Mahkota mendiang Putri Emery adalah salah satu benda yang memiliki kekuatan besar. Mahkota akan beradaptasi dan meningkatkan kekuatan pemiliknya. Itu kalau mahkota berada di tangan yang tepat. Entah apa yang akan terjadi kalau mahkota dipakai oleh orang yang memiliki niat jahat. Tidak ada yang tahu karena selama ini mahkota tidak pernah jatuh ke tangan yang salah. Oleh sebab itu Callisto meminta Zidane untuk segera menyelidikinya. Hal sepenting ini tak boleh dibiarkan begitu saja. Mereka harus menangkap si penyusup, atau setidaknya mengantongi identitas penyusup itu.
"Secepatnya kita harus mengetahui siapa penyusup itu. Zidane, kau pergilah ke tempat penyimpanan mahkota bersama Carora dan Astro!" Callisto menatap ketiga orang yang disebut namanya bergantian. "Kalian bertiga, selidiki siapa yang sudah menyusup dan melukai Freysia. Kita tidak bisa membiarkan penyusup itu terus berkeliaran di luar sana."
"Berdoalah semoga dia meninggalkan jejak." Entah kata-kata itu ditujukan Antares pada siapa, yang pasti semua yang berada di ruangan itu menatapnya. "Perempuan itu nyaris tak terdeteksi. Buktinya kita tidak mengetahui kehadirannya. Kurasa di memiliki kekuatan sihir yang tak bisa dipandang sebelah mata. Dia dapat mengirimkan bayangannya dan memasuki ruangan penyimpanan mahkota, bukan dirinya yang sebenarnya. Hanya seorang yang memiliki kekuatan di atas rata-rata yang bisa melakukan itu."
Tuan Callisto mengangguk. Ia memiliki pemikiran yang sama dengan Antares. Tidak ada seorang pun yang memiliki kekuatan sihir biasa memasuki ruangan itu. Ruangan penyimpanan mahkota merupakan ruangan yang tidak bisa dijangkau oleh kekuatan sihir, dan perempuan itu bisa memasukinya. Ia mengakui kemampuan penyusup yang kata Antares seorang perempuan itu.
"Kalian berhati-hatilah!" pinta Tuan Callisto. "Ruangan itu tidak terdeteksi, jiga dapat menyerap kekuatan sihir kalian. Jangan terlalu dekat dengan mahkota!"
Zidane mengangguk. Sementara Carora tidak bersuara. Begitu pun dengan Astro, pemuda itu hanya diam menyimak. Setiap orang yang tinggal di kastil Amethys sudah tahu tentang semua itu. Di ruangan tempat penyimpanan mahkota semua kekuatan sihir terserap, hanya beberapa orang saja yang tidak. Beberapa orang terpilih. Tidak ada yang tahu siapa saja orang-orang itu, tetapi kalau didengar dari pengakuan tak terucap Antares yang sudah bertarung melawan bayangan itu dapat disimpulkan kalau pria dingin merupakan bagian dari orang-orang yang terpilih itu.
"Kami pergi sekarang, Tuan!" Zidane mengangguk, diikuti Carora dan Astro. Ketiganya meninggalkan aula beriringan.
"Apa kami boleh ikut mereka?" tanya Thea sambil menatap punggung Astri yang semakin menjauh. "Mungkin kami bisa membantu."
"Coba saja kalau kau ingin hancur."
Bukan Tuan Callisto yang menjawab, melainkan Antares. Thea mendelik tajam, dia tidak suka mendengar perkataan pria itu. Antares seolah meremehkan kekuatan mereka. Sepertinya pria itu lupa kalau dia dan keempat gadis lainnya yang sudah menghabisi nyawa Ades, kakaknya.
"Tidak bisa, Thea."
Jawaban Tuan Callisto justru membuat Thea makin kesal. Apakah Tuan Callisto juga tidak memercayai mereka? Padahal Tuan Callisto sendiri yang mengatakan kalau mereka berlima memiliki kekuatan terpendam yang maha dahsyat. Lalu, kenapa sekarang pria tua itu melarang mereka untuk ikut ke sana? Mereka pasti bisa membantu. Semakin banyak orang yang mencari, semakin cepat mereka menemukan.
"Kenapa tidak?" tanya Thea memprotes dengan sepasang alis yang berkerut. Sungguh, ini sangat menjengkelkan.
"Tidak sembarang orang bisa memasuki ruangan itu, dan tidak semua orang bisa mengeluarkan kekuatan sihir mereka di sana." Tuan Callisto mengembuskan napas melalui mulut sebelum melanjutkan. Untuk memberitahu Thea diperlukan kata-kata yang tidak menyinggungnya. Thea sedikit lebih sensitif dan emosian dibanding yang lain. Oleh karena itu, ia memerlukan kata-kata yang lebih halus. "Apa yang dikatakan Antares itu benar. Kalau tidak hati-hati, kalian bisa hancur."
"Tapi Fre baik-baik saja, bukan? Dia hanya terluka karena penyusup yang menyerangnya, bukan karena mahkota." Thea mengemukakan argumennya. "Dan dia tidak hancur!"
Thea melirik Antares saat mengucapkan kalimat terakhirnya. Dia masih saja kesal dengan Antares. Seandainya saja bisa, pasti akan diserangnya pria itu. Dia tak suka diremehkan. Antares bukan satu-satunya yang memiliki kekuatan sihir tertinggi di planet ini, mereka berlima juga memilikinya. Bahkan lebih hebat dari milik Antares. Sayangnya saat ini baik dirinya maupun keempat temannya yang lain masih belum bisa mengendalikan kekuatan mereka itu. Seandainya saja bisa, pasti tidak ada yang dapat mengalahkan mereka.
"Itu karena Freysia berbeda dari kalian. Dia adalah salah satu yang terpilih," jawab Antares tersenyum mengejek.
"Eh? Salah satu yang terpilih?" Lucia mengulang perkataan Antares. "Apa maksudnya?" tanyanya bingung. "Apakah Freysia ...?"
"Tidak, Lucy. Freysia baik-baik saja," jawab Tuan Callisto memotong pertanyaan Lucia. "Mengenai yang terpilih itu, memang ada beberapa orang yang bisa mendekati mahkota dan menggunakan kekuatan mereka tanpa diserap oleh mahkota. Hanya ada beberapa orang yang bisa seperti itu, dan sepertinya Fre merupakan salah satu dari orang-orang itu."
"Benarkah?" tanya Anne. "Lalu, bagaimana dengan kami? Apakah kami juga bisa menggunakan kekuatan kami saat berada di ruangan penyimpanan mahkota?"
Tuan Callisto menggeleng. "Aku tidak bisa menjawabnya, Anne, karena aku tidak tahu. Tidak ada yang mengetahui apa dan bagaimana kriteria orang-orang terpilih. Mahkota itu memilih sendiri orang yang dikehendakinya. Bentuknya juga mengikuti kepribadian si pemakai."
"Apakah itu artinya Fre adalah orang yang ditunjuk oleh mahkota untuk menggantikan Putri Emery?" tanya Anne lagi.
"Jangan bercanda!" seru Antares dengan nada yang naik beberapa oktaf, yang membuat mereka semua terdiam. "Jangan sampai itu terjadi!"
Tentu saja Tuan Callisto mengira kalau Antares tak ingin Freysia yang menjadi pengganti Putri Emery adalah karena dirinya yang masih mendendam kepada Freysia dan keempat gadis lainnya. Tuan Callisto tidak tahu kalau apa yang dikatakannya sebagai bentuk protes dan ketidaksetujuan atas apa yang dikatakan oleh gadis berambut cokelat itu. Ia tidak menginginkan Freysia menjadi pengganti Putri Emery karena dengan begitu Freysia akan selamanya terkurung dalam kesendirian. Setiap pilar utama planet tidak diperbolehkan memiliki hubungan khusus dengan pria. Mereka harus berkonsentrasi dalam menjaga kesejahteraan dan keseimbangan planet.
Memang terdengar sangat tudak adil, tapi itulah yang terjadi. Hal itu sudah menjadi tradisi turun-temurun di planet mereka. Setiap perempuan yang menjadi pilar Ameris tidak boleh terlibat asmara. Seingat Antares, Thea juga pernah memprotes dan mengatakan kalau itu sangat tidak adil. Apa yang dikatakan Thea itu memang benar, semua itu memang sangat tidak adil untuk para perempuan yang terpilih menjadi penyangga utama. Namun, bukankah untuk mendapat sesuatu yang baik selalu diperlukan pengorbanan? Walaupun ia tidak mendukung, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa juga. Tidak ada seorang pun yang bisa mengubah tradisi.
Antares memprotes bukan karena ia tidak terima. Ia memang tidak terima dengan apa yang dikatakan gadis berkacamata itu, akan tetapi dengan alasan yang berbeda. Ia dan Freysia saling mencintai, jangan sampai perasaan mereka hancur hanya karena hal bodoh itu.
"Aku juga tidak terima!" Thea menambahkan. "Fre adalah sepupuku, dia bukan penduduk planet ini. Akan sangat tidak adil untuknya terkurung sendirian di sini!"
Wajar kalau dia memprotes, bukan? Semua yang dikatakannya adalah sebuah kenyataan. Freysia tidak berasal dari Ameris,mereka berasal dari bumi. Sangat tidak pantas untuk Freysia kalau sampai sepupunya itu yang menjadi penyangga. Dia bukannya iri, justru merasa kasihan. Freysia masih muda, lebih muda beberapa bulan darinya, bahkan di antara mereka berlima Freysia yang paling muda. Menjadi pilar Ameris tidak boleh memiliki hubungan asmara, harus mengunci hati. Adilkah kalau Freysia harus seperti itu?
Anne menatap Antares dan Thea yang juga menatapnya dengan sengit. Dia bingung dan ketakutan. Bagaimana kalau Antares menyerangnya? Mungkin kalau Thea yang menyerang, dia masih bisa melawan dan bertahan. Kalau Antares, dia tidak akan dapat berkutik. Kekuatan dasar dari sihirnya adalah pertahanan, sementara Thea dan Antares penyerang. Dia pasti akan kalah melawan mereka.
Tuan Callisto mengembuskan napas. "Anne hanya bertanya, Antares," ucapnya menenangkan keadaan yang sedikit memanas.
Akhir-akhir ini, di kastil Amethys memang selalu seperti ini. Perdebatan acapkali terjadi, bahkan tak jarang nyaris beradu kekuatan. Antares yang dingin dan tidak peduli pada sekitar membuat keadaaan menjadi runyam. Semua yang dikatakannya merupakan pendapatnya sendiri, Antares tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang lain. Baginya,apa yang dikatakannya itulah yang benar.
"Thea, pilar Ameris adalah seorang perempuan penduduk Ameris, bukan dari planet apalagi dunia yang berbeda dengan kami." Tuan Callisto menatap Thea, memberikan penjelasan singkat yang diharapkannya dapat dimengerti gadis yang memiliki emosi sedikit lebih tinggi dibandingkan keempat gadis lainnya.
Thea mengangkat sebelah alisnya mendengar jawaban itu. Napas lega terembus dari mulutnya.
"Syukurlah kalau begitu, jadi aku tidak khawatir lagi," sahut Thea dengan suara yang masih terdengar kesal. Dia menoleh pada Antares yang berdiri beberapa meter di sampingnya. "Aku ingin melihat keadaan sepupuku, dan akan memindahkan Fre ke kamarnya...."
"Memangnya kau bisa?" tanya Antares dingin. "Bagaimana kau akan melakukannya?"
"Kau pikir kekuatan perlindungan Anne tidak bisa memindahkan Fre?" Thea balas bertanya. Dia tudak pernah takut pada siapa pun, apalagi pada Antares. Kalau mereka berlima bisa mengalahkan Ades, pasti Antares juga bisa mereka kalahkan.
"Coba saja!"
Tuan Callisto menarik napas mendengar perdebatan itu. Thea dan Antares sama-sama keras kepala. Kalau ini tidak dihentikan sekarang juga, ia khawatir masalahnya akan menjadi besar. Meskipun kekuatan sihir Thea termasuk salah satu yang terkuat, tapi tetap tidak dapat menandingi Antares. Kekuatan sihir Antares yang tertinggi dan terkuat di Ameris. Mengalahkan Thea bukanlah perkara sulit untuknya.
"Aku yang akan memindahkan Fre," ucap Tuan Callisto menengahi. "Akan sulit bagi yang lain ingin melihat keadaannya kalau dia tetap di kamarmu, Antares."
Antares tidak menjawab. Ia berbalik, melangkah menuju pintu. Ada sesuatu yang harus dilakukannya. Sesuatu yang lebih penting daripada sekedar meladeni gadis kecil keras kepala.
"Ares, kau mau ke mana?"
Antares mengabaikan pertanyaan Tuan Callisto yang bergema dalam kepalanya. Ia tetap melangkah dan menghilang dalam satu kerjapan mata.
"Dia bisa seperti itu?" tanya Lucia heboh. "Itu sangat keren!" pekiknya.
Thea mendengkus kasar. Kekesalannya semakin menjadi melihatnya. Menurutnya, Antares hanya ingin pamer kalau ia memiliki kekuatan sihir untuk menghilangkan diri. Pria itu hanya ingin menunjukkan pada semua kalau ia memiliki kekuatan hebat itu. Sangat menyebalkan!
"Iya, Lucy," jawab Emelia tersenyum. Dia memaklumi kekaguman gadis berambut merah itu. Jujur saja, dia juga kagum pada kekuatan Antares. Entah bagaimana caranya pria itu busa melampaui semuanya, bahkan guru nya sendiri. Kekuatan sihir Antares juga melampaui Sang Penyangga Utama. Kekuatan Putri Emery hanya separuh kekutan Antares. Mengagumkan, bukan?
"Tuan Callisto, apa kau juga bisa seperti itu?" tanya Lucia penuh ingin tahu. "Maksudku, juga bisa menghilang seperti itu."
"Jangan konyol, Luce!" tegur Thea. "Tentu saja Tuan Callisto bisa, ia guru sihir kura semua. Benar, 'kan, Tuan Callisto?" tanyanya menatap pria berambut perak itu.
Tuan Callisto mengangguk. "Iya," jawabnya tersenyum.
"Benar, 'kan, apa yang kukatakan?" Thea tersenyum lebar menatap Lucia. Jawaban Tuan Callisto menegaskan kalau Antares tidak terlalu hebat. Kalau bersatu seperti dulu, mereka berlima pasti dapat mengalahkannya.
"Tapi, perlu kalian ingat. Kurasa aku sudah mengatakan sebelumnya, kekuatan sihir Antares yang tertinggi di Ameris."
Alis pirang Thea berkerut mendengarnya. Dia ingin bertanya, tetapi diurungkan karena Tuan Callisto melanjutkan perkataannya.
"Selain itu juga yang terkuat. Kuharap kau paham maksudku, Thea." Tuan Callisto menatap gadis itu yang menatapnya dengan tatapan tak suka. "Aku tidak meminta kalian untuk mengalah padanya, hanya jangan membuatnya marah. Itu saja. Antares dapat menghancurkan seluruh planet hanya dengan menjentikkan jarinya."
"Benarkah?" Kali ini Tita yang bertanya. Gadis berambut cokelat kemerahan itu semakin kagum pada Antares. Kalau benar apa yang dikatakan Tuan Callisto, berarti Antares memang sangat hebat. Dia tidak salah mencintai.
Tuan Callisto mengangguk. "Makanya aku harap kalian berhati-hati. Seperti yang dikatakan Freysia, kalian harus waspada. Antares tidak bisa ditebak. Kalian harus bersyukur karena sampai sekarang ia tidak berniat menyerang kalian."
"Aku tidak takut!" sahut Thea nyaring. "Aku yakin,kami pasti bisa mengatasinya. Kalau kami menyatukan kekuatan seperti dulu, kami bisa mengalahkannya seperti kami mengalahkan Ades."
"Kekuatan Ades jauh di bawah Antares, Thea," ucap Emelia tersenyum. Dia sudah memahami watak gadis berambut pirang itu. Thea sangat keras kepala. "Tentu saja kalian bisa mengalahkannya. Kekuatan sihir Ades sama seperti Anne, lebih dominan pada kekuatan sihir pelindung. Oleh karena itu, Ades bertugas melindungi Putri Emery. Sedangkan adalah petarung. Mendiang Putri Emery mengangkatnya menjadi panglima tertinggi Ameris karena kekuatannya yang sangat besar itu."
"Apa maksudmu, Emelia?" tanya Lucia.
"Aku tidak bermaksud apa-apa," jawabnya. Senyum masih menghiasi bibirnya. "Aku tidak menakuti kalian. Aku hanya ingin kalian berhati-hati dan tidak memandang remeh pada Antares. Sebab kalau ia menginginkan, kalian bisa tewas sekarang juga."
Anne menggeleng. "Apakah aku mampu melindungi kami semua dengan kekuatan perlindunganku?" tanyanya khawatir.
"Kalau kujawab tidak, apa yang akan kau lakukan?" Emilia balas bertanya.
Anne kembali menggeleng. Apakah ini artinya mereka akan berakhir di planet ini? Di tangan adik dari pria yang sudah mereka habisi karena kesalahpahaman? Jangan sampai itu terjadi. Dia tidak akan rela kalau sampai sesuatu terjadi pada teman-temannya. Kalaupun ada yang akan tewas atau terluka, lebih baik dia saja.