9. Mimpi

1333 Kata
Gasendra pergi ke kantin untuk membayar tagihan makan Momochi. "Apa kalian tahu ke mana Momochi pergi?"tanyanya pada petugas kantin. "Maaf. Saya tidak tahu." "Tidak apa-apa. Mungkin dia di sekitar sini." Gasendra berkeliling perusahaan untuk mencari Momochi. Orang-orang yang berpapasan dengannya memberi salam kepadanya. Ia terus mencari dan memeriksa setiap ruangan. Jam istirahat siang sudah hampir berakhir, tapi Momochi masih belum ditemukan. Gasendra sudah mulai cemas kalau Momochi ada yang menculiknya. "Seharusnya aku tidak membiarkannya pergi,"gumamnya. Hanya ada satu cara untuk mengetahui Momochi berada. Gasendra pergi ke ruang keamanan. "Selamat siang, Pak Gasendra! Ada yang bisa kami bantu?" "Aku ingin kalian memperlihatkan rekaman sekitar dua jam yang lalu. Aku kehilangan Momochi." Para petugas keamanan di sana menatapnya heran sekaligus bingung. "Momochi adalah seekor angsa bebek." Mereka mengangguk mengerti. Salah seorang petugas keamanan memperlihatkan rekaman kamera sekitar dua jam yang lalu. Gasendra melihat Momochi keluar dari pintu lift. Angsa itu berjalan-jalan di lobi dan kehadiran Momochi menarik perhatian mereka. Gasendra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Momochi ketika angsa itu menjadi foto model dan beberapa wanita cantik memeluknya. Momochi masuk kantin dan makan banyak di sana. Pantasan tagihan yang diberikan kepadanya cukup besar. "Momochi,"gumamnya gemas. Selama beberapa menit Momochi berjalan-jalan dan ada seorang pria yang mengambil Momochi. Gasendra sepertinya mengenali pria itu, karena posisinya membelakangi kamera, jadi hanya terlihat punggungnya. Ketika pria itu membalikkan badan, Gasendra terkejut. "Ayah?" Gasendra memerintahkan kepada petugas keamanan untuk menghentikannya. "Aku sudah menemukan Momochi. Terima kasih." Gasendra pergi dari ruangan keamanan dan segera menuju kantor ayahnya yang berada di lantai paling atas. Di sana ia melihat pemandangan yang tidak diharapkannya. Gasendra melihat ayahnya dan Momochi sedang main catur. Keduanya begitu serius memandangi bidak catur. "Ah kamu datang juga,"kata ayahnya pada Gasendra tanpa mengalihkan perhatiannya dari permainan catur. "Aku mencari Momochi." "Momochi sedang menemani Ayah main catur." "Ayah telah menculiknya." "Ayah tidak menculiknya. Ayah menemukan Momochi sedang berjalan sedirian, jadi Ayah bawa saja ke sini untuk dijadikan lawan main catur." Gasendra mendekati ayahnya dan Momochi. "Momochi, tadi kamu makan banyak di kantin kan? Apa kamu sudah lupa apa yang dikatakan dokter tadi?" "Tidak. Aku hanya tidak bisa diet,"katanya sambil memikirkan jalan terbaik untuk bidak caturnya. "Ini demi kebaikanmu." "Jangan banyak bicara lagi, aku jadi tidak bisa berkonsentrasi." Beberapa detik kemudian, Momochi mengeserkan bidak caturnya dengan cara didorong oleh paruhnya. Angsa itu merasa senang karena bisa mengambil bidak catur lawannya dan mengambilnya dengan cara digigit. "Wah kamu hebat bermain catur,"ujar Gasendra tidak percaya. "Tentu saja. Aku hebat kan,"katanya dengan bangga. "Momochi adalah lawan yang tangguh,"puji Matthew. Matthew kembali menggerakkan bidaknya. Momochi kembali berpikir dengan penun konsentrasi. "Apa yang dikatakan oleh dokter? Momochi baik-baik saja kan?" "Momochi baik-baik saja, tapi dia harus diet, karena tubuhnya gemuk. ith yidak bagus untuk kesehatannya." "Ayah lebih suka Momochi gemuk biarkan Momochi makan yang banyak." "Ayah ini bagaimana bukannya mendukungku, tapi Momochi." Momochi kembali menggerakan bidak caturnya. "Itu karena Ayahmu sudah terpesona padaku yang tampan ini jadi mendukungmu." Gasendra berdiri. "Kamu mau masih tetap di sini atau ikut denganku?" "Aku akan menyusulmu nanti setelah permainan ini selesai,"kata Momochi. Gasendra menghela napas, lalu pergi. Pintu tertutup di belakangnya. Ia sudah berada di kantornya lagi. "Apa Anda tidak menemukan Momochi?"tanya Desy. "Momochi sedang bersama Ayahku bermain catur." "Hah?" "Sepertinya dia lebih suka bersama dengan Ayahku." "Apa Anda cemburu?" "Hah? Cemburu? Sama sekali tidak." "Lalu kenapa wajah Anda sedih?" "Aku tidak sedih." Desy tersenyum. "Baiklah. Makan siang Anda telah siap di dalam seperti perintah Anda." Gasendra mengangguk. "Terima kasih." Ia masuk ke dalam dan makan. Setengah jam kemudian, Momochi datang. "Aku sudah kembali." "Sudah puas mainnya?"tanya Gasendra dengan ketus. Momochi berjalan mendekat. "Tadi luar biasa. Orang-orang di sini sangat baik dan ramah padaku." "Mereka mengajakmu berfoto lagi bukan?" "Dari mana Cecep Gasendra tahu?" "Aku selalu tahu apa yang sudah kamu lakukan. Aku memiliki banyak mata-mata,"kata Gasendra dengan sombong. "Termasuk melihatmu banyak makan tadi." "Tadi aku sangat lapar. Aku tidak ingin diet, tapi aku akan rajin berolah raga setiap pagi dan malam hari. Aku janji." "Baiklah, kita lihat. Apa kamu akan melaksanakan janjimu itu?" "Aku tidak akan melanggar janji." "Aku akan memegang janjimu, Momochi." Momochi berjalan menuju sofa dan duduk di sana. Angsa itu tertidur. Gasendra yang tidak mendengar suara Momochi, berdiri dan berjalan pelan-pelan menuju sofa. Gasendra menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nyam...nyam...nyam." Momochi tidur dengan sangat nyenyak. Angsa itu bermimpi berada disebuah rumah kayu yang tidak begitu besar yang berada di hutan yang dipenuhi oleh banyak makanan. Harum makanan menusuk hidungnya. Perutnya kembali lapar. Meja panjang di rumah itu dipenuhi oleh berbagai macam kue dan meja lainnya dipenuhi oleh berbagai macam makanan. Mata Momochi berbinar-binar senang. Tempat ini seperti surga baginya. Ia mulai mengambil cupcake dan memakannya dan rasanya sangat enak sekali. "Apa kamu suka dengan kue itu?" Momochi langsung berbalik dan terkejut melihat seorang wanita tua. Angsa itu menjatuhkan cupcake-nya dan ia ketakutan. "Jangan takut kepadaku! Aku tidak akan menyakitimu." Momochi yang ingin terlihat sebagai angsa jantan yang wibawa berusaha menenangkan dirinya dan memberanikan menatap wanita tua aneh itu. "Aku tidak takut padamu." "Itu bagus. Ayo duduk bersamaku di sini!" "Kamu bisa mengerti apa yang kukatakan? Ini luar biasa." "Tentu saja aku mengerti." "Boleh aku mengambil kuenya lagi?" "Kamu boleh mengambilnya sesuka yang kamu inginkan." Momochi terbang ke atas meja dan mengambil cupcake, lalu duduk di samping wanita tua itu. "Kamu baik sekali." "Apa yang paling kamu inginkan?" Momochi menoleh pada wanita itu. "Aku ingin...." wanita tua itu menatapnya tajam seolah mencoba membaca pikiran Momochi. "Aku tahu apa yang paling kamu inginkan." "Apa?" wanita tua itu tersenyum. "Kamu tahu apa yang paling kamu inginkan." Samar-samar terdengar suara Gasendra memanggil Momochi. "Momochi...Momochi...Momochi bangun!" "Kamu harus segera kembali. Ayah manusiamu memanggilmu." "Biarkan saja! Aku akan memakan kue ini dulu." Baru saja Momochi akan memakannya, ia sudah kembali berada di kantor Gasendra. "Akhirnya kamu bangun juga." "Cecep Gasendra sudah mengganggu mimpiku saja,"katanya dengan wajah cemberut. "Memangnya tadi kamu mimpi apa?" "Aku baru saja mau makan cupcake yang sangat lezat." "Bahkan makanan pun sampai terbawa mimpi olehmu." "Ada apa membangunkanku?" "Sudah waktunya kita pulang." "Pulang? Apa hari sudah sore?" "Iya. Kamu pikir ini jam berapa?" "Masih siang." Momochi melihat ke arah luar dan hari memang sudah sore. Ia merasa tadi hanya tidur sebentar. Momochi turun dari sofa dan merenggangkan tubuhnya. "Ayo kita pulang!" Mereka keluar bersama-sama dan bertemu dengan Desy di luar. "Kami pulang dulu." "Baik Pak!" Di dalam lift, Gasendra bertanya pada Momochi, "Tadi kamu mimpi apa? Aku mendengarmu mengigau?" "Aku mengigau apa?" "Kamu bilang siapa kamu. Kue ini enak sekali." "Cecep Gasendra mau tahu saja urusanku." "Aku bertanya karena aku mencemaskanmu." Gasendra menjadi kesal dengan tingkah Momochi. "Lain kali aku tidak akan bertanya lagi padamu. Aku tidak peduli." "Cecep Gasendra jangan marah." Gasendra memalingkan wajahnya. "Aku tidak bermaksud menyembunyikan apa pun darimu. Sungguh." Pintu lift terbuka. Mereka keluar dan kembali terdengar bisik-bisik. Momochi berjalan di belakang Gasendra berusaha menyusulnya yang berjalan dengan sangat cepat. "Cecep Gasendra tunggu!" Gasendra berdiri di luar lobi menunggu mobilnya datang. Momochi berdiri di sampingnya. Angsa itu mendongakkan kepalanya menatap Gasendra. Momochi menghela napas panjang. "Baiklah. Aku akan menceritakan mimpiku." Mobil telah datang. Gasendra dan Momochi masuk ke dalam mobil dan Gasendra melajukan mobilnya. Di dalam mobil, Momochi menceritakan mimpinya. Tiba-tiba Gasendra memberhentikan mobilnya karena terkejut. Ada apa kenapa tiba-tiba berhenti?" "Ada kucing hitam lewat hampir saja tertabrak." Gasendra melihat seekor kucing hitam lewat dan kucing itu menatapnya membuat tubuh pria itu merinding. Ia kembali melajukan mobilnya. Untung saja ini bukan jalan raya besar yang ramai, jika tidak akan terjadi kecelakaan. "Apa kamu tahu nama wanita tua dalam mimpimu itu?" "Aku tidak tahu. Aku tidak menanyakan namanya." "Mimpimu memang aneh. Jadi apa yang paling kamu inginkan?" "Aku ingin jadi...." "Hentikan! pasti kamu akan menjawab ingin parfum, baju, dan makanan. Iya kan?" "Beberapa diantaranya itu, tapi itu bukan paling yang aku inginkan." "Lalu apa?" "Aku ingin menjadi manusia." Gasendra terkejut dan memberhentikan mobilnya lagi. "APAAAA?!"teriaknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN