8. Mencari Solusi

1014 Kata
Lega karena pada akhirnya aku dapat kembali ke rumah keluarga dengan selamat tanpa kurang satu apa pun juga. Mister Sam juga Bu Cindy yang langsung mengantarku pulang. Mengembalikan aku pada kedua orang tuaku. Pun demikian mereka berdua rupanya juga memiliki misi terselubung dengan merayu Bapak agar aku diijinkan kembali dengan mereka. Namun, sayang sekali karena kekecewaan yang pada akhirnya didapat oleh Bu Cindy juga Mister Sam. Pasalnya, Bapak tetap tak mengizinkanku kembali menjadi seorang tenaga kerja wanita di luar negeri. Melihat bagaimana kondisi kedua orang tuaku tak mungkin juga mereka berdua mantan majikanku akan memaksa. Mengalah dan dengan suka rela meninggalkanku di rumah. Dengan satu pesan jika aku membutuhkan batuan maka mereka berdua akan siap sedia membantu semampu yang dapat mereka lakukan. Membuatku selalu terharu akan kebaikan orang-orang di sekelilingku. Lalu mengenai hutang pada Pak Asep yang dulu mengantarkan aku nekat menjadi seorang tenaga kerja wanita. Dari hasil gaji yang aku dapat, hampir semua aku serahkan pada renternir kampung yang telah menjerat keluargaku dengan bunga yang mencekik leher sehingga kami tak sanggup melunasi. Aku sendiri tak tahu bagaimana perhitungannya sehingga mendebatnya pun tak ada guna. Bapak meminta padaku untuk mengalah dan menerima. Bunga yang jika aku hitung lagi setara dengan seperempat total hutang, masih harus aku bayarkan. Namun, aku tak lagi memiliki uang. Tabungan juga sudah habis tak bersisa. "Pak ... bagaimana lagi ini. Hutang kita tidak lunas-lunas juga. Pak Asep itu memang licik sekali." Aku mengeluh di suatu malam ketika sedang bersantai menonton televisi bersama bapak, ibu dan juga adik-adikku. "Bapak minta maaf, Sha. Selalu saja merepotkanmu." "Tidak ada yang Bapak repotkan. Ini sudah menjadi tanggung jawabku untuk berbakti pada bapak dan ibu." "Kamu memang anak yang baik, Sha." "Pak. Bagaimana jika aku kembali saja bekerja pada Mister Sam. Untuk menutupi semua kekurangan hutang kita pada Pak Asep." "Jangan, Sha. Sudah cukup kamu bekerja jauh di Negara tetangga. Bapak sangat mengkhawatirkanmu. Terlebih kamu ini perempuan. Lebih baik kamu mencari saja pekerjaan di dekat sini saja. Bekerja apa saja yang penting halal dan tidak jauh dari keluarga." "Jika aku bekerja di sini gajinya kecil, Pak." "Tidak masalah, Sha. Yang penting kamu masih berada dan bekerja di wilayah negara Indonesia. Sha ... Hari-hari bapak tidak pernah tenang karena selalu memikirkanmu. Meskipun kamu mengatakan jika pekerjaanmu tidak berat juga mendapat majikan yang baik, akan tetapi kamu bekerja di negara orang. Bukan negara sendiri. Apalagi jauh dari keluarga." Aku tak lagi mendebat bapak. Bagiku apa yang bapak minta itulah yang harus aku terima. Tak mau membantah karena biasanya apa yang orang tua katakan lebih banyak benarnya. "Baiklah, Pak. Aku akan mencoba mencari pekerjaan di sekitar sini." Bapak tersenyum mendengar jawabanku. Tampak sekali raut kelegaan di wajah beliau yang sudah mulai keriput dimakan usia. *** Tak terasa hampir dua bulan aku berada di rumah semenjak kepulanganku waktu itu. Banyak hal yang aku buat sebagai mantan tenaga kerja wanita di luar negeri. Aku juga tak mau hanya berdiam diri. Pekerjaan apa saja aku jalani asalkan mendapat gaji yang halal dan dapat aku gunakan untuk membantu menutupi biaya hidup keluargaku. Hingga suatu ketika Pak Asep kembali datang menagih hutang. Betapa kacaunya aku karena Pak Asep justru memberikan penawaran padaku juga bapak. Asalkan aku mau menjadi istrinya yang kelima maka semua hutangku dianggap lunas. Enak saja. Apa dia pikir aku akan menerimanya. Tidak sama sekali. Lebih baik aku sengsara mencari uang dengan hasil keringatku sendiri daripada harus diperistri dengan seorang renternir seperti Pak Asep. "Pak ... kita harus bagaimana sekarang. Pak Asep pasti akan terus datang ke rumah managih hutang kita. Juga mengincarku tentunya." Bukannya aku percaya diri sekali, hanya saja rasa takut itu pastilah ada. Berpikir sejenak. Jika aku masih berada di rumah ini dan terus terlihat oleh Pak Asep, bukan tidak mungkin pria tidak tahu diri itu akan semakin menekan keluargaku. "Entahlah, Sha. Bapak juga sedang berpikir sekarang. Bagaimana pun kamu adalah anak kesayangan bapak. Tidak akan pernah bapak menyerahkanmu pada Pak Asep." "Eum ... Pak. Ijinkan aku mencari pekerjaan di luar kota. Siapa tahu saja gajinya lebih besar dan aku mendapat rejeki di sana." "Di mana kamu akan bekerja." "Mungkin di Bali, karena di sana adalah kota wisata. Aku rasa akan banyak lowongan pekerjaan yang bisa aku dapatkan nantinya." Bapak berpikir sejenak. Jarak antara Jawa dan Bali tidaklah jauh-jauh sekali. Masih di dalam negara Indonesia dan aku juga masih bisa sering pulang untuk mengunjungi Bapak di sini. "Kenapa kamu harus bekerja di kota, Sha?" "Seperti yang tadi aku katakan, Pak. Bekerja di kota itu gajinya lebih besar dan juga aku ingin menjauh dari Pak Asep. Jika tahu aku masih ada di sini bukan tidak mungkin Pak Asep akan terus berusaha mendekatiku dan menekan kita agar aku mau jadi istrinya. Karena Pak Asep tahu jika kita tidak mungkin sanggup membayar hutang padanya." Aku jujur pada bapak mengenai pemikiran burukku mengenai Pak Asep. Bapak diam sejenak ikut berpikir dan beliau menghela napas panjang. Seolah mengerti dengan apa yang baru saja aku sampaikan. "Kau benar sekali, Sha. Bapak juga takut jika Pak Asep akan nekat dan memaksamu. Jika begitu ... baiklah. Bapak ijinkan kami bekerja di kota. Asalkan tidak jauh-jauh dan masih sering mengunjungi Bapak di rumah ini." Kupeluk lelaki yang sangat aku cintai ini. Bagaimana pun juga keluarga tetaplah yang aku utamakan. Berharap dalam hati agar usahaku mencari pekerjaan lancar. Dan lagi ... Aku pun pasti akan meminta bantuan pada Bu Cindy agar membantuku mencarikan lowongan pekerjaan. Aku masih sangat ingat akan apa yang Mister Sam katakan saat mengantarkan aku pulang waktu itu. Jika di Bali, Tuan Bumi memiliki banyak bisnis yang pasti juga memiliki karyawan tak sedikit jumlahnya. Jika hanya mempekerjakan aku saja pasti beliau bisa. Oleh sebab itulah kenapa aku memang harus meminta bantuan pada mantan majikanku agar dapat dihubungkan dengan Tuan Bumi. Aku ingin sekali bekerja pada beliau. Siapa tahu saja nasib baik dan keberuntunganku memang bekerja pada Tuan Bumi. Karena Bapak telah merestui, maka yang harus aku lakukan kini adalah menghubungi Bu Cindy bukan Mister Sam. Tentu saja akan merasa canggung dan tidak enak hati jika Mister Sam yang aku telepon. Biarlah aku meminta tolongnya pada Bu Cindy agar nanti beliau yang menyampaikannya pada Mister Sam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN