Bab 59 - Tidak Sengaja dan Keberuntungan

1289 Kata
Pertandingan dilakukan dengan sistem gugur. Tim pertama yang akan bertanding adalah team Wish, yaitu team tingkat 1-A. Mereka akan bertanding dengan tim tingkat 3-A yang dikepalai oleh Mr. Slurp. Tim-tim itu sekarang sudah memakai alat-alat yang membuat mereka bisa mengendalikan robot-robot kecerdasan buatan itu. Getaran panggung semakin terasa saat robot-robot keluar ke tengah lapangan. Lapangan terbelah secara perlahan. Kedua belas robot dengan satu robot pendek muncul dari hidrolik yang sangat besar. tak berapa lama, robot-robot itu berubah dan berganti wajah sesuai dengan pengendalinya. Tubuh mereka berubah membentuk baju yang khusus dipakai dalam pertandingan. Melihat betapa canggihnya robot itu bisa berubah mode, sorak-sorai murid semakin riuh. Mereka tidak dapat membayangkan bahwa ada alat secanggih itu disini. “Mereka pasti kalah.” ucap orang-orang di sekitar Chery. Yang mereka tunjuk adalah tim Wish. Chery membalikkan wajahnya ke belakang melihat mulut siapa yang berani-beraninya mengatakan itu. Mool yang tahu bahwa Chery memiliki emosi yang tinggi, ia sudah membayangkan adegan yang bisa saja terjadi saat itu, langsung memegang kepala Chery dan memaksanya melihat ke depan. “Jangan berubah menjadi One Punch Girl.” Ucap Mool dengan kasar tetapi wajah yang imut. Chery yang melihat Mool mengatakan hal seperti itu membuatnya menjadi ingin tertawa. “Biarkan saja mereka. Itu tidak akan terjadi.” Kata Mool “Kau percaya denganku bahwa tim Wish akan menang. bukan?” Tanya Chery. “Maksudku, tim lawan mereka, tidak akan terjadi, kalah.” Kata Mool tanpa rasa bersalah. “Ihh..Mool!!!” Menepuk pundak Mool. Ohn melihat Panom sedang mencari tempat duduk. Ia melihat ke kanan dan ke kiri untuk menemukan keberadaan Chery dan Ohn. Chery tidak melihat Panom sedang mencari mereka karena ia sibuk bertengkar dengan Mool. Ohn berteriak keras memanggil Panom hingga ia mengetahui keberadaan teman-temannya. Dengan sigap Ohn berpindah tempat duduk untuk mengatur agar Panom duduk di sebelah Chery. Ia masuk di barisan ujung melalui jalan masuk Ohn dan akhirnya duduk disebelah Chery. Ohn tersenyum kepada Panom, meski ia tampak terlihat tidak nyaman. “Kau lama sekali di kamar mandi.” Ucap Ohn berbisik, tetapi tidak ditanggapi. Mool dan Chery yang saling dorong-dorongan, membuat Panom melihat dengan serius. Ia bingung mengapa mereka harus bertingkah seperti anak-anak. Tiba-tiba karena ayunan tangan Chery, makanan yang Mool pegang terlempar ke atas. Dengan buru-buru Chery menangkap makanan itu. Memang ia berhasil menangkap makanan itu, tetapi harus mengalami kejadian yang memalukan. “Cher.” kata Mool terkejut. Dari bentuk bibirnya ia merasa ada yang salah dengan genggaman Chery. Chery melihat ke wajah Panom dengan wajah sedih. Dan bukannya melepas, ia sempat-sempatnya tersenyum. “Cher, itu bukan cemilan tepung beras milik Mool.” Ucap Ohn lembut. Wajah Panom memerah karena sakit yang dirasakan. “Itu si dedek.” Ucap Mool lagi setelah memejamkan mata beberapa kali. Karena syok dengan apa yang dilakukannya, Chery tampak terdiam tak bisa bergerak. “Kau sangat menikmatinya sepertinya.” Ucap Ohn.  Sontak Chery langsung menyingkirkan tangannya dari s**********n Panom dan berteriak keras. Panom dengan wajah memerah, hanya menatap Ohn dengan isyarat mata. Ohn berpikir dalam hati, “Untung aku menyingkir tadi.” *** Chery dan Panom meski duduk bersebelahan, mereka tidak berbicara sedikitpun karena kejadian memalukan itu. Bukannya kue beras yang ia tangkap, malah kue lemper isi abon sapi yang menjadi sasaran. Chery beberapa kali melirik Panom, dan begitupun Panom. Mereka seperti ingin membicarakannya tetapi, sangat malu untuk memulai. Mool memandang Chery. Ia tahu bahwa Chery ingin meminta maaf. Bukannya membantu, malah Mool berkata, “Gimana rasanya?”  Chery menatap Mool dengan sorotan mata yang bagaikan sorotan api. Ia ingin sekali memukul Mool tetapi saat ini sepertinya bibirnya tertahan dan tangannya tidak bisa bergerak. Karena emosinya yang tidak tertahan, akhirnya ia berujung pada hal yang memalukan. Mereka tidak lagi melihat bagaimana pertandingan itu berjalan. Tidak ada yang fokus dalam melihat teman mereka bertanding. Yang mereka lihat bukannya para robot yang bergerak ke sana-kemari, melainkan papan skor yang tepat berada di depan mereka. Tim tingkat 1-A mendapat skor 1, dan tim tingkat 3-A mendapat skor dua. Waktu sesi terakhir segera berakhir. Banyak sorak-sorakan yang berharap bahwa pemenangnya adalah tingkat 3. Tetapi, malah di detik-detik terakhir malah tim Wish bisa mencetak gol. “GOLLLLL” Ucap Mool dan Ohn yang berteriak sambil berdiri. Sedangkan Chery dan Panom yang tidak sadar dengan kejadian itu, langsung berdiri cepat, menaikkan tangan mereka dan berteriak kencang. Ia melirik Chery sebentar yang sedang menggigit bibirnya dan menyipitkan mata. Ia memalingkan wajahnya ke arah Mool agar Panom tidak melihat wajahnya secara keseluruhan. Ketika Mool dan Ohn selesai berteriak, mereka pun duduk.  “Hei, duduk,” ucap Ohn menarik baju Panom agar duduk. Chery yang sadar bahwa Mool juga telah duduk, cepat-cepat mengambil tindakan dan langsung duduk. Mereka terlihat sangat canggung karena kejadian itu.  Perpanjangan waktu pun dimulai untuk memperebutkan juara di pertandingan pertama. Bagi setiap tim yang pertama sekali mencetak gol akan menjadi pemenangnya. Permainan pun berlanjut. Sorak-sorai menjadi semakin keras dan terdengar meneriakkan nama pemain yang mereka harap menang. Para penonton melihat bahwa kedua tim ini lumayan menyita perhatian karena waktu untuk mendapatkan kemenangan cukup terlihat sengit. Biasanya, menurut pengalaman-pengalaman tahun sebelumnya, tidak ada yang bisa membuat pertandingan menjadi seru seperti ini karena pengalaman mereka yang kurang. Beberapa murid senior juga berkata bahwa kemenangan Will hanyalah kebetulan semata. Ada yang percaya bahwa Will lah yang mengemis meminta kepada Mr. Six untuk kembali bertarung tahun ini karena ia ingin membuktikan bahwa dirinya menang bukan karena keberuntungan. Semenjak itu ia terobsesi menjadi pemain terbaik hoki es robot meski permainan ini tidak mempengaruhi nilainya sama sekali.  Puck mulai direbut dan kali ini ternyata Ray memegang kendali. Ia menggiring bola ke zona penyerangan mendekati gawang dari sayap kiri. Tim lawan menghadang nya dari depan di dekat gawang. Junior dan yang lainnya sudah berpendar di dekat gawang. Junior berpikir bahwa Ray akan mengoper puck kepadanya untuk membantunya memasukkan bola ke gawang. Tetapi, bukannya bekerja sama, Ray berpapasan dengan Junior dan menyenggol dirinya sedikit. Ia langsung memukul puck dan, GOAL. Dari atas atap aula, langsung terdengar tembakan dan suara lonceng yang kuat. Kemenangan berada di pihak tim tingkat 1-A. Banyak yang tak menyangka bahwa mereka bisa mengalahkan tingkat 3 di kejuruan mereka. Ini sepertinya tidak mungkin terjadi.  Junior tampak kesal dengan perlakuan Jay kepadanya. Ia tidak terima karena Jay tidak mengoper bola itu padanya.Tak ada yang bisa dikatakan karena mereka juga tidak bisa berkomunikasi di dalam pertandingan. Junior terlihat kesal dan robot-robot itu berjalan keluar dari lapangan.  Karena sesi mereka sudah berakhir, saatnya mengganti pemain. Tim yang akan bertanding selanjutnya adalah Tim tingkat 1-S melawan tim tingkat 2-S. Mr. Cat dan pelayan lain melepaskan alat-alat di sekujur tubuh mereka dan perlahan tubuh mereka bisa kembali bergerak. Mr. Cat langsung memeluk Jay kuat. Ia tidak menyangka bahwa Jay bisa mencetak gol sebaik itu. Memang pertandingan tadi didominasi oleh cetakan Jay yang bermain sendiri. Ia sama sekali tidak melibatkan teman-temannya yang lain. “Bapak bangga.” Kata Mr. Cat dengan sangat bahagia. Kebahagiaan itu terpotong setelah pelayan memberikan minuman yang membantu agar mereka tidak pusing setelah memakai alat pemindah perintah otak itu. Junior melihat ke arah Mr. Cat yang melihatnya memeluk Jay. “Alah, biasa aja pun.” Ucapnya iri.  Mereka pun keluar dari ruangan itu dan duduk menunggu di ruang tunggu pemain, menunggu giliran pertandingan selanjutnya. Meski mereka di ruang tunggu, mereka bisa menyaksikan berjalannya pertandingan dari layar 50 inci di depan mereka. Mr. Cat yang keluar dari ruang tunggu berpapasan dengan Mr. Jumbur yang memakai kacamata tebal dan dengan tubuh yang tinggi menghalangi jalan Mr. Cat. Ia adalah guru ilmu sosial dan menjadi wali tingkat pertama ilmu sosial. Ia berkata, “Awal yang menarik. Kuharap aku dapat seberuntung dirimu. Sepertinya kau berbohong sewaktu bercerita dengan kami tentang wheel of fortune mu itu. Aku melihat pemain mu cukup kuat.”  Belum sempat menjawab, Mr. Jumbur langsung pergi. Ia merasa dengan di intimidasi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN