BAB 7

1314 Kata
   Setelah pesta pernikahannya, Alliana dan Ichiru masuk ke dalam kamar. Mereka kini duduk sambil berpegangan tangan, hanya diam dan saling menatap. Lilin kecil di atas meja menjadi penerang, hawa dingin menusuk dan membuat mereka ingin segera menghangatkan.    “Alliana,” ujar Ichiru pelan. Pria itu menarik Alliana kedalam pelukannya, ia merasakan detakan jantung Alliana berpacu dengan cepat. Gadisnya kini sedang gugup dan hanya bisa menahan napas.    “Ka-”    “Sebut namaku,” ujar Ichiru. Pria itu melepas pelukannya, ia menatap Alliana dan mendekatkan wajahnya. Sebelum mengecup lembut bibir istri kecilnya, Ichiru mengumbar senyum, “Tutup matamu, Sayang.”    Mendengar perintah Ichiru, Alliana menutup matanya. Gadis itu tidak berani membuka mata dan hanya diam. Ia merasakan embusan napas Ichuru yang menghangatkan kulit pada wajahnya, lalu kecupan mendarat di bibirnya dan ia merasa begitu kaget. Alliana meremas tangan Ichiru, apalagi saat pria itu memasukan lidah ke dalam mulutnya, ia merasakan Ichiru melepas tangannya.    Tak lama, tangan Ichiru berusaha membuka bagian belakang gaun Alliana. Pria itu dengan mudah melakukannya, gaun terbuka, dengan satu tangan dan bibir yang tetap saling mengecup, Ichiru melepaskan gaun itu dari tubuh Alliana, tangan Ichiru menyentuh p******a Allana. Lebih berisi dari yang dulu, pria itu meremas p******a Alliana lalu memainkan p****g yang sudah mengeras.    “Eumm ….” desahan Alliana tertahan, gadis itu merasa geli namun juga nikmat. Kewanitaannya terasa begitu gatal, bahkan basah. Wajar saja, lama Ichiru tidak menyentuh dan memanjakan payudaranya. Fantasi Alliana bermain, ia membayangkan masa lalu saat Ichiru menjilat kewanitaannya dan membuat ia mendesah berkali-kali.    Alliana membuka matanya, ia merasakan Ichiru yang kini mulai menjilat lehernya, terasa begitu nikmat, apalagi tangan pria itu bermain di kewanitaannya. Sentuhan Ichiru awalnya begitu lembut, namun perlahan satu tangan pria itu masuk dan memainkan daging kecil pada kewanitaannya.    “Kak … ach.” Alliana meremas rambut panjang Ichiru, ia merasakan nikmat yang tak bisa dijelaskan dengan kata apapun. Gadis itu memejamkan matanya, Ichiru kini melumat p****g payudaranya.    “Ah .…” desah Alliana lagi, suaranya menggema, dipantulkan dinding dan hawa dingin pergi. Kamar itu terasa begitu panas, desahan terus terdengar bahkan semakin kencang.    Ichiru terus menyusu pada p******a Alliana, lidahnya memainkan p****g keras itu dan bibirnya terus mengulum p******a Alliana layaknya bayi. Ichiru semakin senang saat Alliana mendesah, tangan kirinya memainkan p****g Alliana yang lain. Ia bahkan memasukan satu jari kedalam lubang kewanitaan Alliana, memaju mundurkannya dan menyeringai saat merasakan selaput darah itu masih ada. Ia bangga, mendapatkan seorang gadis utuh dan bercinta untuk pertama kali.    Pria itu membaringkan Alliana, ia menghentikan permainannya dan duduk, menatap Alliana yang terlihat kecewa.    “Apa itu nikmat?” tanya Ichiru. Jujur saja, ia menahan dirinya mati-matian untuk tidak ke permainan inti. Ia ingin menikmati tiap inci tubuh istri barunya, ia ingin membuat istrinya terus meminta untuk di masuki.    “Kenapa berhenti?” tanya Alliana.    “Buka semua pakaianku, Alliana.”    “Tapi, Kak-”    “Panggil aku, Ichiru. Malam ini, desahkan namaku.” Ichiru membelai paha Alliana, membuat gadisnya meringis pelan. Ia jelas tahu itu bukan ringisan sakit, tapi menahan nikmat yang ingin di setubuhi.    “I-itu, sangat tidak sopan.”    “Panggil namaku, atau, aku tak akan memberikan kenikmatan itu lagi.”    Alliana segera duduk, ia membuka pakaian Ichiru. Matanya melihat tubuh mulus Ichiru, bahkan, p****g kecil di d**a pria itu terlihat mengeras.    “Alliana,” ujar Ichiru, suara serak pria itu terdengar begitu menggoda. Ichiru meraih tangan Alliana, membimbingnya pada benda tumpul yang kini mengeras dan begitu tegang.    Alliana menatap pada kejantanan Ichiru, ia juga bisa merasakan benda itu terasa keras dengan urat yang menonjol dan menjadi penghias di b***************n suaminya, “I-ini apa?” tanya Alliana, gadis itu gugup, tangannya bergetar.    “Itu adalah milikmu, Alliana. Kau ingin merasakannya? Akan terasa nikmat, dan kau akan terus menginginkannya.”    Alliana menatap kejantanan Ichiru, ia penasaran dan merabanya pelan. Tangan halus Alliana, membuat kejantanan Ichiru semakin menegang.    Mendapat perlakuan demikian, Ichiru memejamkan matanya. Tangan Alliana begitu lembut dan membuat kejantanannya semakin mengeras, pria itu mendorong Alliana, membiarkan gadis itu berbaring dengan posisi telentang.    “I-ichiru,” Alliana ragu, ia masih penasaran dengan benda itu dan ingin menyentuhnya lagi.    Ichiru langsung menindih Alliana, pria itu memasukan kejantanannya dan menyusu pada p******a Alliana. Ichiru menutup matanya, ia memasukan kejantanannya dengan lembut namun pasti. Terasa licin, kewanitaan Alliana begitu basah dan itu memudahkan kejantanan Ichiru untuk masuk.    “Akh ….” Alliana membuka matanya, ada benda asing yang kini mencoba untuk masuk lebih dalam dan mendorong selaput darahnya. Gadis itu kembali merasakan benda tumpul itu mencoba masuk, sakit, terasa ada yang perlahan robek.    “Sa-kit.” Alliana meneteskan air matanya, gadis itu merasa cairan pekat mengalir di selangkangannya.    “Alliana,” ujar Ichiru pelan, pria itu menatap mata Alliana, ia berusaha menenangkan istrinya. Diciumnya kelopak mata Alliana, lalu kembali menjauhkan wajahnya, “Kau hanya milikku.” Ichiru mengecup bibir Alliana, ia tidak menghapus air mata Alliana, ia ingin melihat bagaimana Alliana menahan sakit lalu akan merasakan nikmat.    “Kakak …”    Ichiru menggoyangkan pinggulnya, pria itu menatap Alliana, bungkam dan hanya terus bergerak pelan.    “Kak, sakit!”    Ichiru hanya diam, pria itu mempercepat gerakan pinggulnya, ia ingin Alliana mendesahkan namanya, ia ingin Alliana memohon dan cepat merasakan nikmatnya surga dunia.    “I-ichiru,” ujar Alliana pelan.    Setelah mendengar Alliana menyebut namanya, Ichiru menjilat air mata Alliana. Pria itu tersenyum, lalu membelai pipi mulus istrinya.    “Sakit,” ujar Alliana lagi.    “Kau ingin merasakan nikmat?”    Alliana mengangguk, gadis itu mati-matian menahan rasa perih pada kewanitaannya.    “Bertahanlah sebentar, aku akan membuatmu merasakan surga cinta kita.” Ichiru mempercepat gerakan pinggulnya, ia kemudian mengulum p****g Alliana yang mengeras, ia menjilat p****g p******a istrinya, bahkan kembali menyusu dan sesekali menggigit p****g itu pelan.    Allianya yang mendapat perlakuan demikian hanya bisa pasrah, ia merasakan kenikmatan dan kesakitan secara bersamaan. Rasanya begitu aneh, tapi dia tak ingin Ichiru berhenti. Mata Alliana menatap langit-langit kamar, suara desahan terus disuarakan.    “Ahh … Ichiru!” Alliana memanggil nama suaminya, ada cairan yang keluar dari kewanitaannya dan ia yakin dirinya barus saja kencing dan membuat sprei basah.    “Apa itu nikmat?” tanya Ichiru.    Alliana mengangguk, Ichiru mencabut kejantanannya dan menggendong tubuh Alliana, pria itu membuka balkon kamar dan menurunkan Alliana.    Alliana merasakan perih pada daerah kewanitaannya. Ada cairan yang masih merembes dan membasahi pahanya, “Kakak, aku kencing? Aku sangat jorok.”    “Berpeganglah sayang, tahan tubuhmu dan lihatlah pemandangan di luar sana.”    Alliana menuruti perintah Ichiru, ia merasakan pria itu memeluknya dari belakang dan memasukan benda tumpul itu pada kewanitaannya. Alliana sedikit menungging, ia merasakan benda itu keluar dan masuk. Ada rasa yang begitu nikmat, apalagi saat tangan Ichiru meremas kedua payudaranya. Alliana mendesah, angin dingin tidak terasa dan ia terus memejamkan matanya.    Sementara itu, Ichiru terus melakukan tugasnya. Pria itu terus memaju mundurkan pinggulnya dengan cepat, ia benar-benar mencari kepuasan. Ia bahkan, tidak peduli saat suara desahan Alliana memenuhi balkon kamar, ia tidak peduli jika ada orang yang mendengar suara percintaan mereka bahkan mengintip. Yang ia tahu, tubuh Alliana membuatnya candu. Ia ingin terus menyetubuhi istri kecilnya itu, memasukan kejantannya pada lubang kecil nan sempit yang mampu meremas kejantanannya dan membuat ia terus memuaskan hasratnya.    “I-ichiru, ah … sssttt,” ujar Alliana pelan, ia merasakan kejantanan Ichiru masuk begitu dalam, ia memejamkan mata dan merasakan cairan hangat memenuhi rahimnya.    “Kau ingin minum s**u?” tanya Ichiru.    “Yeah .…” jawab Alliana. Ia tak sanggup lagi untuk melawan. ia masih ingin mengulang permainan mereka.    Mendengar jawaban Alliana, Ichiru mencabut kejantanannya dan membalik posisi Alliana untuk menghadap ke arahnya. Pria itu memegang rambut Alliana, memasukan kejantanannya ke dalam mulut Alliana.    Alliana dengan senang hati melakukannya, tapi, dia merasa mulai saat rasa asin dengan bau amis itu memenuhi mulut dan penciumannya.    “Minum, Alliana. Itu adalah s**u yang akan kau dapatkan saat kita bermain seperti tadi, kau akan menyukainya, Sayang.”    Alliana tak berani menjawab, gadis itu menyedot cairan yang masih tersisa di kejantanan Ichiru. Ia tak merasa jijik lagi, semua terasa nikmat apalagi saat Ichiru kembali.meremas payudaranya.    “Aku, aku ingin lagi. Benda itu, aku ingin Kakak memasukkannya lagi.”    Ichiru terkekeh, “Sebut namaku, dan katakan jika kau ingin.”    “Ichiru, aku ingin benda itu masuk lagi.”    Mendengar permintaan Alliana, Ichiru memenuhi permintaan itu dengan senang hati. Ia akan menghabiskan malam ini dengan bercinta dan memuaskan istri polosnya.    “Kau mencintaimu, Alliana.”    “Aku juga ….”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN