Bagian Ketujuhbelas

1005 Kata
Seannu sudah berdiri di tempat tadi pagi ia berdiri bersama Chloe. Tapi kali ini berbeda, dia menunggu Chloe. Dia tidak datang bersama Chloe.   "Mau berbicara apa, Sean?"   Chloe datang setelah membersihkan dirinya. Dia sudah mandi. Dan terlihat lebih segar.   "Pulanglah besok bersama James."   Chloe terkejut, "apa? Kenapa?"   Seannu menarik nafas berat, "setelah ini bukan hanya binatang buas yang bisa mengancam. Tapi orang-orang dengan senjatanya, Chloe."   Chloe tersenyum, "kau mengkhawatirkanku?" Seannu mengangguk cepat, "tentu saja. Kekasihmu sedang dalam perjalanan berbahaya. Siapa yang tidak khawatir?" Chloe mengangguk lalu menghadap Seannu, "aku pun sama. Kekasihku juga dalam bahaya. Aku merasakan kekhawatiranmu. Dan kita bisa saling mengkhawatirkan bersama." "Chloe." "Dan tentu saja. Saling melindungi. Tidak hanya khawatir dalam bentuk tidak nyata dan tidak bisa melakukan apa-apa." Seannu tersenyum melihat Chloe yang sedang tersenyum. Seannu rasa, Chloe benar. Dia harus tetap bersama dengan Chloe. Meskipun dalam kondisi darurat pun mereka ada. Dan tetap bersama. "Bisakah kita menyelesaikan ini?" Chloe memegang pipi Seannu "Selesaikan ap-" Chloe mengecup cepat bibir Seannu lalu tersenyum. "Kau yakin tidak mau melanjutkan?" Seannu tersenyum manis "Apa?" Seannu mengecup lagi bibir Chloe. Menatap Chloe lalu tersenyum. "Sepertinya aku yang sangat menyayangimu di dunia ini, Chloe." Chloe mengangguk setuju. Tidak ada yang memperlakukan Chloe seperti Seannu memperlakukan Chloe. Dan Chloe sangat menyukainya. Seannu mengecup lama, mengelumat dan menumpahkan rasa sayangnya lewat ciuman. Seannu dan Chloe tidak ingat jika mereka ada di dunia yang mungkin saja bisa membunuhnya satu sama lain. Seannu dan Chloe tidak tahu. Yang mereka tahu, malam ini, mereka menyalurkan sayangnya hanya sebatas ciuman tidak lebih.    ---    Chloe sudah memasukkan peralatan medisnya. Chloe juga sudah menghubungi Orva dan berkata jika dirinya dan tim lain akan melanjutkan perjalanan dan akan susah sekali mendapat sinyal yang lebih baik. Chloe juga memberitahukan jika akan ada bantuan yang cukup besar dan perjanjian yang sangat berat setelah perang selesai. Untungnya, Orva mengerti dengan hal semacam mencari sekutu dan harus mengorbankan sebagian dari apa yang dimiliki. Chloe tersenyum saat Seannu merapikan barang miliknya sendiri. Semalam, Chloe tidur dengan nyenyak karena Seannu. Dia memberikan hal yang dibutuhkan Chloe, ketika Chloe lelah. Pelukan dan ciuman mungkin akan menjadi obat untuknya di saat seperti ini. "Sudah selesai?" Kia menggendong ranselnya. Kemarin setelah mengobati beberapa warga desa ini, Kia berlatih alat bela diri. Pistol dan pisau. Kia berlatih semangat sore itu sampai saat Chloe dan Seannu pulang, Kia masih saja berlatih. Di ajari oleh Gibran yang sesekali merutuki kesalahan untuk mengajarkan Kia. Kia sangatlah detail dalam urusan berlatih dan belajar. Dan Gibran kurang menyukai itu. Gibran menyukai pribadi yang cepat tanggap dan juga tangguh. Kia sebenarnya bisa belajar cepat. Hanya saja Kia tidak bisa dituntut untuk bekerja seperti itu. Dia harus belajar pelan - pelan dari mengangkat pistol atau pisaunya. Sampai dia bisa membidik dan jiga menusukkan pisaunya. Chloe mengangguki pertanyaan Kia. "Teman - teman yang lain sudah selesai?" "Ya, Chloe. Kedua teman Sam sudah siap berangkat." Seru seseorang bernama Paul. "Dan kau harus ikut bersama mereka, Paul." Chloe mengerutkan keningnya, "kenapa? Paul harus pulang?" Pertanyaan Chloe terwakilkan oleh Kia yang bertanya pada Gibran. Gibran mengangguk, "Paul mengerti jalan menuju ke sana dengan cepat dan tantangan lebih besar. Paul sudah berpengalaman dengan jalan memotong ke dalam hutan. Dan akan sampai ke sana lebih cepat. Sampai di Clinton." Kia mengeryit, "ada dua jalan?" "Ya. Dan jalan yang akan di tempuh Paul dan warga di sini lima kali lebih berbahaya dibandingkan dengan apa yang sudah kita alami." Seannu yang menjawab pertanyaan Kia. "Kenapa kita tidak menggunakan jalan itu?" Chloe menyahut di belakang Kia. "Kita harus selamat sampai di kota Mubarak. Dan jalan pintas itu bisa saja menyebabkan jatuhnya korban. Banyak jebakan yang sudah terpasang. Dan Paul hampir mengingat semuanya." "Benarkah kata Gibran itu, Paul?" Chloe mencoba meyakinkan diri bahwa Paul bisa sampai dengan selamat dan juga cepat. Pasalnya, Orva berkata jika bantuan harus segera dikirim. "Iya. Aku ingat persis di mana dan bagaimana." Sahut Paul yakin Dan itu membuat Chloe mendesah ringan dan lega. "Kau harus selamat. Hubungi Orva terlebih dahulu untuk mengabarkan jika kau sudah sampai." Chloe menepuk bahu Paul sebagai penyemangat. Tiga puluh orang prajurit dari desa kebebasan itu berangkat dengan dua tawanan mereka dan juga Paul. Prajurit yang tersisa di desa ini lima belas orang. Sisanya adalah perempuan yang musti di lindungi sebelum masuk ke kota Clinton nantinya. "Baiklah kita juga harus bergegas. Sehari perjalanan lagi dan kita akan sampai di dinding itu." Gibran berusaha menyemangati timnya. "Bolehkah aku mengusulkan satu hal?" Chloe bertanya saat Gibran akan mulai melangkah "Kenapa Chloe? Kau merasakan ada yang tidak beres?" Gibran langsung merespon Chloe menggeleng, "kau tau jalan pintas untuk pulang. Dan aku yakin, kau juga tau jalan pintas untuk datang ke dinding itu." Gibran dan Seannu bertatapan. Tentu saja mereka tau. Tapi jalannya adalah yang tersulit. "Aku yakin kalian pasti tau." Kia meyakinkan. Seannu mendesah, "ya. Dan perjalanannya akan bisa di tempuh dalam setengah hari. Mungkin besok kita sudah sampai di sana. Tapi jalannya rumit." Chloe berdeham pelan, "serumit apa?" "Jalanan berbatu juga harus menaiki bukit dan turun." Gibran menjawab pelan "Orva berkata jika bantuan harus secepatnya dikirimkan. Sekutu baru kita sudah pergi dan akan sampai paling lambat dalam dua hari." Chloe menjelaskan, "kita harus mencari sekutu dengan cepat sebelum p*********n semakin parah. Dan itu artinya, kita harus berjalan lebih cepat untuk membantu kota kita." Seannu menarik nafas panjang, "apa ada yang tidak setuju dengan Chloe?" Semuanya diam. Itu artinya, semua setuju. Setuju untuk menempuh jalan yang lebih sulit dan tentu saja mereka harus bersiap bagaimana pun keadaanya nanti. "Baiklah, aku rasa akan menerima usulan dari Chloe. Ingat, jika lelah jangan memaksakan diri. Kalian harus bilang dan tentu saja kita semua akan istirahat bersama." Chloe mengangguk, "yang terpenting, jangan sampai ada yang terluka. Obat - obatan yang kita miliki sudah terkuras dengan pengobatan warga desa kemarin. Dan kita harus benar - benar menjaga diri kita sendiri." Gibran mengangguk menyetujui apa yang di katakan oleh Chloe. Dan Chloe juga mengangguk. Untuk sekarang, bukan dirinya lagi yang terpenting. Mereka harus sampai di pinggir dinding untuk mencapai kesejahteraan. Itu yang sangat diharapkan oleh Chloe. Mungkin untuk yang lain juga. "Baik. Siapkan tenaga kalian. Kita akan mulai perjalanan. Berdoa di mulai." 'Semoga dengan adanya jalan pintas ini kami selamat dan mendapatkan sekutu lagi. Untuk warga kota, semoga kalian baik saja. Ibu kakak dan tuan Gustof. Jangan sampai terluka. Sean beserta seluruh tim. Selalu sehat dan jangan terluka.' Chloe memanjatkan doa dengan khidmat. Perjalanan di mulai lagi. Chloe menghembuskan nafasnya pelan. Saatnya berpetualang lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN