8. Klinik Hewan

1725 Kata
Gasendra menurunkan Momochi dan angsa itu tidak kabur seperti perkiraannya. Ia terbang naik ke atas kursi dan menunggu Gasendra untuk mendaftar. Setelah selesai mendaftar, pria itu duduk di samping Momochi. Suasana di klinik itu cukup ramai meskipun masih pagi. Banyak orang yang membawa hewan peliharaan menunggu untuk dipanggil. Diantara mereka semua, Gasendra dan Momochi yang terlihat lebih mencolok, karena jarang ada yang melihara angsa sebagai peliharaan. Apa lagi melihat tingkah Momochi yang terlihat aneh. Momochi memandangi orang-orang dan hewan peliharaan yang ada di dalam klinik satu persatu. Angsa itu melihat seekor anjiing puddle berwarna coklat dan anjing itu juga menatap Momochi tanpa berkedip. "Cecep Gasendra, sepertinya anjiing itu terpesona dan jatuh cinta kepadaku,"bisiknya. "Kamu jangan bicara ngawur. Mana ada anjiing jatuh cinta pada seekor angsa sepertimu." "Itu bisa saja. Itu namanya jatuh cinta antar spesies berbeda dan Cecep Gasendra sudah meremehkan ketampananku yang sudah melegenda ini. Semua hewan akan merasa terpesona padaku termasuk anjiing itu. Tidak akan ada yang bisa menolak pesonaku." "Percaya dirimu sangat tinggi sekali." Anjiing itu mengonggong ke arah Momochi. "Sepertinya anjiing itu ingin kenalan denganmu,"kata Gasendra. "Sepertinya begitu." "Apa kamu mengerti apa yang dikatakan anjiIng itu?" "Aku tidak mengerti. Aku tidak bisa bahasa anjiing." "Sayang sekali." Tak jauh dari anjing, ada seekor kucing di dalam kandang yang sedang memperhatikan Momochi. Selama sejenak kucing itu menatap Momochi dengan ketertarikan luar biasa. Kucing jantan berbulu abu-abu itu mulai menggeram ke arah Momochi. Angsa itu menelan ludahnya. "Cecep Gasendra,"panggilnya. "Ada apa? Kamu jangan banyak bicara lagi Momochi. Orang-orang sudah mulai lebih memperhatikanku, karena aku bicara dengan seekor angsa." "Sebaiknya kita menjauh dari sini." Gasendra menyadari tubuh Momochi kaku dan tegang lagi. Muncul keringat dingin bercucuran di kepala Momochi. "Kenapa?" "Ada kucing." "Kamu takut kucing?"tanya Gasendra tidak percaya. "Iya." Momochi menelan ludahnya dengan susah payah. Ia masih trauma dengan masa kecilnya. Sewaktu ia masih berusia dua bulan ada seekor kucing yang mengigit pantattnya ketika ia sedang maksn di tepi kolam. Rasa sakitnya sampai berhari-hari dan tanpa sadar, Momochi mengusap-usap pantattnya. Gasendra menahan tawa. Ia tidak mengira kalau Momochi takut kucing. "Kucing itu tidak terlihat menyeramkan." "Bagiku menyeramkan. Sebaiknya kita duduknya pindah." Momochi melompat turun dari kursi dan pergi menjauh, Gasendra mengikuti kemana angsa itu pergi. Anjiing itu kembali mengonggong dan berusaha untuk mengejar Momochi, tapi pemiliknya menahan tali anjiing itu. Suasana di dalam klinik menjadi riuh. Tidak hanya anjiing saja, tapi kucing dan binatang lainnya. Anjiing itu terlepas ketika pemiliknya lengah telah melepaskan tali dari tangannya untuk membetulkan tali sepatu yang terlepas. Anjiing itu mengejar Momochi ke belakang klinik dan menubruk Momochi sampai terjatuh. Gasendra dan orang-orang yang ada di sana terkejut. Pemilik anjiing yang berlari mengejarnya tiba di halaman belakang klinik. Anjiing itu menjilati kepala Momochi yang benjol. Angsa itu merasa geli. "Lihat Cecep Gasendra! Anjiing ini suka padaku. Jangan pernah meremehkan pesonaku yang luar biasa ini." "Terserah padamu Momochi, jika Momocha tahu kamu berpelukan dan berciuman dengan hewan lain pasti dia akan marah." "A-aku tidak berciuman dengan anjing ini. Dia hanya menjilatiku saja." Momochi kembali tertawa karena geli. "Maafkan anjingku ini!"kata pemilik anjing. "Tidak apa-apa,"kata Gasendra. "Sepertinya mereka saling menyukai." "Anjingku memang sangat menyukai angsa." "Max, ayo!" Anjiing itu akhirnya pergi. Momochi berdiri dan merapihkan penampilannya. "Cecep Gasendra, antar aku ke toilet aku mau bercermin dulu dan merapihkan bulu-buluku." "Kau ini angsa pesolek." Gasendra mengantar Momochi ke toilet pria. Di dalam tidak ada siap pun membuat Gasendra merasa lega, karena jika ada banyak orang, mereka akan memandangnya dengan tatapan aneh. Momochi merapikan bulu-bulunya dan angsa itu merasa tidak nyaman dengan penampilan kepala benjolnya. "Cepat dandannya! Nanti namamu dipanggil." "Sebentar aku mau buang air kecil dulu." "Cepatlah!" Momochi naik ke atas toilet. "Cecep Gasendra, tolong tutup pintunya! Aku malu." "Di sini tidak ada siapa-siapa." Pokoknya tutup saja pintunya." Gasendra menutup pintunya. Pintu toilet terbuka. Seorang pria masuk dan menuju wastafel mencuci tangannya. Momochi keluar dan pria itu memperhatikan angsa dengan terheran-heran. Mereka kembali masuk dan Momochi terlihat lega ketika kucing itu sudah tidak ada lagi dan anjing itu pun tidak ada. Momochi memilih kursi di dekat pintu ruangan periksa. Gasendra duduk di sampingnya. Menit demi menit telah berlalu, Momochi sudah merasa kesal dan bosan menunggu. "Kapan giliranku?" "Sabarlah sebentar lagi kamu dipanggil." Gasendra memperhatikan Momochi. "Apa sekarang kamu sudah tidak takut lagi?" "Aku ingin cepat selesai dan pergi ke kantor." Seorang perawat memanggil nama Momochi. Gasendra menggendong Momochi dan membawanya masuk, lalu menurunkannya di meja periksa. "Halo Momochi, kita bertemu lagi!" "Ngook." "Sepertinya Momochi senang bisa bertemu dengan Anda lagi dokter Hani." "Oh ya?" "Sejak dari rumah, ia sudah tidak sabaran ingin datang ke sini." Gasendra melirik Momochi yang menatapnya sinis. Dokter Hani mulai memeriksa suhu tubuhnya. Momochi merasa tidak nyaman saat dokter menempelkan termometer ke pantattnya. Keringat dingin kembali bercucuran . "Jangan tegang seperti itu!" Setelah selesai Momochi ditimbang dan beratnya 5 kg. Momochi sangat shock melihat berat badannya. "Bagaimana ini Cecep Gasendra tubuhku jadi gemuk? Aku tidak ingin jadi angsa jantan gemuk." "Itu karena kamu banyak makan." "Momochi harus diet,"kata dokter. Momochi yang mendengar itu terkejut. Bayangan makanan yang lezat langsung hilang dari pikiran. Ia tidak sanggup jika jatah makannya dikurangin. "Jangan lakukan itu Cecep Gasendra, aku tidak mau. " "Ini demi kebaikanmu Momochi." Tubuh Momochi langsung menjadi lemas. "Cecep Gasendra dan dokter sudah bersengkongkol." "Kami tidak melakukan itu Momochi." "Bohong." "Sepertinya Anda mengerti papa yang dikatakan oleh Momochi." Gasendra tersenyum dan berkata,"Aku hanya menebaknya saja,"jawabnya berbohong. Momochi kembali diletakkan di meja periksa. Dokter Hani memeriksa benjolan di kepala Momochi. "Tidak apa-apa. Sebentar lagi juga akan sembuh." Momochi dan Gasendra merasa lega dan Momochi merasa senang, karena dokter tidak menyuntiknya. Dokter memberi resep obat pada Gasendra. "Terima kasih." Gasendra kembali menggendong Momochi dan membawanya keluar. "Turunkan aku!" Momochi diturunkan dan mereka menuju apotik. "Katakan pada mereka jangan memberikan obat pahit untukku. Aku tidak suka." Gasendra mengeleng-gelengkan kepalanya mendengar permintaan Momochi. Mereka kembali menunggu dan duduk di kursi. "Cecep Gasendra, jangan dengarkan mata dokter tadi ya." "Perkataan yang mana?" "Aku harus diet." "Oh itu." "Aku tidak sanggup jika jatah makanku berkurang. Aku akan kelaparan." "Ini demi kesehatanmu." Momochi terlihat kesal. Angsa itu tahu Gasendra akan menuruti perkataan dokter. *** Nama Momochi dipanggil dan Gasendra mengambil obatnya. "Apa obatnya pahit?" "Sepertinya tidak pahit." "Syukurlah!" "Ayo kita pergi!" Momochi turun dari kursi dan mengikuti Gasendra keluar. Momochi langsung masuk ketika Gasendra membukakan pintu mobil. *** Sesampainya di perusahaan, Gasendra dan Momochi keluar dari mobil. Mereka masuk bersama-sama. Tentu saja kedatangan mereka menjadi pusat perhatian seperti sehari sebelumnya. Momochi berjalan dengan penuh wibawa. Orang-orang tersenyum dan menahan tawa saat melihat Momochi. Mereka masuk ke dalam lift. "Sepertinya mereka mentertawakan benjol di kepalaku." "Dari mana kamu tahu." "Hanya perasaanku saja." Pintu lift terbuka. Momochi keluar duluan dan berlari dengan cepat menuju pintu ruangan Gasendra. "Selamat pagi Momochi!"sapa Desy. "Ngooook." "Selamat pagi, Pak!" "Pagi!" Momochi langsung menuju sofa dan duduk. Angsa itu membaca beberapa majalah, tapi lama kelamaan, Momochi merasa bosan. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan keluar. "Momochi, mau ke mana?" "Ngoook." Momochi berjalan ke lift. Desy masuk ke ruangan. "Pak Gasendra, Momochi pergi." "Biarkan saja! Nanti juga dia akan kembali." Desy kembali ke ruangannya dan melihat Momochi yang masih berdiri di depan pintu lift kelihatan bingung bagaimana caranya menekan tombol pintu lift supaya terbuka. "Ngook. Ngook." Desy berjalan menuju lift dan membantunya menekan tombol lift. Pintu lift terbuka. "Ngoook." "Sama-sama." Momochi masuk dan Desy menekan tombol lantai satu. "Ngook." Pintu lift tertutup. Momochi berada sendirian di dalam. Selama berada di dalam lift, ia bercermin dan bergaya, lalu menari. Pintu lift terbuka, Momochi keluar. Keberadaan Momochi langsung menarik perhatian para pegawai di sana dan langsung mengerumuni Momochi. "Kamu lucu sekali." "Aku tidak tahu kalau pak Gasendra memiliki hewan peliharaan selucu ini,"kata salah satu pegawai lainnya. Momochi pun seketika menjadi seorang selebritis di perusahaan ayah angkat manusia, bahkan ia mau saja menjadi foto model. Beberapa wanita memeluknya dan menciuminya dan angsa itu menikmatinya. Setelah semuanya selesai, ia kembali berjalan-jalan keliling perusahaan. Selama Momochi berjalan-jalan, orang-orang yang berpapasan dengannya melihat ke arahnya, karena mungkin bagi sebagian mereka melihat Momochi dengan kepala benjol dan memakai dasi adalah pemandangan yang tidak biasa. Apa lagi berkeliaran. Orang-orang yang memperhatikan Momochi sampai tidak memperhatikan jalan di depannya sehingga ada yang menabrak orang, tembok, terpeleset, bahkan ada yang sampai tersungkur jatuh karena tersandung barang atau karpet. Momochi yang merasa senang semua orang sedang memperhatikannya terus menebar pesonanya. Ia berjalan tegak sambil membusungkan dadanya sampai ia tiba di depan kantin secara tidak sengaja dalam petualangannya menjelajah perusahaan. Bau harum kopi dan makanan tercium olehnya. Angsa itu masuk. Di dalam hanya ada sedikit orang. Ia berjalan menuju tempat makanan. Seorang petugas kantin yang sedang menaruh makanan melihat Momochi. "Kenapa ada bebek di sini?" "Ngoook." "Sana pergi." "Ngoook." Momochi terus menatap wanita petugas kantin itu. Pandangan matanya memelas untuk diberikan makanan. Wanita itu melihat name tag Momochi. "Jadi namamu Momochi?" "Ngook." "Kamu bekerja di sini?" "Ngoook." "Jadi kamu body guard Pak Gasendra?" "Ngook." "Baiklah. Aku akan memberimu makanan." Momochi sangat senang. Ia mengepakkan sayapnya lebar-lebar. Ia duduk di salah satu meja yang kosong. Tidak lama makanannya datang. Momochi begitu terharu dan matanya berkaca-kaca melihat makanan lezat tepat di depan matanya. Angsa bebek itu mulai langsung memakannya dengan lahap. Momochi juga senang ketika diberi s**u dingin dan semangkuk es krim. Momochi merasa kekenyangan. Ia duduk di atas meja. Berkali-kali bersendawa. Sejak dari tadi orang yang keluar masuk kantin memperhatikan Momochi. Ada yang diam-diam memfotonya saat makan. Momochi pergi dari kantin dan mulai kembali menjelajah. Gasendra berkali-kali melihat jam sudah satu jam lebih Momochi belum kembali. Ia menjadi mengkhawatirkan Momochi. "Apa Momochi tersesat atau ada orang yang menculiknya?" Gasendra bermaksud menyudahi pekerjaannya, karena sudah memasuki jam istirahat siang. Ia akan mencari Momochi. Baru saja Gasendra akan keluar, Desy masuk. "Pak Gasendra, tadi salah satu petugas kantin datang dan dia memberikan tagihan ini kepada Anda?" "Tagihan apa?" "Sepertinya Momochi sudah makan di kantin." Gasendra melihat tagihan yang cukup besar dan membuat matanya membelalak lebar. "Momochi,"geramnya gemas. Gasendra pergi keluar terburu-buru mencari Momochi sebelum angsa itu berbuat yang aneh-aneh lagi. *** Momochi yang sedang asik berjalan-jalan tiba-tiba ada seseorang yang mengambilnya. Momochi terkejut. "Ngooook." "Diamlah! Jangan berteriak!" Orang yang mengambil Momochi membekap mulutnya. Angsa itu memberontak ingin turun. "Sudah aku bilang diam!" Momochi akhirnya diam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN