Kehangatan Pagi Hari

1305 Kata

Pukul enam pagi, Malika terbangun. Meregangkan seluruh otot di tubuhnya, sembari menguap. Badannya terasa rontok akibat permainan yang suaminya lakukan semalam. Tanpa sadar, air mata itu mengalir di pipinya. Malika menangis. Meski ia tahu sudah bukan waktunya ia bersikap seperti itu, tetapi tetap saja dorongan di dalam matanya tidak bisa ia tahan. "Sekarang sudah bukan waktunya aku menangisi hal ini. Lebih baik aku menjalankan kehidupanku seperti orang-orang lainnya. Sembari menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik sehingga aku bisa terbebas dari kontrak kerjasama itu." Rentetan kalimat yang ia jadikan penyemangat, demi kehidupan selanjutnya yang percuma jika harus ditangisi. Kini Malika bertekad untuk menyongsong hari-harinya selama menjadi istri seorang Arka, dengan mengikuti alur da

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN