BAB 1

1476 Kata
   Alliana Aliander, nama yang di berikan seorang kepala pelayan dan seorang penjaga kuda kepadanya. Gadis berumur dua belas tahun, hidup di dalam mansion mewah jauh di tengah hutan pengasingan.    Alliana hidup dengan damai, ia berteman baik dengan anak kedua pelayan yang mengasuhnya. Robert Hansen, nama sahabat sekaligus pelayan pribadinya.    Alliana tidak pernah tahu siapa orang tuanya, yang ia tahu kehidupannya begitu rumit. Cerita dari kedua pelayannya sudah menjadi bekal, jika dirinya seorang yatim piatu. Status bangsawan adalah warisan terakhir kedua orang tua kandungnya.    Alliana tumbuh menjadi gadis tertutup, ia tidak mengenal dunia luar yang begitu kejam. Ia bahkan tidak mengerti, saat dirinya harus berada jauh dari keramaian.    Hutan sepi, dengan jalanan yang rumit. Menuju ke mansion tengah hutan miliknya tidaklah mudah, ada banyak rintangan. Bebatuan yang licin, jurang yang dalam, jalan yang sempit, bahkan serangan binatang buas bisa saja ada. Namun, setiap bulan pula kedua pengasuhnya pergi ke pusat kota untuk menyetok persediaan makanan untuk mereka berempat.    Seperti hari ini, kedua orang itu sudah pergi sejak subuh dan akan kembali pada sore hari. Alliana sedang berada di perpustakaan yang sekaligus menjadi kamar tidurnya.    “Nona, Anda seharusnya sudah berada di meja makan.” ujar seorang pria berumur dua puluh tahun. Pria itu berdiri di depan meja baca, ia juga menatap Alliana yang sama sekali tidak terusik dengan ucapannya, “Saya hanya tidak ingin Anda sakit, Nona.” lanjut pria itu.    “Diamlah, Robert. Aku sedang membaca, aku akan makan nanti.” jawab Alliana. Gadis itu mengangkat kepalanya, ia menatap pelayan pribadinya dengan jeli    “Musim dingin cukup berbahaya, Nona. Dan hari ini adalah ulang tahun Nona yang ke dua belas tahun. Bersabarlah, Ayah dan Ibu akan datang lalu merayakannya seperti biasa.” Robert memberikan sebuah kotak kecil, kotak dari kayu jati.    Alliana menerima kotak itu, lalu membukanya. Ada sebuah cincin yang begitu unik ia temukan di dalam sana, "Apa ini?" tanya Alliana.    “Nyonya Alice, ibu Anda. Dia memberikan itu kepada saya saat masih mengandung Anda, Nona.” jawab Robert.    Alliana menatap cincin itu, ia melihat ukiran yang begitu menawan. Matanya kemudian membaca tulisan kecil pada cincin unik di tangannya, “Aliander?” gumamnya pelan.    “Anda melihatnya?” tanya Robert.    Alliana mengangguk, ia menatap Robert dan menutup bukunya “Ini cincin pemimpin keluarga, bagaimana bisa?” tanya Alliana.   “Anda adalah pewaris tunggal, dan cincin itu adalah hak, Anda.” jawab Robert.    Alliana hanya mengangguk, ia menatap pada lilin kecil di atas meja dan merenungkan hidupnya. Ada banyak pertanyaan yang muncul di benaknya selama ini, ada banyak kejadian yang ingin ia ketahui.    “Tuan Sousaki D'Acretia, dia juga akan datang malam ini.”    Mendengar ucapan Robert, Alliana kembali menatap pelayan pribadinya. Ia tahu siapa pria yang pelayannya katakan, pria yang biasanya juga akan mengirim surat dan menjadi sosok ayah angkat baginya.    “Siapkan jamuan terbaik untuknya, aku juga ingin bertemu dengannya.” Alliana berdiri, dan Robert melangkah cepat lalu mengenakan jaket berbulu tebal di atas pundak Nona Muda kesayangannya.    “Sesuai keinginan Anda, Nona.” jawab Robert.    “Aku akan ke taman depan, salju pertama akan turun dan itu menyenangkan.” setelah mengatakan itu, Alliana berlalu pergi. Ia meninggalkan Robert yang kini membungkuk hormat.    Gadis muda itu keluar dari kamar pribadinya, ia menuruni anak tangga dan sedikit mengangkat gaun mewahnya. Alliana mengumbar senyum, kakinya perlahan menuruni anak tangga.    Dia merasa hidupnya begitu sempurna saat ini, ayah angkat yang di rindukannya juga akan hadir. Ia juga ingat janji pria bernama Sousaki D'Acretia, pria itu berjanji akan membawanya keluar dari tengah hutan, pria itu berjanji akan membawanya ke tempat orang-orang banyak berada.    “Dunia luar, aku akan datang.” Alliana kembali tersenyum, ia bahkan berjalan cepat menuju pintu depan mansion. Mata Alliana melihat keindahan bunga-bunga di taman, ia melihat butiran salju mulai turun dan itu begitu indah.    Kaki Alliana melangkah semakin cepat, gadis berumur dua belas tahun itu berlari dengan riang. Suara tawa Alliana mengusik ketenangan hutan yang sepi, mansion yang mewah itu terlihat lebih hidup saat Alliana bermain di luar. ...    Sore dengan suasana baru, hawa dingin menusuk sampai ke tulang. Alliana duduk di depan jendela kaca tinggi kamarnya, matanya menatap salju yang turun semakin banyak bahkan menutupi rerumputan dengan warna putih bersih.     Menarik napas, ia memikirkan keselamatan orang-orang yang belum juga datang. Matanya menatap gerbang besi dengan ketinggian sekitar lima meter, Alliana berharap gerbang itu segera terbuka.    “Nona, bersabarlah.” Robert yang sedari tadi berdiri di depan pintu kini mengeluarkan suara. Ia juga khawatir pada keselamatan orang tuanya, apalagi Tuan Sousaki akan datang berkunjung. Ia tidak ingin Nona Muda tercinta kecewa dan bersedih jika sesuatu yang buruk terjadi.    “Aku ingin tidur, bangunkan saat mereka datang.” Alliana berdiri, sekali lagi ia menatap ke arah gerbang. Tidak ada tanda-tanda akan ada orang yang datang, “Berjagalah di depan pintu masuk, Robert.” titah Alliana. Setelah mengatakan itu, Alliana berlalu pergi. Ia masuk ke dalam bilik kamarnya, menuju ranjang dan berbaring dengan tenang. Selimut tebal tidak lupa ia kenakan, Alliana mencoba menutup matanya dengan tenang.    Alliana hanya memikirkan kelanjutan hidupnya, ia ingin Sousaki segera datang dan membebaskan ia dari hutan terpencil ini, ia ingin lepas dan melihat dunia. Sudah cukup rasanya memendam rasa iri kepada tumpukan buku di kamarnya, ia ingin melihat langsung gedung-gedung tinggi, ia juga ingin melihat langsung sebuah kota besar dengan segala keajaibannya.    Beberapa jam berlalu, Alliana yang sudah tertidur lelap merasa terganggu. Seseorang sedang membelai surai panjangnya, orang itu juga sesekali mengelus pipi porselen miliknya. Mata Alliana terbuka secara perlahan, yang pertama ia lihat adalah seorang pria dengan wajah rupawan.    “Ayah Sousaki,” ujar Alliana pelan.    “Kau tidur begitu nyenyak. Jangan salahkan Robert, Ayah yang ingin masuk dan membangunkanmu, Alliana.”    “Maafkan Alliana, Ayah. Ini terkesan sangat tidak sopan, menyambut kedatangan Ayah dengan cara seperti ini.”    Sousaki tertawa, ia mengacak rambut gadis kecil di hadapannya. Mendapat suara tawa Ayah angkatnya, Alliana segera bangun dan duduk.    “Tidak ingin memeluk Ayah?” tanya Sousaki.    “Ya! Dan ayah harus menepati janji untuk membawaku keluar dari sini!” tegas Alliana. Gadis itu menatap Sousaki yang hanya tersenyum, bahkan pria itu merentangkan kedua tangannya. Segera saja, Alliana memeluk Sousaki.    “Ya, besok kita mungkin akan berangkat. Ada badai salju di luar sana.” jawab Sousaki.    “Baiklah, sekarang bisakah kita turun dan makan malam? Ayah datang sejak kapan?”    “Tidak biasanya, bangsawan setertip dirimu makan pada jam dua belas malam.”    “Apa? Dua belas malam?” Alliana menatap jam yang berdiri tegak di sudut ruangan, “Hampir jam dua belas malam, Ayah.”    “Baiklah, belum terlambat. Alliana, selamat ulang tahun.” Sousaki mencubit kedua pipi Alliana, ia tertawa saat gadis itu menatapnya tajam. Ia cukup tahu jika Alliana tidak menyukai pipinya dicubit begitu keras, “Ayah akan mengenalkanmu pada Ichiru dan Ryu tidak lama lagi.”    “Aku menunggu hal itu, Ayah. Dan, terima kasih.” jawab Alliana. Alliana hanya pernah mendengar cerita tentang Ichiru dan Ryu, dua orang saudara yang memiliki perbedaan begitu jauh.    Gadis itu kembali termenung, ia menatap ke arah meja yang ada di sudut ruangan. Hanya ada tumpukan buku, dan ia sudah membaca buku-buku di perpustakaan pribadinya itu berulang kali.    Sousaki menatap wajah Alliana, ia begitu tertarik pada wajah cantik anak angkatnya itu. Ada banyak hal yang belum bisa ia ungkapkan pada gadis kecil di depan matanya, ada banyak kejadian di masa lalu yang akan melukai anggrek hutan cantiknya itu. Menarik napas, ia berusaha tersenyum seindah mungkin.    “Ayah menarik napas beberapa kali kurang dari satu menit. Apa ada yang Ayah pikirkan?” tanya Alliana.    “Ayah hanya melihat anggrek hutan.” jawab Sousaki.    Alliana mengerutkan keningnya, ia merasa bingung dengan ungkapan ayah angkatnya.    “Kau adalah anggrek hutan itu, Alliana.”    “Apa alasan Ayah memanggilku dengan nama itu?”    “Karena kau istimewa.” jawab Sousaki, “Sekarang tidurlah, jangan beranjak dan kembali membaca buku-buku itu. Ayah tidak akan mengizinkanmu membaca selarut ini, jika kau masih melanggar maka tidak ada buku yang bisa kau lihat di mansion ini, Alliana.”    “Baiklah, Ayah menang,” ujar Alliana. Gadis itu berbaring dan kembali memeluk gulingnya, matanya masih menatap Sousaki yang duduk dan bersandar di kepala ranjang. Ia melihat pria itu mengamati ruangan kamarnya, ruangan yang sudah selayaknya dikosongkan dari buku-buku tebal.    “Tidurlah, Alliana.” Sousaki menatap anak angkatnya, ia tersenyum dan membelai rambut panjang Alliana.    “Kapan Ayah menepati janji?” tanya Alliana.    Menarik napas, Sousaki kembali menatap buku di atas meja. Ada lilin kecil di sana, dan lilin itu cukup untuk menerangi kamar anak angkatnya.    “Alliana, maaf. Tapi bukan saat ini, ada banyak hal yang harus Ayah pastikan sebelum membawamu pergi.” jawab Sousaki.    “Aku akan menunggu, Ayah. Tapi, bagaimana aku bisa mengenal Kakak Ichiru dan Kakak Ryu?” tanya Alliana.    “Ichiru ada di mansion ini.”    Jawaban yang Sousaki berikan cukup membuat Alliana kaget. Gadis bangsawan itu duduk dan matanya berbinar. Ada orang yang belum pernah ia temui saat ini, seseorang yang hanya ia gambarkan dari garis khayalnya.    “Bolehkah, aku-”    “Kau harus tidur, Alliana.” Sousaki langsung berbaring, ia memeluk Allianan dan memejamkan matanya. Pria itu bahkan menutup wajah Alliana dengan tangannya, ia tak akan membiarkan Alliana bertemu dengan Ichiru apalagi pada tengah malam seperti saat ini.    “Baiklah, aku akan tidur. Tolong singkirkan tangan Ayah!”    Sousaki menuruti Alliana, ia hanya memeluk anak angkatnya lalu memejamkan mata dan tertidur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN