Perasaan Rhea

1070 Kata
Rhea tersenyum senang ketika melihat mobil Arka sudah menunggu di depan gedung kampus, dia pun langsung berlari menghampiri pria itu. "Uncle! Aku pikir Uncle gak akan datang." "Kan aku sudah janji sama kamu," jawab Arka membuka pintu dan menyuruh gadis itu masuk ke dalam mobilnya. "Mau langsung pulang atau mampir lagi?" "Aku ingin beli es krim, kata teman-temanku tadi ada toko es krim baru di persimpangan jalan itu," kata Rhea antusias dan menunjuk ke arah persimpangan jalan yang tinggal beberapa meter di depan. Arka mengangguk, dia pun membelokkan roda mobilnya ketika sampai di persimpangan. Arka cukup terkejut saat melihat ada banyak sekali orang yang mengantri. "Ramai banget, kamu tetap mau beli?" "Mau," seru Rhea memanyunkan bibirnya, merengek pada Arka agar pria itu mau turun dan mengantri untuk membelikannya. "Uncle mau ya, beliin buat aku?" Arka membuang napasnya kasar, entah kenapa dia sama sekali tidak bisa menolak permintaan Rhea. Apalagi jika melihat raut wajah gadis itu yang sangat lucu, Arka jadi gemas sendiri. Lantas dia pun turun dan berjalan menghampiri toko es krim tersebut lalu mengantre seperti yang dilakukan orang-orang. Sesekali dia melihat ke arah Rhea yang menunggu dirinya di mobil, demi gadis itu dia rela berhimpitan dengan orang-orang ini. Namun, setelah melihat kondisi para pembeli yang terus bertambah, Arka pun keluar dari kerumunan. Dia menghampiri karyawan toko es krim tersebut dan mengatakan jika dia butuh dua es krim. Karyawan tersebut menolak dan ingin agar Arka kembali mengantre, tetapi Arka tidak mau dan berinisiatif untuk membayar lebih mahal saja dari harga es krim tersebut. Tapi, hal tersebut rupanya malah menimbulkan kemarahan para pembeli lain yang sudah mengantre. Alhasil Arka pun mendapatkan ide yang cemerlang agar dirinya bisa mendapatkan es krim dan pergi dengan mudah. Bukan Arka namanya kalau tidak berhasil mendapat apa yang dia inginkan. "Baiklah, aku akan membayar es krim orang-orang yang sudah mengantre di sini. Tapi, sebagai syaratnya berikan aku dua es krim terlebih dahulu." Arka berhasil, orang-orang itu langsung mengizinkannya untuk tidak mengantre dan mendapatkan es krim yang dia inginkan dengan mudah. Tidak masalah baginya untuk mengeluarkan uang lebih banyak, hitung-hitung bersedekah. Karena baginya waktu ada uang, waktunya terlalu berharga untuk ikut mengantre di toko ice cream yang saat ini sedang viral itu. Setelah mengambil kedua es krimnya dan membayar total es krim yang akan dia bayar untuk semua orang yang ada di sini, Arka kemudian melangkah cepat untuk kembali ke mobilnya. Dia kemudian masuk dan memberikan es krim rasa vanila pada Rhea. "Ini es krim kamu." "Kok cepet banget?" tanya Rhea bingung. Dia tadi memperhatikan orang-orang itu yang rela antreannya direbut oleh Arka. "Uncle kok bisa gak ngantre?" "Itu karena aku tampan," jawab Arka dengan percaya diri yang tinggi seraya ikut makan es krim coklat di tangannya sambil tersenyum pada gadis itu. Kalau urusan tampan, Arka memang memiliki wajah yang bisa dibilang adalah anugerah dari Tuhan. Meskipun umur pria itu sudah dewasa, tetapi wajahnya masih terlihat awet. "Iya deh yang mukanya cakep." "Emang bener kan?" tanya Arka berniat untuk menggoda Rhea. Rhea mengangguk, dia memang selalu setuju tentang hal itu. "Iya, gak ada cowok yang lebih cakep selain Uncle!" "Benar sekali!" Arka tertawa pelan, sambil terus memakan es krimnya. Dia melihat ke arah orang-orang yang masih mengantre es krim, wajah mereka terlihat lebih senang dari sebelumnya. "Jadi sekarang langsung pulang, kan?" tanya Arka, jemarinya mengusap sisa ice cream yang mengenai dagu gadis itu. Seketika Rhea terdiam dan menahan napas karena perbuatan Arka. "Rhea?" Rhea sebenarnya tidak ingin pulang dulu, dia ingin menghabiskan waktunya lebih banyak bersama Arka. Terlebih ini masih sore, masih banyak waktu untuknya pulang. "Gimana kalau kita ke pantai dulu?" "Pantai jauh, Princess!" jawab Arka menoleh untuk menatap Rhea yang mulutnya dipenuhi bekas es krim. "Cuma 1 jam doang kok, lagian masih jam 4 sore!" Rhea sudah memikirkan rencana ini, dia ingin bermain di pantai bersama Arka. Rhea juga sudah memikirkan makanan apa yang akan keduanya makan di sana nanti. "Kita pulangnya malam aja nanti." Arka telah menghabiskan es krimnya, dia pun akhirnya mengangguk karena kembali tidak bisa menolak permintaan Rhea. Sebenarnya Arka hanya khawatir Rhea kelelahan, mengingat gadis itu baru saja menyelesaikan tugas praktek. "Kamu yakin gak kecapean, Princess?" "Enggak, aku malah senang banget kalau bisa ngabisin waktu bareng Uncle," jawab Rhea jujur dengan apa yang dia inginkan. Arka menghidupkan mesin mobilnya, lalu kemudian melajukan kendaraan roda empatnya itu menuju ke tempat yang Rhea inginkan. Arka langsung bisa melihat wajah senang gadis itu, menjadikan alasan untuknya memenuhi keinginan Rhea. "Aku sama sekali gak bisa nolak permintaan princess kecilku." "Uncle emang yang terbaik!" Rhea meraih lengan Arka, memeluknya dengan gemas. *** Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam lebih lantaran sempat terjebak macet, akhirnya keduanya pun sampai di pantai. Arka belum sempat keluar dari mobil, tetapi Rhea sudah lebih dulu keluar dan berlari cepat menuju tepi pantai. Arka sendiri tidak habis pikir, mengapa ada makhluk menggemaskan seperti Rhea. "Uncle! Sini cepet!" teriak Rhea melambaikan tangannya untuk memanggil Arka yang masih melangkah. Arka pun mempercepat langkahnya untuk menghampiri gadis itu, angin laut yang lumayan kencang membuat dia khawatir. "Kita gak bawa jaket, kamu gak kedinginan?" "Enggak! Malah rasanya lega banget!" ucap Rhea seraya menarik tangan Arka agar pria itu mau duduk bersamanya. Arka menurut, dia duduk di samping Rhea dan menatap gadis itu lekat. Helaian rambut yang diterbangkan oleh angin, membuat Arka mengakui jika gadis kecilnya itu memang memiliki daya tarik yang begitu kuat. "Mau sekalian makan malam di sini?" "Boleh?" tanya Rhea tidak menyangka jika Arka akan menawarinya untuk sekalian makan malam di sini. Dia sungguh senang akhirnya bisa menghabiskan waktu lebih banyak lagi bersama Arka. "Kenapa enggak?" Arka juga merasa lapar, sehingga kalau menahannya sampai di rumah mungkin dia tidak akan tahan. Rhea meraih tangan Arka dan memeluknya sambil tersenyum senang. "Ih baik banget deh! Jadi makin sayang sama Uncle." "Gak boleh makin sayang!" "Loh, kenapa emangnya?" Arka menarik sudut bibirnya, tersenyum tipis sembari merapikan anak rambut Rhea. Pikiran Arka melayang jauh, tetapi dia tetap berusaha untuk mengingat bumi tempatnya berpijak. Dia tidak boleh melebihi batas, meskipun dia tahu seseorang saat ini tengah mengharapkan batasan itu menghilang. "Nanti kalau sayangnya ke aku semua, terus kamu mau ngasih apa ke pacar kamu, Princess?" "Tapi, aku kan gak punya pacar, Uncle!" sahut Rhea memanyunkan bibirnya tidak suka dengan ucapan Arka barusan. "Kan ada Uncle yang bisa ngelindungin aku." Arka mengacak pelan rambut Rhea, bagaimana pun dia berharap gadis itu akan tetap menjadi salah satu alasan dirinya tersenyum. "Tapi, kan aku gak mungkin bisa ngelindungin kamu terus?" "Ma-maksudnya?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN