Bagian Kedelapanbelas

1005 Kata
Bukan hanya jalanan yang curam dan tanaman beracun dimana - mana. Mereka hampir tidak bisa beristirahat dengan perjalanan ekstrem ini. Mereka hanya bisa minum saat sedang berjalan. Dan harus berhemat agar tidak kehabisan air saat sedang dalam perjalanan ini. Akan sangat sulit mencari air dengan keadaan seperti ini. Gibran sudah memperingatkan, jika perjalanan ini tidak mudah. Lebih punya banyak tantangan. Dan sekarang adalah tantangan terakhir sebelum bisa menyentuh permukaan dari dinding kebebasan. Dinding itu sudah di depan mata. Menjulang tinggi dan sepertinya tidak mudah di hadapi.  Terlebih lagi ada alat - alat canggih yang meramaikan dinding itu. Dan tentu saja tidak akan mudah melewatinya. Mereka bersembunyi di bagian pohon terakhir sebelum mencapai titik tidak buta CCTV yang  diletakkan di sepanjang dinding. Mereka berencana untuk mengatur strategi mengelabui CCTV yang bergerak teratur itu. Malam hari ini, Chloe dan yang lain terpaksa tidur tanpa mengeluarkan dan membangun tenda. Mereka tidak bisa membangunnya, karena besok pagi adalah waktunya untuk menyamar dan mengelabui CCTV itu. "Bagaimana rencana selanjutnya?" Dua belas orang itu berkumpul. Berkeliling saling menghangatkan diri. Tentu saja mereka tidak akan bisa menyalakan api unggun. Itu akan menarik perhatian.Dan tentu saja akan menimbulkan masalah nantinya.   Sebenarnya, mereka bukan akan menyusup atau apa itu yang disebut pengkhianat. Hanya saja terlalu dini untuk memberitahukan mereka tentang apa maksud dan tujuan mereka datang. Kia yang menantikan jawaban dari Gibran kini menghela nafas setelah Gibran menjawab dengan gelengan kepala. "Aku belum pernah menyebrang, aku hanya sampai sini. Dan setelah itu mengamati. Setelah memberikan informasi pada pusat kota, aku pulang." Kata Gibran memberikan jawaban yang tidak memuaskan. Chloe berdeham, "bagaimana kita naik ke sana?" Ya. Bagaimana? Karena dinding itu tinggi. Mungkin jika gedung tinggi jadi patokan, itu bisa saja sampai ke lantai tiga puluh. Dan peralatan mereka ada seadanya. Tidak ada peralatan canggih. Hanya ada tali dan jangkar kecil. "Kita akan memikirkannya. Untuk sekarang beristirahatlah. Aku akan mendapatkan bantuan untuk besok." Sahut Seannu "Bantuan?" Gibran yang merupakan tepat dekat Seannu juga terkejut. Bagaimana dengan yang lainnya. Sama - sama terkejut. Esok harinya Seannu terbangun terlebih dahulu. Bantuan yang Seannu maksud adalah teman - temannya yang berjaga di sini. Mengatur strategi dulu lalu memberitahukannya kepada kelompoknya. Seannu bilang jika teman - temannya itu adalah orang - orang yang lama hidup di sini. Seperti warga desa kebebasan, namun bedanya mereka tidak hidup berkelompok. "Kenapa kau bisa kenal orang seperti itu?" Gibran bertanya diangguki orang - orang di kelompoknya. Dia mengendikkan bahunya. "Tidak sengaja. Hanya ada beberapa yang aku kenal tidak semuanya." Chloe ikut mengangguk, "bagaimana selanjutnya?" Seannu menjelaskan, kalau CCTV itu bergerak setiap ada pergerakan dan perbedaan warna yang mencolok. Kesimpulannya, saat cahaya menyorot, mereka harus diam. Dan sekaligus mereka di wajibkan untuk menyamar. Menjadi rerumputan hijau dan tidak mencolok. "Bagaimana jika sebagian dari kita menunggu di sini?" seru Gibran        Seannu mengangguk, "aku setuju. Karena ini membutuhkan fisik yang lumayan jadi, sepertinya itu adalah keputusan yang tepat." "Aku akan tetap ikut." Ujar Chloe lalu berdiri. Kemudian menempelkan daun - daunan ke tubuhnya menggunakan beberapa plester dan dibantu Kia "Aku rasa, Kia sepertinya akan tetap ikut juga." Seru Gibran Seannu mendesah, ada dua belas orang sekarang. Dan setengahnya harus menunggu di sini. Itu artinya enam orang akan berangkat. Termasuk Gibran, Seannu, Kia dan Chloe. Di tambah perawat dan juga prajurit lainnya. Mereka sudah siap dengan persiapannya. Dan waktunya berangkat lagi. Seannu juga sempat mengingatkan jika di sebrang sana mungkin ada pengawal dan prajurit yang siap menembak sampai mati. Apalagi dengan pakaian prajurit kota Clinton. Chloe sudah kebal sepertinya. Dan dia merasakan hal yang justru baik. Semoga saja. Mereka memulai dengan langkah kecil. CCTV pada pagi ini pun masih memancarkan lampunya. Dan itu memudahkan mereka melihat kemana arah CCTV itu. Chloe dan tim - nya itu berjalan pelan. Dan berhenti ketika lampu CCTV itu mendekati mereka. Terus seperti itu sampai mereka sudah ada di tepi dinding. "Ini adalah titik buta CCTV." Seannu menghembuskan nafasnya. "Selanjutnya memanjat. Semoga kau bisa." Ucap Seannu memberikan semangat pada Chloe yang nampak kelelahan. Chloe bernapas seperti itu karena adrenalinnya terpacu maksimal. Dan tentu saja, dia berharap tidak terjadi seperti itu lagi. Seannu sudah melemparkan tali dan jangkar pada tingkat pertama dinding. Di coba untuk memanjat. Dan itu sudah tertancap kuat. Gibran melakukan yang sama. Satu prajurit lain pun sama. Yang di suruh naik dahulu adalah tim medis. Dengan tas gendong yang cukup berat, Chloe, Kia dan satu perawat memanjat secepat yang mereka bisa. Setelah sampai di ketinggian sekitar enam - tujuh meter, mereka bernafas panjang. satu tingkatan sudah selesai mereka panjati. Seannu dan yang lainnya yang tersisa di bawah, ikut memanjat. Dan Seannu kembali melempar lagi pada dinding selanjutnya. Dinding tingkatan ke dua ini lebih tinggi dari tingkatan sebelumnya. Seannu dan Gibran juga satu Prajurit lagi sedikit kesulitan karena lemparannya terus gagal. Tiba - tiba, Chloe menyuruh semuanya diam. Semuanya menuruti Chloe. Diam dan tidak bergerak. Ada satu pesawat berkamera kecil sedang terbang di atas mereka. Dan tentu saja itu bisa berbahaya bagi mereka. Untung saja, mereka memakai baju berwarna silver, menyerupai warna dinding besi beton itu. Pesawat itu kini terbang menjauhi mereka, mendekat ke arah hutan yang tadi mereka tinggalkan teman - temannya.    Semoga saja tidak terjadi apa - apa. "Apa ini sudah aman?" Seannu bertanya pada Chloe. Dan Chloe merasa sudah aman. Namun masih ada saja yang mengganjal di hatinya. Chloe sendiri tidak tau apa. Mungkin saja, akan ada pertarungan setelah memanjat ini. Untuk dinding yang kedua, para prajurit yang menaikkinya terlebih dahulu. Karena ini cukup jauh, jadi kemungkinannya, Chloe dan tim medis lainnya akan lelah di tengah perjalanan. Rencana Seannu, dia akan menarik sedikit demi sedikit tim medis dari atas. Semoga saja masih sempat sebelum siang semakin terik. Keadaan mereka yang menarik dari atas telungkup. Yang ditarik juga berusaha tidak membebankan berat badan mereka. Mereka seperti seperti sedang merangkak di keadaan yang menanjak. Mereka masih memanjat. Hanya saja bebannya tidak terlalu berat. Hingga akhirnya Chloe dan petugas medis lainnya sampai di atas. Telungkup dan tentu saja berbicara dengan nada berbisik. "Bagaimana caranya untuk bisa lolos?" Kia bertanya di samping Chloe sambil berbisik. Chloe diam. Dia berpikir cukup keras. Apa yang harus mereka lakukan. "Bukankah caranya hanya satu?" Seannu melirik Chloe yang bergumam "Adakah cara lain selain membuat perhatian mereka teralihkan?" Chloe lagi - lagi bertanya. "Aku tau Chloe. Tapi apa kau tau caranya?" Chloe tersenyum kecil mendengar pertanyaan dari Gibran "Kau harus memanggilku Prajurit perempuan, Gib."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN