Dari mata ke mata

1345 Kata
"Upss!" Kayla kembali bersembunyi ketika melihat Kay berjalan ke arah kelas. Saat ini gadis itu selesai dari toilet. Setelah malam di mana Kay mengiriminya pesan. Kayla memang terus menghindari laki-laki tampan itu. Bukan tanpa alasan, Kayla merasa bingung apa yang harus ia katakan padanya. Karena ia sendiri tidak mengerti, kenapa ia sampai ingin menghindari Kay. Kembali memutar dirinya ke arah toilet. Malah mendapati dua gadis yang sedari tadi memang sudah mengamatinya. "Eh, Kak Nilam?" Tersenyum kikuk penuh bingung dan bergeser agar ia bisa melewati keduanya. Namun hal yang tidak di sangka Kayla, karena kedua gadis itu malah mendekat dan mendorongnya ke arah dinding. "Eh, ada apa Kak?" menatap penuh tanya dengan was-was. Ia takut Kay menemukannya di sana. Nilam dan temannya bersidekap d**a dengan tatapan penuh penilaian. "Lo tuh gak cantik-cantik amat ko," Nilam mulai berkata. "Tapi ko ganjen ya?" sahut Linda, satu tangannya mencubit pipi mulus Kayla, hingga gadis itu mengaduh. "Ada masalah apa sih Kak?" Mulai merasa kesal dengan perlakuan gadis itu. Kayla akhirnya bersuara. "Sebenernya gak ada masalah, gue juga enggak suka cari masalah. Tapi gue cuma gak suka kalau ada cewek yang nyrobot gak sopan kaya lo!" Nilam mendekat dengan tatapan yang semakin tajam. "Kayla gak ngerti kak? Kayla ngerasa gak ada masalah." "Yakin?" merasa jengah dengan wajah polos Kayla, Linda ikut menimbrung. Beralih pada gadis yang satunya, Kayla mengangguk yakin. "Kayla baru bertemu Kak Nilam cuma sekarang. Maksud Kayla, kita sering ketemu tapi gak pernah tegur sapa." "Emang!" Membenarkan kalimat Kayla dengan gaya congkahnya, Nilam mengusap anak rambut yang di terpa angin kebelakang telinganya. Seolah dirinya seseorang yang sempurna. "Terus, kenapa?" Kembali beralih menatap sang pran utama. Kayla masih tidak mengerti. Sepertinya Nilam sudah jengah dengan sikap polos Kayla. Gadis itu malah semakin memperlihatkan sikap polosnya bak anak-anak berusia tujuh tahun. Sehingga ia dengan kuat berhasil mencengkram rahangnya Kayla. "Argghh!" Cengkraman itu terasa sakit, sehingga Kayla mengaduh tanpa bisa menahannya. Mengundang langkah seseorang berhenti, padahal baru saja ia akan melewati bagian toilet itu. Merasa penasaran dengan suara tersebut. Seseorang itu melangkah cepat pada sumber suara. "Gue tanya sekali lagi, lo ada hubungan apa sama Rangga!?" Suara Nilam cukup keras, tatapan tajam dan cengkraman tangannya yang semakin menguat. Menimbulkan ringisan yang semakin terdengar menyedihkan. Dan semakin menguatkan niat seseorang untuk mengintip, lalu menyaksikan apa yang ada di dalam toilet itu. Perlahan pintu di tarik, memperlihatkan ketiga gadis yang pernah ia lihat tentunya. Dan Kayla, gadis itu terlihat tersiksa dengan cengkraman yang sedang Nilam lakukan. Ringisan pilu Kayla, menerbitkan rasa marah yang tak biasa. Kay mendorong pintu dengan kuat. Membuat suaranya berdebum, sehingga kedua gadis itu menatap kaget padanya. "Lo ngapain ke toilet cewek?!" Pertanyaan yang Nilam lontarkan, tak membuat laki-laki itu membuka kedua mulutnya. Ia hanya melirik sekilas pada kedua gadis kakak kelasnya tersebut. Lantas bepindah pada si gadis yang menatapnya penuh dengan keterkejutan. Kay tersenyum kecil, ia menatap kedua mata coklat yang terlihat sayu itu tanpa henti. Kemudian segera meraih tangannya tanpa aba-aba. Lalu menariknya keluar, setelah menatap tajam pada kedua gadis menyebalkan di sana. Kemudian... "Sekali lagi lo sentuh dia, lo gue keluarin dari sekolah ini!" Ada yang kedua gadis itu lupakan. Kalau Mutiara Bangsa ini, orang tua Kay lah pemiliknya. *** Memilih tangga belakang sekolah yang sepi. Kay membawa Kayla ke tempat itu. Menyudutkannya penuh kesal. Seolah di sini gadis itulah yang bersalah. "Ini udah berapa jam, lo gak bales pesan gue!?" Bersidekap d**a dengan tatapan tajam. Tepat di kedua manik coklat itu. Kay membuat Kayla tak bisa bersuara. "Kemarin kenapa pergi? Gue niat bantuin lo. Eh, lo malah tinggalin gue sendiri. Maksud lo apa? Lo itu enggak ngehargain gue, tau gak sih?" Kalau di tanya seperti itu, Kayla tentu saja tidak punya jawaban apa-apa. Iya, apa yang di ucapkan Kay itu benar. Tidak seharusnya Kayla pergi secara diam-diam seperti kemarin. Itu sama saja, Kayla tidak menghargai Kay. Menelan salivanya kuat-kuat, itu yang di lakukan Kayla, sebelum menjawab pertanyaan cowok tampan di depannya. "Maaf Kay, gue cuma enggak enak sama lo. Kemarin lo bantuin gue." Memilih menunduk, dan menghindari tatapan Kay. Kayla menarik napas lelah. Menurut Kay, jawaban Kayla ini aneh. Seharusnya kalau ia merasa tidak enak. Boleh lah, Kayla memberikan sedikit perhatian. Memberikan minum, atau menyeka keringatnya, eh. Ok, untuk yang kedua itu sepertinya berlebihan. "Dan semalem, kenapa lo gak gabung di grup chat?" Tatapan tajamnya sedikit melembut, Kay merasa kalau Kayla mulai tidak nyaman. Nah, Kayla mulai bingung. Tatapan Kedua mata coklat gadis itu berlarian ke sana ke mari. Mencari jawaban tepat agar laki-laki tampan di depannya tidak curiga. "Gue gak pegang ponsel." Dengan pelan dan wajah menunduk, Kayla menjawab. Membuat si tampan di depannya mendengus tak percaya. "Ok, lalu kenapa pesan gue gak lo bales? Sampai pagi, sampai saat ini. Apa yakin lo masih gak pegang ponsel?" Memilih diam karena bingung. Kedua tangan lentik Kayla terlihat mencengkram ujung roknya. Tapi kemudian Kayla menengadah. Menatap si tampan yang memang lebih tinggi darinya. "Kay, gue cuma bingung. Gue ..." "Kay!" Panggilan seseorang membuyarkan kecemasan Kayla. Dan mengalihkan tatapan lekat kedua mata menawan itu pada objek lain. Membuat Kayla menarik napas lega. Haaahhh! Memegang dadanya yang bertalu ribut. Bahkan sampai terasa sesak. Kayla kembali menegakan dirinya yang sempat Kay dorong ke dinding tembok itu. "Ada apa?" Si tampan memutar dirinya. Menghadap pada sumber suara. Lysa di sana tersenyum padanya kemudian menghampiri. "Aku nyari kamu ke mana-mana?" Sedetik menatap Kayla, kemudian beralih pada mahluk tampan di depannya. Lysa mulai berceloteh manja. "Aku lagi ada perlu, kamu baru dateng?" Kay mengusap kepala gadis itu. Lysa mengangguk, "Iya, kamu mau anterin aku ke kelas?" Ia bergelayut manja. Si tampan menoleh pada Kayla, menatapnya beberapa detik. Kemudian kembali beralih pada sang pacar. "Iya, ayo." Meraih tangan itu lembut. Kemudian membawanya pergi. Menyisakan desahan napas lega, dari Kayla saat ini. *** Pelajaran sudah dimulai. Semua murid mulai membuka buku, dan menulis catatan yang ada di papan tulis. Hari ini para guru sedang ada rapat. Sehingga beliau hanya memberikan tugas mencatat. Agar para murid itu tidak berisik. Kayla menulis fokus sesekali menatap pada papan tulis di depan. Tanpa ia sadari, dari arah bangku lain. Kay sedang menatap padanya. Kay masih belum puas dengan jawaban gadis itu. Kalau saja tidak ada Lysa tadi, mungkin ia akan memaksa gadis itu untuk menjawabnya. Meski sekali lagi mereka harus berdebat. "Kalau suka, bilang. Kalau rindu, hampiri. Jangan cuma di pelong!" Suara pelan menyebalkan dari Regi. Membuat Kay memutar kedua bola matanya jengah. Kemudian di susul dengan sikutan tajam. "Adauuuwww!" Teriakan menggelikan khas di sengaja Regi. Menghadirkan tatapan dari murid seisi kelas, termasuk Kayla. "Bacot!" Balas Kay, manatap tajam Regi lalu menyadari kalau dari arah bangku lain ada yang menatap padanya. Hingga kedua mata gelap itu berubah melembut dan membalas tatapan si gadis. Namun sayang, si gadis lebih dulu mengalihkannya. Lo aneh... __bisik Kay, di dalam hatinya. "Lo tuh harusnya jujur. Gue sumpahin, si Kayla di embat si Rangga!" "Emang dianya mau?" "Siapa?" "Si Kayla," "Ya mungkin aja, kan si Rangga playboy cap gagak. Bisa aja kan si Kayla ke goda." "Yakin?" "Emang kenapa?" "Gak yakin aja," "Emang kenapa gak yakin?" Kay terdiam, sekali lagi ia menatap pada si gadis yang di sana. Dia sedang sibuk dengan tugas mencatatnya. Beda dengan dirinya. Ia memilih mendengarkan musik. Lalu asik dengan dunianya. Menarik kembali tatapannya. Kay menatap screen ponselnya. Mengubah lagu yang ia dengar. Kemudian menikmatinya kembali. "Si Nilam tadi macem-macem." "Macem-macem gimana?" "Dia bully si Kayla." "Para cewek emang kaya gitu," "Cewek gue enggak." "Nah, ini yang bikin gue kesel dari lo." "Apa?" "Lo tuh, pacaran sama si Lysa. Tapi matanya nyolong si Kayla terus. Kan gue aneh." Keluhan Regi tak membuat wajah tenang Kay berubah. Ia malah memejamkan kedua matanya. Kemudian bersandar pada kursi di belakangnya. Menghadirkan decakan kesal dari Regi, karena kalimatnya yang tidak digubris. "Jadi siapa yang lo suka?" Kedua mata menawan itu kembali terbuka. Lalu menatap Regi sekilas dengan malas. Namun ia amat yakin, kalau sahabatnya itu akan terus mengoceh. Jika pertanyaannya tidak di jawab. Kay menarik napas dalam, lalu... "Gak penting! Gak usah kepo!" Kembali memilih menutup kedua mata indah itu. Sebelum ia menatap pada si cantik di sana. Dan menghadirkan senyuman di kedua bibirnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN