Cygnus merupakan salah satu jin yang memiliki kekuatan langka. Ia mengendalikan es dan segala hal yang berhubungan dengan kebekuan dan Cygnus termasuk dari tiga jin tempur legenda. Sebagian ada yang percaya dengan jeneradaannya, sebagian lagi tidak memercayainya. Menurut mereka Cygnus dan dua jin tempur lainnya yang sama-sama tidak bisa ditemukan, hanyalah mitos. Keberadaannya dicari setelah Andromeda memilih Fresya untyk bertarung bersama. Namun, hanya orang-orang terpilih yang bisa membangkitkannya. Dalam hal ini, lagi-lagi Fresya yang merupakan orang terpilih itu. Es tipis yang menjalari dinding kamar tidurnya semakin melebar. Tak hanya dinding, kini lantai yang meja pijak juga sudah mulai dilapisi es. Dingin semakin menusuk tulang, sementara tak ada jalan keluar, pintu kamar terkunci, tidak bisa dibuka oleh Tuan Callisto sekalipun. Mereka semua menggigil. Jubah yang mereka kenakan tidak bisa mengusir dingin. Carora yang berpakaian terbuka terpuruk dalam pelukan Astro.
"Apakah tidak bisa dihentikan?" tanya Thea dengan suara bergetar. Dia gemetar kedinginan, suhu semakin mendekati nol derajat.
Entah untuk siapa pertanyaan itu, yang pasti Callisto berinisiatif untuk menjawabnya. "Sepertinya tidak bisa, Thea. Hanya Fresya yang bisa menghentikannya."
"Astaga! Jika terus seperti ini, kita bisa mati kedinginan." Lucia tak dapat lagi berseru. Kaki dan lidahnya terasa beku.
"Antares, gunakan penghentian waktu!" perintah Callisto. Ia juga sudah menggigil. Kekuatan sihirnya mulai melemah, Cygnus tak hanya dapat membekukan kekuatan sihir, tetapi juga bisa menyerapnya.
"Tidak bisa!" Seolah tak terpengaruh, suara Antares datar seperti biasa. "Kekuatanku tak berfungsi."
"Fre, apakah kau ingin membunuh kami semua?" Thea berteriak.
Dari keempat gadis itu. hanya Thea yang masih dapat berdiri tegak. Sementara Anne sudah melekat erat dalam pelukan Dione, dia alergi dengan udara dingin, bintik-bintik kemerahan mulai muncul di sekitar hidungnya. Tita bersama Emilia, berlindung dari hawa dingin menggunakan jubahnya. Lucia yang memiliki kekuatan api juga berlindung dalam pelukan Zidane. Tubuh Zidane yang jauh lebih besar darinya membuatnya hangat meskipun tanpa jubah pria itu.
"Cobalah bicara dengan Cygnus, Antares. Minta dia untuk menghentikan es ini!" Suara Callisto bergetar. Ia sudah berusaha semampunya, mengeluarkan kekuatan sihir terkuat yang dimilikinya untuk menghalau dingin, tapi tetap saja tidak berhasil. Hawa dingin dari angsa itu semakin tak terkendali.
Antares tak menjawab. Ia memalukan apa yang disuruh Callisto, mencoba berbicara dengan Cygnus melalui mindlink.
Tuan Cygnus, aku Antares Hyperion. Aku dan Aquila bersahabat. Maukah Tuan mendengar permintaanku?
Sama seperti Cygnus dan Andromeda, Aquila juga merupakan satu dari tiga jin tempur legenda yang tidak bisa dibangkitkan oleh sbarang orang. Hanya orang yang dipilihnya saja yang bisa membangkitkan kejutannya, dan ia memilih Antares untuk bertempur bersamanya.
Tidak ada sahutan. Antares tahu Cygnus mendengarnya, hanya tak ingat menjawab saja. Entah apa yang ada dalam pikiran jin tempur itu, mungkin saja ia terkejut karena berhasil dibangkitkan, atau mungkin syok karena dirinya yang terakhir bangkit. Yang pertama dibangkitkan adalah Aquila. Ia yang membangkitkannya, tanpa sengaja, tapi sepertinya elang raksasa itu memang menginginkannya. Ia membangkitkan Aquila tanpa sepengetahuan siapa pun, ia juga tidak memberi tahu Ades, kakaknya yang waktu itu masih hidup. Ia ketahuan memiliki Aquila ketika mengeluarkan kekuatan angin jin tempur itu.
Yang kedua bangkit adalah Andromeda. Jin tempur memiliki kekuatan cahaya. Bulu-bulu Andromeda berwarna putih sampai ke ekornya yang panjang dan bercahaya. Bulu-bulu sayapnya juga berwarna serupa, sangat cantik dengan jambul di atas kepalanya.
Yang ketiga atau yang paling akhir bangkit adalah Cygnus, jin tempur dengan kekuatan sihir yang dapat membekukan. Sama seperti kedua jin lainnya, Cygnus juga memiliki bulu yang berwarna putih, hanya saja Aquila memiliki sedikit corak keemasan, Cygnus bercorak biru di sayapnya.
Tuan Cygnus, aku mohon. Jika kau tidak segera menahan kekuatanmu, maka kau akan membunuh para prajurit terbaik Ameris!
Ajaib! Bunga es dan lapisan es tipis mulai menghilang, bukan mencair lalu meninggalkan genangan, tetapi langsung menghilang, seolah tersedot oleh sesuatu. Tak hanya Callisto yang mengembuskan napas lega, semua yang berada di kamar tidur Fresya juga melakukannya. Udara perlahan kembali seperti semula, tidak terlalu hangat, tapi juga tidak membekukan seperti sebelumnya. Fresya roboh, jatuh ke pelukan Antares. Seandainya pria itu tidak berada di sisinya, tubuh mungil Fresya pasti sudah terjatuh dari tempat tidurnya ke lantai.
"Dia tidak apa-apa?" tanya Thea melihat sepupunya yang pingsan.
Antares menggeleng. "Kupikir dia hanya pingsan." Ia membaringkan Fresya, menyelimutinya sampai sebatas d**a. "Sepertinya mereka sama-sama terkejut, makanya Cygnus tidak dapat mengendalikan kekuatannya."
Callisto mengangguk mengiyakan. Ia juga berpikir seperti itu. "Biarkan Fresya beristirahat dulu, Cygnus masih perlu beradaptasi dengannya," katanya kemudian berbalik, dan keluar dari kamar itu.
Tindakan Callisto diikuti yang lainnya. Mereka juga keluar dari kamar tidur Fresya, membiarkannya beristirahat seperti yang dikatakan Tuan Callisto. Satu lagi, mereka tidak ingin kembali terkurung di kamar tidur Fresya. Siapa yang dapat menjamin Cygnus akan dapat mengendalikan kekuatannya secepat ini? Hanya Antares yang tetap tinggal di kamar Fresya. Callisto memerintahkannya untuk terus berkomunikasi dengan Cygnus selagi Fresya belum sadarkan diri.
Callisto menuju aula, tempat di mana mereka semua berkumpul untuk membahas semuanya. "Lucy, Tita, kalian berdua sudah siap? Kalian akan berangkat besok, pagi-pagi sekali."
"Maafkan aku, Tuan Callisto, tapi bagaimana mereka bisa berangkat pagi-pagi sementara kita tidak mengetahui kapan matahari akan terbit."
Protes itu berasal dari Thea, sehingga Callisto tidak lagi merasa heran. Ia hanya menarik napas, kemudian mengembuskannya dengan pelan melewati rongga hidung. "Kita semua sudah tahu hal itu ketika kau bangun dari tidurmu dengan tubuh terasa lebih segar, Thea," sahutnya sabar. Hanya satu kata itu yang bisa digunakan untuk menghadapi Thea. Sabar.
Tidak ada sahutan lagi, Thea hanya mengedikkan bahunya dan berdiri di samping Anne. Dibanding dengan Tita yang selalu memekik, dia lebih suka berdekatan dengan Anne yang lembut dan selalu keibuan. Telinganya sakit mendengar pekikan Tita yang seperti suara tikus terjepit.
"Tuan Callisto, apa tidak apa-apa Fresya hanya bersama Antares?" tanya Emilia khawatir. Antares memiliki dendam pada kelima gadis yang sudah menghabisi nyawa kakak satu-satunya, dan Fresya adalah gadis yang menancapkan pedangnya di jantung Ades.
Callisto menggeleng. "Tidak, Emilia, jangan khawatir," jawabnya. "Aku sudah mengenal Antares. Meskipun sangat ingin membalas dendam, dia tidak akan melukai Fresya dalam keadaan gawat seperti ini. Antares lebih mementingkan Ameris dari apa pun."
"Kuharap memang benar seperti itu." Emilia mengangguk.
"Lalu, bagaimana dengan Cygnus, Tuan?" tanya Zidane. "Apa Cygnus dapat bekerjasama dengan Andromeda di dalam tubuh Fresya?"
"Ini yang belum kupikirkan." Callisto menatap lurus ke depan, ke arah pintu aula yang terbuka lebar. Sengaja ia tidak menutupnya, agar dapat melihat keadaan di luar aula.
Lorong di depan aula memanjang ke depan, menghubungkannya ke tempat penampungan. Dari aula ia dapat merasakan –terkadang melihat– yang terjadi di tempat penampungan. Ia tidak akan membiarkan penduduk Ameris yang tidak berdosa menjadi korban. Mereka harus dilindungi.
"Aku akan menanyakannya pada Fresya bila dia sudah sadar nanti. Kuharap dia tidak merasakan apa-apa agar kedua jin tempurnya bisa beradaptasi dengan baik di tubuhnya."
"Ini sangat keren!" Lucia berseru dengan kedua tangan mengepal di depan d**a. "Tidakkah kalian menyadarinya, Teman-teman?" tanyanya dengan suara bergetar. "Sekarang Fre mempunyai dua jin tempur di dalam tubuhnya. "Hei, Phoibos, apa kau mengenal Cygnus?" Dia bertanya pada jin tempur di dalam tubuhnya, yang hanya dijawab jin itu dengan gumaman tak jelas. Lucia berdecak kesal karena menurutnya Phoibos tidak profesional. Dia bahkan menggodanya, mengatakan jika Phoibos hanya iri. Tentu saja kata-kata itu hanya di dalam hatinya saja.
Kelima gadis juga bisa berbicara melalui mindlink, tetapi hanya kepada jin tempur mereka yang bersemayam di dalam perisai mereka. Bahkan kepada sesama mereka pun mereka tidak bisa melakukannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa berkomunikasi melalui mindlink, contohnya seperti Antares dan Callisto. Kekuatan sihir mereka yang terhebat, bahkan Antares kekuatan Antares melebihi gurunya, sehingga mereka berdua bisa berkomunikasi melalui pikiran mereka.
"Memang keren." Thea mengangguk. "Yang jadi pertanyaanku sekarang adalah, apakah kamu juga bisa membangkitkan jin tempur baru seperti Fresya? Ataukah hanya Fre saja yang bisa melakukannya?"
Callisto kembali menarik napas. Untuk berbicara dengan Thea memang sangat dibutuhkan kesabaran ekstra. Menjelaskan dengan hati-hati dan terperinci, juga harus langsung pada inti masalah. Galathea Audrey bukan gadis yang suka berbelit-belit.
"Aku tidak tahu apakah ada jin tempur yang masih bisa dibangkitkan di Ameris." Callisto menggelengkan kepala. "Tiga jin legenda sudah dibangkitkan ketiganya, kupikir itu adalah jin tempur terakhir."
"Jadi, hanya Fresya yang bisa memiliki dua jin tempur?" tanya Lucia. Dia masih bersemangat seperti biasa.
Hanya anggukan kepala diberikan Callisto sebagai jawaban. Ia rasa gerakan kepalanya sudah cukup menjawab seluruh pertanyaan gadis-gadis itu, tapi ternyata tidak. Masih ada pertanyaan lagi dari Tita yang membutuhkan penjelasan, sedangkan dirinya tidak mengetahui jawabannya yang lebih tepat.
"Kenapa hanya Fre yang bisa memiliki dua jin tempur? Kenapa kami tidak? Apa karena Fre lebih kuat dari kami?"
Callisto menggeleng. "Bukan seperti itu, Tita. Setiap kalian memiliki kelebihan masing-masing." Ia menarik napas, menjilat bibirnya yang terasa kering. "Hanya saja, bukan aku yang menentukan siapa akan dibangkitkan siapa, tetapi jin tempur itu sendiri yang memilih kalian. Seperti Carme yang sudah memilihmu untuk bertempur bersamanya melindungi Ameris."
Tita mengerutkan keningnya. Sebenarnya dia masih belum puas dengan jawaban itu, akan tetapi sepertinya percuma meminta jawaban lebih karena kelihatannya Tuan Callisto juga tidak mengetahui jawaban yang diinginkannya. Lagipula, sekarang pikirannya terbagi. Antares masih berada di dalam kamar tidur Fresya, dan mereka hanya berdua. Bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak-tidak? Bukan balas dendam Antares yang dikhawatirkannya, melainkan hal lain. Bagaimana seandainya Antares memperkosa Fresya? Temannya masih belum sadarkan diri, keadaannya masih lemah, tentunya Fresya tidak akan dapat melawannya.
Tita menggeleng pelan beberapa kali, berusaha untuk tetap terlihat wajar. Dia sadar pikiran itu ada karena perasaan cemburunya. Dia menyukai Antares, dan sekarang pria itu sedang bersama Fresya yang masih pingsan, wajar jika dia cemburu, bukan?
***
Tidak ada yang dilakukan Antares selain berusaha mengajak Cygnus bicara dan menyalurkan kekuatannya pada gadis yang dicintainya. Meskipun jin tempur itu mengabaikan, ia terus mengajaknya bicara. Sesekali Aquila menanggapi, tapi tetap tak dapat membuat mulut Cygnus terbuka dan berhenti mengabaikannya.
"Apa karena Fresya masih pingsan sehingga dia tidak mau bicara?" Antares bertanya pada Aquila. Ia juga memiliki dua jin tempur, Sirius dan Aquila. Namun, ia tidak mengajak Sirius untuk ikut serta karena ia merasa Aquila yang lebih dekat dengan Cygnus. Bisa dikatakan mereka bertiga –Andromeda, Aquila, Cygnus– adalah saudara karena sama-sama menjadi legenda.
"Dia sadar, Antares. Hanya tidak ingin menanggapimu saja."
Suara Aquila menggema di telinga Antares. Tidak ada yang dapat mendengar obrolan mereka kecuali mereka sendiri, juga jin tempur lain di dalam perisainya. "Tidak apa-apa." Ia menarik napas panjang. "Mungkin Cygnus ingin berbicara dengan Fresya terlebih dahulu," katanya memaklumi.
Memang sangat bukan dirinya, ia melakukannya demi Fresya. Ia tak ingin terjadi sesuatu padanya saat dia belum sadar. Bagaimana jika seandainya Cygnus menolak untuk bekerjasama dengan Andromeda di dalam tubuh Fresya? Apa yang akan terjadi pada gadis yang dicintainya? Ia sudah pernah kehilangan Fresya, tak ingin kehilangannya untuk yang kedua kali. Ia berniat tidak akan melepaskannya lagi setelah mereka bertemu sekarang secara langsung.
Suara erangan lirih menyapa gendang telinga Antares. Cepat ia mengalihkan tatapan pada Fresya, mengusap puncak kepalanya dengan lembut. "Fre, kau tidak apa-apa?" tanyanya saat mata sebiru lautan itu terbuka.
"A ... Ares, apa yang terjadi?"
Pertanyaan dibalas pertanyaan. Bagus sekali. Seandainya bukan Fresya, ia tidak akan menjawabnya sebelum pertanyaannya mendapatkan jawaban. Namun, sebelum ia menjawab, Cygnus sudah lebih dulu bersuara, dan ia dapat mendengarnya.
"Apa kau siap menerima kekuatanku, Gadis dari dunia lain?"
Fresya mengernyit, dia bangun dengan cepat, mengabaikan rasa pusing yang langsung mendera. Bukan Andromeda yang bersuara, dia yakin karena Antares sepertinya juga dapat mendengarnya. Dari raut wajahnya yang menunjukkan ketertarikan.
"Andromeda, apa....?"
"Bukan aku!" Jin cahaya itu menjawab cepat. "Jawab saja pertanyaannya, Fre, agar aku bisa memukulnya karena sudah membuatmu pingsan."
Fresya menatap Antares dengan tatapan bertanya, "Benarkah itu?"
Antares tak menjawab, ia hanya menganggukkan kepala mengiakan.
"Namanya Fresya, Cygn, kau bisa memanggilnya Fre. bukan gadis dari dunia lain!"
Terdengar geraman dari Andromeda. Entah apa yang terjadi di dalam perisainya yang sepertinya sekarang dihuninoleh dua jin tempur.
"Namaku Cygnus. Kuharap kita bisa berteman.".
Fresya mengangguk sebagai jawaban. Dia yakin jin tempur Cygnus dapat melihat gerakan kepalanya. Sama seperti dulu saat dia menerima kekuatan Andromeda.
"Bersiaplah, Fresya. Aku akan mulai menyatukan kekuatanku ke dalam tubuhmu sekarang."
Fresya menarik napas, memejamkan mata dengan tangan menggenggam tangan Antares erat. Dia memang tudak merasakan apa-apa, hanya sedikit merasa tidak enak badan, dan sedikit pusing. Namun, beberapa menit itu tetap saja mengganggu baginya. Dadanya berdebar kencang, tubuhnya terasa dingin, seolah suhu ruangan kamarnya menurun dengan drastisnya. Hanya beberapa saat, kemudian semua kembali seperti semula. Fresya membuka mata, memeluk Antares yang sudah duduk di depannya, di sisi tempat tidurnya yang kosong.