Memilih berjalan ke arah belakang sekolah, Kayla duduk di bangku dekat taman itu. Menatap bunga yang berwarna - warni dengan sesekali menarik napas dalam.
Di sini ia sendiri, tidak akan Ada yang mengganggunya. Tidak akan ada pemandangan yang menyesakan dadanya. Kayla membuka ponselnya, kemudian memainkan sebuah permainan piano lagu kesukaannya.
Sementara di kelas, para murid kelas 10 Mifa 1 itu sudah pada masuk. Meski jam belum menunjukan pukul 07.30 mereka memilih terdiam di kelas. Walaupun yang dilakukannya hanyalah mengobrol.
Dan seorang laki - laki tampan terus saja menatap pada bangku kosong yang belum terisi. Biasanya, gadis itu akan duduk di sana walaupun kelas belum waktunya masuk.
"Kayanya dia enggak masuk deh, Kay!"
Ah, temannya yang satu itu memang selalu tahu apa pun yang sedang dilakukannya. Menyebalkan!
Memilih menoleh pada Regi. Kay memberikan tatapan lesernya. "Dia siapa Hah!"
Karena sikap Kay yang tidak mau mengaku seperti biasanya. Regi jadi tertawa nikmat. "Kay, kalau udah ketahuan tuh, gak usah pura - pura b**o Kay! Geli gue."
"Ya udah, garuk aja kalau geli!"
"Gatel Kay, yang di garukmah!"
"Serah lo dah,"
Mereka terus saja berceloteh. Sampai Sasi datang, gadis itu menatap penuh tanya pada Regi Dan Kay. "Si Kayla kemana dah? Ko gak Ada?"
"Lo orang kedua yang tanya, soalnya tadi---"
Pakkk!
Pukulan nikmat tepat dikepalanya Regi. Sudah pasti kalau pelakunya Kay. Laki - laki itu tidak mau Regi semakin membocorkan rahasia memalukannya itu.
"Astagfirullah. KAY! GILA SAKIT!"
Sebagai tersangka yang hebat. Kay hanya terdiam dengan wajah watadosnya. Dan Sasi, ia menatap takjub pada keduanya. Kemudian berjalan ke arah bangkunya.
Hari semakin siang. Salah satu Guru sudah memasuki kelas. Beliau seperti biasa menyapa para murid. Kemudian melihat bangku satu - persatu untuk melihat kehadiran murid - muridnya.
Berakhir pada bangku yang di duduki Kayla. Bu Guru bertanya pada Sasi, "Eh, bangku ini ko koso..."
Tok... Tok ... Tok...
Belum selesai kalimat yang akan diutarakan si Ibu, Kayla sudah berdiri di ambang pintu. Berhasil membuat Bu Guru menurunkan tangannya dan memutar ke arah pintu.
"Eh, Nak Kayla? Tumben telat?"
Kayla masuk, "Maaf Bu, masih boleh masuk kan?"
Bu Guru tersenyum. "Boleh ko, ayo masuk."
Merasa ditanggapi positive. Kayla pun masuk dan segera duduk di kursinya.
"Lo dari Mana aja?" bisik Sasi.
"Dari taman?" Jawab Kayla dengan nada berbisik pula.
"Lah, ngapain?"
"Ya duduk aja."
"Ikhhs, dasar lo!"
Kayla tidak menjawab. Ia hanya terkekeh kecil, kemudian segera mengambil bukunya dari dalam tas. Rasanya, ingin sekali ia menoleh ke samping. Pada laki - laki yang kemarin memberikannya perasaan sesak.
Tapi tidak, Kayla tidak boleh melirik.
***
Istirahat tiba, Kayla dan Sasi ke kantin. Di sana terlihat ramai sekali. Berbeda dari biasanya. Mereka berjalan dengan penuh tanya. Awalnya kedua gadis itu akan mengantri ke arah stand tukang bakmi. Ketika Rangga menghampiri, dan memberikan sekuntum bunga mawar.
Hal itu, membuat Kayla terdiam dengan mengerjap beberapa kali.
"Kayla Monika. Jadi pacar gue ya?"
Ap - apa katanya?
Kayla malah melirik Sasi, dan meminta solusi. Lucunya, yang di lirik malah menggeleng bodoh. Kembali melihat laki - laki dengan sekuntum bunga Dan coklat di salah satu tangannya yang di bungkus kotak berbentuk hati.
Kayla malah menggigit bibirnya serba bingung.
Lalu karena merasa gadis cantik di depannya malah kikuk. Rangga memilih bergerak cepat. Ia meraih tangan Kayla dan meletakan bunga itu di sana.
"Gue emang gak se kaya Marck Zuckerberg. Atau seromantis puisinya Sapardi Joko Damono. Tapi gue punya hati yang siap buat lo. Gue enggak akan pernah nyakitin lo. Kayla..."
Duh, tunggu! Tunggu! Kenapa mendadak panas dingin? Kayla gemetar. Apalagi, ketika suasana kantin mulai riuh.
"Terima aja La! Dari pada lo Jones!
"Dih, si Kayla ko ngambil cowoknya Kan Nilam!"
"Eh, pura - pura kaget lo. Bukannya lo suka Kak Rangga? Muna lo!"
"Ya Allah... Kenapa pelakor berada di Mana - Mana? Sedih dedek jadinya!"
"Terima aja lah! Kan sudah terlanjur jadi pelakor!"
"Eh, kalau si Kayla nerima Kak Rangga. Apa kabar Kay dong?"
"Emang mereka pacaran?"
"Enggak!"
"Wihh! Wajah pas - pasan bisa dapetin Kak Rangga. Apa rahasianya tuh!"
Dan masih banyak lagi celotehan menyebalkan mereka. Menghadirkan terikan napas resah dari Kayla.
***
"Udah sembuh belum lo?" Regi bertanya pada Kay. Dan yang di tanya malah menggeleng saja.
"Lo enggak pernah traktir gue ya Kay? Sekali - sekali traktir dong,"
"Cowok ko minta ditraktir. Ubah dulu kelamin lo! Baru gue traktir!"
"Sinting!"
Regi menggerutu, keduanya memasuki kantin. Ketika melihat Kayla yang sedang berdiri di tengah - tengah kantin. Lalu Rangga yang memegang bunga, lengkap dengan coklat. Dan kalimat romantisnya.
"Widih! Si Rangga nembak si Kayla tuh, kayanya!"
Kalimat yang di utarakan Regi, tak ayal membuat kedua mata elang milik Kay. Langsung berlari pada gadis yang saat ini terlihat bingung di sana.
"Gila! Bukannya baru putus beberapa hari yang lalu ya, dari Kak Nilam? Sehebat apakah pesona seorang Kayla Monik..."
Kalimat Regi hilang begitu saja. Ketika melihat Kay berjalan dengan langkah lebarnya ke arah tempat pernyataan cinta itu.
Melewati meja - meja yang berjejer. Menjadi pemandangan nikmat para gadis - gadis di sana. Namun tatapan tajam Kay, tetap berfokus pada si gadis di tengah kantin sana.
Berakhir tepat di depannya Rangga. Kay menepuk pelan lengannya, lalu...
"Eh, Kak Rangga? Ini apa Kak?" dengan tidak sopannya. Kay merebut coklat di tangan kiri Rangga. Menghadirkan tatapan tidak senang dari sang pemiliknya.
"Waw! Coklat! Kayanya enak banget, Kak. Boleh..."
"Apaan sih lo!"
Hampir saja Kay memasukan coklat itu ke dalam mulutnya. Rangga segera merebut kembali dengan penuh amarah.
"Hehe... Maaf Kak, habis gue juga mau!" Tanpa bersalah Dan meminta maaf. Kay malah terkekeh, lalu sekilas menatap si cantik yang saat ini masih terdiam.
Kembali melirik Rangga. Kay berkata. "Jangan nembak dia Kak, dia bau kentutnya! Dan lagi.... Coklat enggak bagus buat dia, nanti kentutnya tambah bau..."
Meski berbisik. Kayla tetap mendengarkan kalimat laki - laki itu. Tidak mau berdebat, Kayla meninggalkan keduanya keluar kantin. Diikuti oleh Sasi dibelakangnya.
***
"s****n si Kay!"
"Lo marah? Enggak jadi jadi pacarnya Kak Rangga?" Sasi bertanya, saat ini keduanya sudah di taman belakang.
"Bukan!"
"Terus?"
"Ya, masa, gue dibilangin bau ken..."
"Emang bau kentut kan!"
Suara lain datang, berhasil membuat Kayla memutar dirinya dengan mendelik kesal. Si tersangka kini sudah hadir di depan matanya. Lalu karena merasa kesal sudah di ubun - ubun. Kayla memukul bahu Kay kuat.
"Lo itu bikin malu gue, tau gak sih!"
Mengusap bahunya, Kay malah tersenyum. "Jadi malu sama Rangga?"
Senyuman menyebalkan Kay cukup membuat debaran hebat di jantungnya. Kayla memilih mengalihkan tatapannya ke arah Sasi. Tapi yang mau di tatap malah menghilang entah kemana.
Sial! Sasi pasti pergi diam - diam. Memang teman yang kurang ajar!
"Lo suka dia nembak lo?"
Beralih pada laki - laki di depannya. Kayla mendengus jengah, "Bukan urusan lo!" Ketusnya.
Merasakan aura tidak enak dari gadis cantik di depannya. Kay berjalan mendekat. Ingin melihat lebih lekat, kedua mata cantik itu.
"Apaan sih! Deket - deket!"
Karena jantungnya tak mau berhenti bertalu, Kayla jadinya keki. Namun si tampan menyebalkan itu, malah perlahan meraih kedua bahunya agar posisinya tetap di sana.
Menatap kedua mata itu, dan menguncinya. Sehingga Kayla tak mampu mengalihkan tatapannya ke arah lain.
"Cowok yang beneran suka sama cewek. Dia enggak akan tega jadiin lo pacar, cuma karena alesan, dia pengin jagain lo. Cowok yang cinta sama lo. Dia akan jagain lo, tanpa harus jadi pacar lo."
Dia bakal jagain lo tanpa harus ngiket hati lo. Karena dia pengin lo fokus belajar. Dan pacar, sebenernya cuma kamuflase dari cara cowok agar lukain hati lo, atau bahkan raga lo!
Karena cowok yang cinta sama lo. Dia bakal datang pada saat yang tepat. Saat dia mampu bawa lo masuk ke kehidupan yang sebenernya. Dan itu bukan pacar."
Kalimat panjang itu. Mampu membuat Kayla menganga. Sampai tidak sadar, kalau Kay sudah berlalu pergi. Setelah mengusap pipinya amat lembut.