Kondisi Yang Tidak Diharapkan

1044 Kata
Rhea tidak menyangka akan turun hujan, padahal tadi langit cukup cerah. Keinginannya untuk melihat matahari terbenam, gagal sudah. Keduanya kini terpaksa berteduh kembali di mobil dan menunggu hujan reda untuk pulang. "Mending langsung pulang aja kita Uncle, gak enak juga nunggu di sini." "Berkendara dalam keadaan hujan deras gini bahaya! Kita tunggu sebentar lagi, ya," jawab Arka seraya melihat-lihat ke arah ombak laut yang menerjang cukup besar. Rhea menghela napasnya berat, dia pun ikut menatap ke arah pantai yang terlihat mengabur dari jendela mobil. "Gagal deh liat senja! Kenapa juga harus hujan sih?" protesnya dengan bibir mengerucut. Arka tersenyum sekilas, dia tahu saat ini Rhea pasti sangat kesal lantaran hujan turun secara mendadak seperti ini. Apalagi keduanya harus terjebak hujan yang tidak tahu kapan berhenti. "Kapan-kapan kita ke sini lagi, semoga aja gak hujan, ya." Arka mencoba menghibur gadis yang tengah kecewa disebelahnya. "Beneran?" tanya Rhea sudah menoleh untuk melihat Arka. "Uncle gak sibuk?" selidiknya kemudian karena pekerjaan pria itu sulit di tebak. "Aku akan menyisihkan waktu untuk Princessku!" sahut Arka berencana untuk membayar kesedihan Rhea kali ini yang gagal untuk melihat senja yang ingin sekali gadis itu saksikan. "Nanti kita sekalian piknik, tapi kamu yang menyiapkan makanannya, okay?" Kedua mata Rhea langsung berbinar, dia dengan cepat meraih lengan Arka dan merangkulnya, berterima kasih sebanyak yang dia bisa. "Seneng banget deh, bisa punya Uncle baik! Makasih ya, Uncle!" "Iya, tapi kamu harus semakin rajin belajarnya ya! Katanya mau jadi dokter yang keren!" Arka ingin menarik tangannya, tetapi Rhea malah memegangnya dengan cukup erat. "Siap!" Rhea memajukan dirinya untuk melihat Arka lebih dekat, pria yang kerap kali membuat jantungnya berdebar itu kembali membuatnya jatuh sedalam-dalamnya. Bagaimana tidak, semua keinginannya dikabulkan begitu saja. Rhea jadi takut kehilangan Arka. "Uncle gak boleh ninggalin aku ya!" Arka tertawa pelan, dia tidak punya rencana apapun sehingga sampai harus meninggalkan gadis itu untuk sementara ini. Namun, tidak tahu nanti. Mungkin saja keadaan membuat keduanya harus berpisah. Entahlah, Arka pun tidak ingin hal itu terjadi. "Aku gak akan kemana-mana, Princess!" ujarnya seraya mencubit pelan hidung mancung Rhea. Rhea membalas dengan tersenyum, sebelum kemudian kembali memperhatikan hujan yang turun dan ombak yang masih menerjang dengan riang di pantai. Rhea senang karena sudah sampai ke sini dan menikmati udaranya, meskipun tiba-tiba harus hujan. "Makasih ya Uncle, udah mau bawa aku ke sini." *** Rhea turun dari mobil ketika telah sampai di rumah, keduanya menempuh perjalanan yang cukup sulit lantaran hujan yang tak kunjung berhenti. Arka juga ikut turun, dia mengambil jasnya untuk menutupi Rhea dan mengantarkan gadis itu ke rumahnya yang dia sewa selama kuliah di sana, dan akan menginap di rumah Arka bersama Vivi saat akhir pekan. "Uncle di sini dulu aja, kan masih hujan. Capek juga kan, nyetir dari tadi." "Sepertinya aku langsung pulang aja," jawab Arka tidak ingin merepotkan Rhea. Lagipula rasanya aneh saja kalau lawan jenis berada dalam satu atap saat malam, sedang hujan pula. "Kamu juga nanti repot jadinya," lanjut Arka beralasan. "Enggak Uncle, udah ayo masuk! Gak mau tau, pokoknya masuk dulu!" paksa Rhea membuka pintu rumahnya dan menarik Arka masuk. Arka menghela napasnya berat, dia terpaksa harus menuruti permintaan Rhea dengan ikut masuk ke dalam dengan pakaian sedikit basah. "Kamu ini kena hujan nanti sakit loh!" "Enggak apa-apa sakit, nanti kan Uncle yang ngurusin aku!" ucap Rhea tertawa geli sambil berjalan masuk ke dalam rumah. Keduanya sedikit basah kuyup, terlebih Arka yang tadinya hendak berusaha menutupi kepala Rhea dengan jas kantornya. Tapi, air hujan yang deras benar-benar membuat keduanya tidak bisa mengelak. "Aku enggak bawa baju ganti, gimana ini?" tanya Arka kebingungan karena seluruh pakaiannya basah. Mau tidak mau dia harus menunggu kering dulu dan terpaksa harus merepotkan Rhea. "Ayo duduklah! Nanti aku siapkan pakaian ganti untuk Uncle." Rhea tersenyum, dia pergi meninggalkan Arka di ruang tamu dan kemudian Rhea masuk ke dalam kamar. "Uncle mau aku buatkan teh? Atau mau kopi?" tanyanya sebelum masuk ke dalam kamar. "Biar aku buat sendiri aja, kamu mau juga? Kalau mau biar aku buatkan juga," ujar Arka yang sudah hapal dimana dapur berada karena dia yang mencari rumah itu untuk Rhea tempati agar dekat dengan kampusnya. Rhea yang mengerti, langsung beranjak ke kamarnya, lalu mengambil salah satu kaos berwarna putih dan celana pendek berbahan jeans. Kemudian membawanya keluar. "Uncle mungkin bisa pakai ini." Rhea menaruhnya di meja dapur kemudian mendekati Arka yang sedang memasak air. "Gak usah enggak apa-apa, Rhe." "Ih, tapi gimana caranya Uncle ngeringin baju kalau gak ada baju ganti?" Benar juga, Arka tidak tahu jika Rhea peka terhadap apa yang tengah dia pikirkan. Maka Arka pun mengambil kaos bewarna putih itu dan celana pendek jeans kemudian beranjak ke kamar mandi untuk memakainya. Rhea memberikan kaos dan celana milik sang ayah yang tertinggal saat berkunjung tahun lalu. beruntung ada pakaian Edgar di sana, kalau tidak mungkin Arka akan pulang dengan celana basah. "Pas 'kan? Itu pakaian papa," ungkap Rhea. Tanpa Rhea kasih tahu, Arka sudah lebih tahu, siapa pagi pria yang masuk ke rumah ini selain dirinya dan Edgar. Arka tidak tahu apakah Edgar mau meminjamkan celana tidur untuk dirinya, tetapi karena memang dia saat ini sangat membutuhkannya. Maka pasti temannya itu mau mengizinkannya. Sambil menunggu Arka selesai membuat minuman, Rhea juga beranjak ke kamarnya untuk mandi. Dia tidak bisa kalau tidak mandi sebelum tidur, terlebih dia juga basah terkena hujan. Setelah selesai, Rhea pun keluar kamar dan melihat Arka yang sudah duduk di sofa ruang tamu dan menyiapkan dua gelas teh hangat. Dan pria itu sudah berganti pakaian. "Wah, udah disiapin ternyata," seru Rhea. "Iya, aku kan gak mau ngerepotin kamu, Rhe!" Arka memberikan secangkir teh tersebut kepada Rhea, lalu mengambil miliknya dan menyesapnya pelan. Rhea bisa merasakan hangatnya teh tersebut di tenggorokannya, terlebih dia juga bisa menikmatinya dengan Arka. "Makasih ya Uncle," ucapnya seraya mendekat dan mencium pipi Arka cepat. Arka hanya bisa memasang wajah terkejut setiap kali Rhea mencium pipinya, padahal hal tersebut sudah beberapa kali dia larang. Tapi, Rhea adalah seseorang yang keras kepala dan melakukan semua dengan seenaknya. Arka hanya takut, dia takut tidak bisa mengendalikan dirinya. "Kenapa kamu selalu nyium aku, Rhe? Kamu kan bukan anak kecil lagi yang kalau misalnya diturutin apa-apa langsung main cium." "Gak tau aku suka aja nyium Uncle, kan Uncle baik." Rhea menarik lengan Arka dan memeluknya pelan. "Kan aku sayang Uncle," ucap Rhea dalam hatinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN