” Panggilanya.  “Aku tahu kau disini. Aku bisa membantumu.” Ucap Fredik. Junior memasang wajah muram. Ia tidak mengharapkan bantuan dari Fredik. Asio berbisik menyebutkan lokasi Junior. Ia berjalan ke arah Junior, sedangkan Junior masih menyalahkan Asio karena memberitahukan lokasinya. Asio selalu membantu Fredik. Mereka sudah kenal dari kecil dan karena kedua orang tua mereka adalah sahabat membuat mereka menjadi sangat dekat seperti saudara kembar. Karena itu, ialah yang mengantarkan Fredik ke ruangan Junior untuk memberikannya bantuan. “Baiklah, baiklah, aku disini.” Kata Junior. “Aku sudah mengatakan bahwa kau pasti akan terpilih. Kenapa kau tidak percaya dengan ramalanku.” Ucap Fredik.  Fredik punya kesanggupan yang aneh. Ia bisa melihat masa dengan dengan menggenggam tangan mereka selama beberapa menit. Terkadang ia harus melakukannya lebih lama jika gambaran masa depan itu belum jelas. “Aku seharusnya tidak melakukan tipuan buruk itu.” Kata Junior. Jadi saat mereka berada di kapal, ia bertemu dengan Fredik dan ingin membuktikan apakah ia benar-benar bisa meramal. “Aku tahu kau tadi kesal dan menyalahkan Jay.” Kata Fredik. Semua terkagum karena ia apa yang dikatakannya sudah terjadi. “Apa kau benar-benar bisa meramal?” Ucap Star mendekat. “Ya,” katanya. “Kau mau coba?” tanya Fredik.  Star menarik Wish kedepannya dan memberikan tangan Wish. “Silahkan.” Fredik mengganti tangan kirinya yang memegang tongkat karena tangan kanannya akan dipakai untuk memegang tangan Wish. Wish sedikit memberontak tetapi sudah terlambat saat Fredik memegang tangannya. Ia berkonsentrasi dan keringatnya mulai bercucuran.  “ini bukanlah tangan mu.” Kata Fredik kepada Star. Mendengar itu, ia terlihat kaget. Meski ia tidak melihat, tetapi ia tidak bisa dikelabui oleh hal seperti itu. “Hmm.. maaf. Saya tidak berani.” Jawab Star. “Kau seharusnya tidak mengatakan hal yang tidak bisa kamu lakukan.” Kata Fredik dengan tajam. Ia ingin melepas tangan itu, tetapi tidak mungkin memulai tanpa menyelesaikan tugasnya. Itu adalah salah satu tantangan bagi pemilik indera hebat itu. “Aku tahu bahwa keturunan istimewa pasti memiliki bakat yang diturunkan. Jadi kekuatanmu adalah melihat masa depan.” Kata Rully. “Jelaskan Asio!” Kata Fredik yang sedang sibuk menyentuh tangan Wish. “Kekuatannya adalah Ekolokasi. Itu adalah kemampuan ia mengetahui objek di sekitarnya dari pantulan bunyi objek-objek di depannya.” Jelas Asio. “Wow, itu hebat. Aku punya ide, seperti hewan-hewan yang memiliki ekolokasi, mereka menggunakan gelombang suara dengan frekuensi rendah untuk menampilkan apa yang telah mereka ingat sewaktu menggunakan ekolokasi. Jika kita menciptakan alat untuk menampilkan ingatan ekolokasi itu menjadi gambar 3D, pasti hebat.” Ucap Star. Asio mengerutkan jidat. “Itu tidak akan berguna. Yang bisa menggunakan ekolokasi hanya orang-orang tertentu. Dan saat ini, hanya dia yang bisa. Kau tidak membutuhkan itu karena tidak memiliki kemampuan ekolokasi. Lagian pula, ekolokasi digunakan bagi mereka yang buta, untuk apa menjadikannya gambar kalau tidak bisa melihat?” Jelasnya. Star menganggukan kepala. Ia terlihat memalukan. Wish melihat ke arah Fredik dengan serius dan merasa bahwa ia dalam kesulitan. “Apakah ia tidak apa-apa?” Tanya Wish melihat Asio yang berada di belakang Fredik. Ia menanyakan itu karena tangannya sudah cukup lama di genggam. Asio mengangguk. Biasanya ia tidak selama itu untuk meramalkan masa depan seseorang. Tetapi, kali ini cukup lama ia menyentuh tangan Wish. Tangan kiri Fredik mulai gemetaran. Keringatnya juga tidak tanggung-tanggung keluar. Jidatnya terkadang berkerut dan terkadang tidak. Bibirnya beberapa kali digigitnya seperti menahan kesakitan. “Sepertinya dia kesakitan, lebih baik dilepaskan.” Ucap Wish lagi. Asio bergerak ingin memastikan wajah Fredik dari apa yang dikatakan Wish. Karena Fredik membelakangi Asio, ia tidak bisa melihat wajah Fredik yang kesakitan. Asio langsung menarik tubuh Fredik ke belakang setelah ia memastikan bahwa ada yang tidak normal dari tindakan Fredik kali ini. Ia berusaha melepas tangan Wish dengan menarik tubuhnya yang kaku. Tetapi, tangan itu tidak terlepas juga. Wish menarik tangannya dan begitupun Asio yang dibantu dengan junior. Dan mereka pun terjatuh. “Ahh..” Ucap Fredik. Ia terlihat kelelahan. “Apa yang terjadi?” Tanya Asio. Max dan Jay mendekati mereka ingin melihat apa yang terjadi. “Mungkin kemampuannya hilang,” celetuk Jay sinis.  Max langsung memberikan isyarat untuk diam. “Aku tidak bisa melihat masa depannya.” Ucap Fredik “Apakah dia akan mati, kalau begini?” Kata Junior “Itu tidak mungkin. Meskipun ia akan mati seharusnya aku bisa melihatnya.”Kata Fredik.  Mendengar itu jantungnya berdegup kencang. Ia bertanya-tanya apa yang terjadi dengannya. “Ini tidak mungkin. Apa kemampuanku sudah menghilang?” Ucap Fredik. Mereka pun mengangkat Fredik ke tempat yang lebih nyaman. Mereka mendudukkannya di kursi dan memberinya segelas air. “Kalian akan mendapat masalah jika didapati berada di ruangan ini.” Kata Junior.  Asio mengelap keringat Fredik yang sangat banyak dan memberikannya kembali tongkat yang tadi terjatuh ke lantai. “Sebenarnya apa tujuan kalian kemari?” Tanya Junior. Max lalu komplain kepada Asio, “Acara penyambutan keturunan istimewa sudah selesai. Seharusnya kau mengganti bajumu terlebih dahulu sebelum datang kemari. Baju itu membuatmu tidak leluasa bergerak.” 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN