"Nah, kalau gue jadi lo. Gue bakal bikin kuburan sendiri, biar hilang malunya! Lagian, jadi cewek ceroboh banget."
"Udah deh, enggak usah bahas yang kemarin. Gue itu udah mau lupain, gak kasihan lo sama gue?"
Sasil mengetuk - ketukan telunjuk ditangannya. "Bagaimana ya? Kasihan enggak ya?"
"Ngeselin emang." Kayla menoyor kening temannya itu. Mereka terus saja saling berceloteh di koridor, sampai seseorang menghentikan langkahnya.
"Lho, Kayla!"
Suara itu berasal dari seorang laki - laki yang sepertinya pernah Kayla kenal. Membawa kedua kaki gadis itu, melangkah mendekat. "Kak Juna ya? Ngapain kak di sini?"
Laki - laki yang dipanggil Juna itu merenggut, "Ya sekolah atuh La. Emangnya ngapain lagi? Pertanyaan lo tuh aneh - aneh aja."
"Iya, tapikan bukannya dulu di Garuda?"
Setahu Kayla, Kakak kelasnya sewaktu di SMP yang bernama Tirta Arjuna itu memang sekolah di Garuda. Sekolah SMA yang berada lebih dekat dengan rumahnya Juna.
"Iya, tapi gue pindah."
"Kenapa?"
"Mau aja sih, biar bisa dapet temen baru."
Kayla mengangguk, "Owh... " ke asikan ngobrol, membuat Kayla lupa. Kalau Sasil sedang bersamanya. "Eh, ini temen gue, Sasil. Kenalin deh,"
Sasil mengangguk dengan senyuman tipisnya. "Halo Kak, gue Erika Saskia. Cuma si oneng ini, manggilnya Sasil."
Lalu Arjuna membalas anggukan itu. "Tirta Arjuna."
Setelah saling berkenalan. Merekapun mengobrol bertiga menuju kantin. Terlihat para siswi Mutiara yang melirik ke arah Arjuna. Tentu saja, karena cowok itu memanglah tampan.
"Tuh cowok boleh juga!"
"Lah, palingan ujung - ujungnya di embat si Kayla!"
"Iya, udah Kak Rangga, Kaynya gue, eh, ada anak baru malah di paling juga!"
"Si kayla sekali - sekali meski dikerjain nih!"
"Emang kalau otak b*****t mah kaya gitu!"
"Kemarin nih, ya. Dia pura - pura pingsan. Kayanya pengin di bopong sama di Kay!"
"Kalau gue jadi si Sasil, gue bakal jauh - jauh deh, dari cewek itu. Merugikan soalnya! Cowok mana aja dia embat!"
"Emang kalau cewek murahan mah kaya gitu, kanan kiri ok!"
"Mending kalau cakep. Wajahnya pas - pasan tau!"
"Lah! Di banding kak Nilam. Ya cantikan dia lah!"
"Itu si Kayla pake pelet kali!"
Duh kenapa Kayla ingin sekali menyumpal mulut para penggosip itu sampai mampus.
"Gak usah di denger." Arjuna malah menggandeng gadis itu. Membuat mereka yang sudah nyinyir tambah nyinyir.
Arjuna, Sasil dan Kayla duduk di kursi yang kebetulan kosong, di sudut ruangan kantin, bagian kanan.
"Lo berdua mau pesen apa? Gue bakal traktir kalian. Anggap saja, sebagai perkenalan kita."
Arjuna menatap pada dua gadis itu secara bergantian.
Kayla dan Sasil saling melirik, kemudian "He... kebetulan gue lagi boke." Celoteh Sasil malu - malu terlihat menyebalkan.
"Malu - maluin gue lo!" Kayla menodorong kepala sahabatnya itu. Sedangkan Arjuna, dia hanya terkekeh saja. "Ok, gak apa - apa La. Gue seneng punya temen baru."
"Tuh kan, kak Arjuna aja gak protes!" Sasil menjulurkan lidahnya ke arah Kayla.
"Lo tunggu di sini ya, biar kita pesenin." Arjuna segera menarik tangannya Kayla untuk ikut bersamanya. "Ayo La,"
Baiklah, sepertinya kali ini Kayla benar - benar sedang menjadi sorotan utama. Laksana si upik abu, sama si Arjuna tampan. Itu yang dikatakan para murid perempuan di sana. Sepertinya, mereka ingin sekali menyiram gadis itu dengan kuah bakso yang penuh dengan sambel cabai. Biar wajah jelek Kayla semakin ancur, katanya.
Lalu dari arah lain, Kay melihat pemandangan itu dengan tatapan datarnya.
"Waduh! Sepertinya doi sudah di tikung!" Regi mulai berceloteh.
"Kan udah gue bilang Kay. Si Kayla itu laris manis, cowok mana aja seneng sama dia! Lo sih, susah dibilangin!
"Dari dulu, aturan kalau suka langsung ngomong. Gak usah banyak drama, kan..."
Pakkk!
"Diem b**o!" Kay memukul kepala sahabatnya itu puas. Menghadirkan ringisan dari arah si korban.
"Mulut lo kayanya minta gue lem pake power blue ya?" Kay melirik jengah, kemudian kembali ke arah Kayla yang saat ini sedang mengantri.
Terlihat gadis itu sedang membawa nampan yang berisi tiga gelas jus. Dan di susul oleh laki - laki yang baru hari ini ia lihat. Dengan nampan berisi tiga mangkuk bakso.
Mereka berjalan ke arah meja yang sudah di duduki Sasil. Kay menautkan kedua alisnya, ketika Nilam dan teman - temannya berjalan cepat ke arah Kayla.
Mereka sepertinya memang sedang mengincar gadis itu. Kay semakin menajamkan kedua matanya. Ia yakin, akan ada sesuatu yang terjadi saat ini.
Kay segera beranjak dari duduknya. Dan berjalan cepat ke arah Kayla yang saat ini masih menuju mejanya.
Di kantin, pada jam segini. Memang sangat ramai. Para murid berlalu lalang untuk mengambil makanannya. Sudah dapat diperhitungkan, kalau mereka memang tidak terlalu peka pada sekitarnya. Ada yang tidak sengaja menghalangi langkah Kay. Ada juga yang tiba - tiba menabrak laki - laki itu. Hingga membuatnya terhenti sejenak.
Dan ....
Prankkk!
Benar saja, Kayla di tabrak oleh Nilam dan teman - temannya. Sehingga tiga gelas jus dinampan yang ia bawa. Jatuh berantakan. Menyisakan pecahan gelas, dan warna jus di baju yang dikenakan gadis itu.
Ah, Kay terlambat menyelamatkannya. Akibat dari banyaknya siswa yang berlalu lalang.
"Uppps sorry!" Ujar Nilam santai, kemudian segera bernjak pergi. Tanpa meminta maaf ataupun membantu Kayla.
Arjuna yang berdiri di belakangnya, segera meletakan bakso di meja kosong yang kebetulan pemiliknya sudah selesai.
"Duh, lo..."
"Ikut gue!"
Tiba - tiba Kay menarik Kayla. Tanpa memberi kesempatan pada Arjuna, untuk menyampaikan rasa simpatiknya.
"Eh, Kay. Apaan sih?"
Meski berusaha menarik tangannya. Tentu saja Kayla tidak akan bisa mengalahkan tenaga laki - laki itu.
Terus berjalan, meski Kayla terus memanggilnya kesal. Terus menggenggamnya kuat. Meski sudah berapa kali Kayla berusaha menariknya.
"Kay!"
Sampai berada di depan toilet. Baru Kay melepaskannya.
"Lo tuh, kenapa sih?" Kayla menetralkan napasnya. Karena mengejar langkah panjang Kay.
Bersidekap d**a, Kay menatap lurus. "Lo lagi di incar banyak orang! Si Nilam itu sengaja!"
Kayla merapikan rambutnya yang acak - acakan. "Gue enggak peduli! Gue enggak ngerasa salah!"
"Bukan karena lo gak salah. Tapi harusnya lo peka!"
"Apaan deh, gue males bahasnya. Gue lapar! Udah dulu ya."
"Gue belum selesai ngomong!" Kay kembali menariknya. "Jangan asal pergi!"
"Lo itu ribet banget sie Kay!"
"Dia siapa lo?"
"Dia, siapa?"
"Cowok yang tadi?"
"Dia Kak Arjuna. Temen SMP gue."
"Cuma temen?"
"Iya."
"Terus kenapa lo mau digandeng?"
"Dih, itu karena..."
"Murahan!"
"Apa?"
"Kata mereka lo murahan! Jangan mau digandeng cowok kalau bukan siapa - siapa!"
"Kenapa lo jadi yang marah?"
"Gue cuma ngingetin!"
"Enggak ngerti gue!" Kayla kembali membalikan dirinya.
"Kayla! Gue belum selesai ngomong!" Dan Kay mengikutinya dari belakang. "Kan udah gue bilang, kalau gue belum selesai ngomong. Jangan ditinggalin!"
"Bosen gue denger ocehan lo!" Sahut Kayla, tetap melangkah.
"Tapi gue benerkan? Gue itu ngingetin lo!"
"Tapi ini bukan urusan lo Kay!"
"Emang sih? Tapi..."
"Shut up!" Membalikan dirinya secara refleks. Lalu menutup mulut bawel itu."Lo enggak usah ikut campur urusan gue. Karena gue pun enggak pernah ikut campur sama urusan lo.
"Mau lo deket sama siapa? Mau lo pacaran sama Lysa. Gue enggak berisik kan?"
Mematung!
Kay saat ini seperti arca yang berada di sebuah candi. Bukan karena kalimat yang diucapkan Kayla padanya. Tapi karena tangan lembut itu, yang menempel tepat di kedua bibirnya.
Rasanya lembut sekali.
Wangi sekali.
Dan...
Kay suka sekali.
Ingin lebih lama lagi Kay dalam posisi ini.
Deg! Deg! Deg!
Eh,
Kayla segera menarik tangannya. Sepertinya ada yang salah dengan pergerakan dirinya.
"Lo..." Kayla sejenak terdiam. Kenapa ia jadi gugup setelah menyadari posisinya saat ini.
"Intinya gak usah ikut campur!"
Kayla kemudian kabur, dan berjalan cepat kalang kabut. Membuat si tampan mengulum senyumnya.
Jadi rasanya seperti ini....