BAB 05

1556 Kata
Cassie mengajak Alex untuk berjalan di taman belakang rumahnya. Meski Alex berpikir lebih baik dirinya pulang, namun Cassie menarik lengan pria itu agar menghirup udara segar bersama-sama. “Yang tadi itu gak cukup bagus kan, kak?” Meski Cassie sudah tahu jawabannya, ia tetap ingin mendengarkan pendapat Alex. “Kalau aku boleh jujur ya kak, tadi kakak gak berdedikasi apa pun.” “Maksud kamu?” Alex meminta penjelasan dari ‘tidak berdedikasi’ menurut Cassie. “Harusnya kak Alex meyakinkan keluarga aku.” “Kalau aku jadi keluarga kamu, aku juga gak bakal yakin kita akan menikah.” Cassie berdecak. “Kak Alex nyebelin.” Alex diam saja. “Seharusnya mereka langsung kasih restu karena udah kenal kak Alex dari dulu.” Cassie memberikan pendapatnya. “Bukannya dikasih restu, aku malah dapet death threat dari Arik.” Sepanjang makan malam tadi Alex tidak nyaman dengan tatapan Arik yang benar-benar tidak suka dirinya dekat dengan Cassie. “Kak Alex takut sama kak Arik?” “Bukannya takut, tapi aku menghormati Arik.” “Aku yakin kak Arik nantinya akan setuju, kalian kan temenan.” Cassie percaya diri. “Kalau keluarga kakak gimana? Kak Alex akan bilang?” “Tentu aku akan bilang kepada orangtua aku, Cassie. Kamu gak usah cemas, mereka akan setuju dengan siapa saja aku menikah.” “Karena kak Alex udah tua ya?” Cassie berbicara dengan ekspresi polos. Astaga, wanita ini... “Aku gak setua itu, Cassie.” Alex menjelaskan bahwa dirinya seumuran dengan Arik. 35 tahun. Lalu Cassie menghentak-hentakan kakinya dan terlihat begitu kesal. “Gagal deh!” “Apanya? Dapet restu keluarga kamu?” “Itu juga gagal, tapi ada hal penting yang ikut gagal.” “Kamu mau jelasin ke aku apa yang gagal?” “Foto bersama saat makan tadi.” Kening Alex mengerut. “Buat apa foto bersama?” “Mau aku kirim ke grup alumni supaya Tavisa Wyne lihat.” Cassie blak-blakan. Alex mencerna dan menemukan jawaban. “Kamu bener-bener pengen bales dendam sama Tavisa?” “Of course. Alasan aku mau menikah sama kak Alex kan memang itu. Sekarang aku harus mikirin gimana cara lain untuk nunjukin ke Tavisa bahwa kita memang calon suami istri yang paling serasi sejagat raya.” “Kamu akan memamerkan aku? Seperti barang, begitu?” “Seperti calon suami, kak Alex.” Alex biasanya selalu bisa mendebat siapa pun di persidangan tapi berbicara dengan Cassie membuat batrai di tubuhnya menurun cepat. “Lalu apa rencana kamu selanjutnya?” “Kak Alex juga berpikir dong!” Cassie protes, tidak mau kerja sendiri. “Berpikirnya besok aja, gimana? Aku pengen pulang dan istirahat.” Alex membutuhkan tidur karena ia masih harus bekerja besok meninjau kasus kliennya yang akan merebutkan hak asuh anak. Alex belum sempat membaca berkas-berkasnya karena Cassie Irvadia Hartono yang sangat cantik ini mengundangnya makan malam dengan suasana paling awkward sedunia. “Selamat malam, Cassie.” Alex berdiri di depan wanita itu yang memasang ekspresi bahwa ia sedang berpikir keras. Alex terkekeh, lalu mengetuk pelan dahi Cassie dengan telunjuknya. “Udah, berpikirnya dilanjut besok, sekarang kamu istirahat.” “Kita harus bikin rencana, kak Alex.” “Iya, next day, okay? Cassie mengangguk. “Okay.” Alex menyunggingkan senyum, mengacak-acak rambut Cassie lalu berkata, “Kakak pulang ya.” *** To: Alexander Madava From: Cassie Irvadia Hartono Subject: PENTING!! CALON SUAMI, TOLONG DIBACA!   Karena kita kurang persiapan, semalam jadinya sedikit berantakan. Tapi aku (Cassie, calon istri kak Alex) adalah wanita cerdas, jadi aku punya banyak rencana agar semua orang percaya kita akan menikah. 1.      Sering bertemu. (Ini harus, contoh paling sedehananya makan bersama—iya gak sih?) aku akan ikutin jadwal kak Alex untuk ini, tenang aja. [ps; aku suka belanja, jadi tolong kak Alex juga harus luangin waktu untuk nganterin aku belanja. Pasangan yang baik memang gitu kan?]   2.      Kak Alex harus bicara sama papa dan kak Arik. Kita harus meyakinkan mereka. Ayo semangat! Kita pasti bisa!   Soal mama atau nenek aku, tenang aja mereka percaya kalau aku cinta sama kak Alex. Aku bilang ke mama udah suka kakak sejak SMA. (jangan ge-er, aku gak suka sama kak Alex)   Tapi papa kayanya curiga ada yang gak beres dan kak Arik bener-bener nyebelin. Dia pikir aku hamil makanya pengen niakh cepet. Hamil?? Like what the fuuuuck????   Kalian temenan sejak kecil, tolong selesaikan berdua yaah. Aku gak mau bantu ah kalo soal kak Arik, maleees.   3.      Kalau kak Alex mau mengenalkan aku ke orangtua kak Alex, aku bersedia. (Mereka udah kenal aku tapi bukan sebagai calon istri. Jadi, ini perlu untuk formalitas dan aku pengen terlihat seperti menantu yang baik. Kak Alex ngerti kan?)   4.      Pastinya akan ada banyak acara seperti acara amal atau yang lainnya, dan kita harus datang berdua. Kak Alex jemput aku di rumah.   5.      Aku pengen Tavisa lihat aku dan kamu sebagai pasangan yang paling bahagia. Jadi kalau ada si ratu ular itu dimohon agar kakak berakting mesra sama aku. Oke?? AKU PENGEN TAVISA WYNE NANGIS-NANGIS KARENA GAK BISA MENIKAH SAMA KAK ALEX. HAHAHAH!   Sekian ide dari aku. Kalau kak Alex punya tambahan, let me know. Jangan cuma dibaca, tolong resapi. Dari Cassie, calon istri kamu. * Alex pernah mendapatkan beberapa klien yang aneh dan Alex tahu manusia itu banyak macamnya. Tapi Cassie benar-benar di luar perkiraannya.  Apakah ini normal mengirim email berisi cara menjadi pasangan yang saling mencintai?  Cassie sepertinya memiliki tekad yang kuat terlihat dari capslock di poin kelima. Email yang dikirmkan Cassie terlihat konyol namun Alex membacanya sampai habis. Mungkin Alex juga sudah ikutan menjadi konyol gara-gara bergaul dengan Cassie. “Sir,” Aulia, sekretarisnya mengetuk pintu. “Ada tamu untuk Anda.” Seingat Alex tidak ada jadwal bertemu dengan siapa pun hari ini. Semua kliennya berbicara di telepon karena mereka terlalu sibuk untuk bertatap muka. “Suruh masuk, Aulia.” “Baik, Sir.” Pintu ruangan Alex kini terbuka menampilkan seorang perempuan dengan blazer berwarna abu-abu. Rambut panjangnya sengaja digerai dan caranya tersenyum kepada Alex adalah jenis senyuman yang biasa ia dapatkan dari para perempuan yang tertarik kepadanya. “Tavisa Wyne,” Alex menyapa selayaknya seorang gentleman. Ia berdiri dari kursi kerjanya untuk menghampiri Tavisa. “Hai, Alex, apa aku menganggu kamu?” Tavisa masih tersenyum kepada Alex.      “No,” ujar Alex lalu ia mempersilakan Tavisa duduk di sofa. “Apa ada hal yang penting sampai kamu ke kantor saya?” Tavisa duduk di sofa lalu menatap Alex, “Aku cuma mau ketemu sama kamu karena seingat aku kita punya janji kencan yang belum terwujud, benar?” Terakhir mereka berdua bertemu yaitu saat makan malam bersama ibunya Alex dan Alex ingat bahwa ia akan mengajak Tavisa makan malam hanya berdua lain kali. Namun itu sebelum Cassie datang kepadanya dan menciumnnya di J’Land lalu mengajak menikah.                     “Apa kamu lupa?” Tavisa meminta jawaban. “Saya ingat.” Tavisa senang mengetahui Alex memikirkan janji kencan itu. “Lalu kenapa kamu nggak menelepon aku, Alex?” “Saya rasa saya gak bisa melakukannya."   “Kenapa?” Ekspresi Tavisa berubah. “Jangan bilang apa yang terjadi di J’Land adalah penyebabnya.” “J’Land?” “Cassie Irvadia Hartono mencium kamu di J’Land.” Tavisa tampak membenci topik ini terdengar dari suaranya. Sejak ia datang ke kantor Alex, sebisa mungkin ia tidak ingin membahas ini namun sepertinya alasan Alex tidak ingin kencan dengannya berhubungan dengan kejadian di J’Land. “Jadi kamu melihatnya?” Sebelah alis Alex naik. “Ya. Semua orang melihatnya, Alex.” Tavisa sangat benci kepada Cassie yang tidak punya harga diri. “Cassie benar-benar tidak sopan, iya kan?” “Kenapa menurut kamu dia tidak sopan?” Alex ingin tahu dari berbagai pihak. Sebab Tavisa dan Cassie sama-sama memiliki dendam, sepertinya. Dan Alex harus terjebak pada dendm masa lalu dua wanita cantik. “Mencium kamu sembarangan," ujar Tavisa “Menurut saya Cassie tidak salah.” Tavisa tidak mengerti. “Jelas itu salah. Orang-orang akan berpikir kalian punya hubungan.” “Kami memang punya hubungan.” “Apa?” Tavisa menajamkan pendengarannya. “Aku dan kamu—keluarga kita—udah membicarakan pernikahan, Alex.” “Maaf Tavisa tapi sepertinya hanya kamu yang menganggap itu pembicaraan pernikahan. Apa saya pernah bilang setuju?” Alex berkata sangat tenang. Untuk sesaat Tavisa kehilangan kata-katanya. “Aku gak mengerti, Alex. Tiba-tiba kamu dan Cassie punya hubungan?” “Saya mengenal Cassie sudah lama sekali, ini bukan tiba-tiba.” “Tetap tidak masuk akal!” Tavisa sangat kesal dengan jawaban Alex. “Kalau kamu punya hubungan dengan Cassie kenapa kamu setuju dikenalkan kepada aku oleh mama kamu? kamu bohong, Alex.” “Saya hanya menghormati undangan makan malam dari ibu saya.” Sekalipun Alex tidak ada rencana menikah dengan Cassie, itu adalah jawaban yang benar. Ibunya sangat giat mengenalkan Alex dengan perempuan, jadi sebenarnya acara pertemuan dengan Tavisa tidak spesial sama sekali. “Maaf karena kamu berpikir seperti itu.” “Apa kamu akan menikah dengan Cassie?” Alex mengangguk. Memang itu kan perjanjiannya dan Cassie? Namun Tavisa tak perlu tahu. “Kenapa harus Cassie? Dari sekian banyak perempuan kenapa harus Cassie?” Tavisa seperti berbicara dengan kemarahannya sendiri. “Apa karena nama belakangnya? Apa karena Cassie dari keluarga Hartono?” Tavisa mendengus. Lalu Tavisa menatap Alex serius. “Alex, aku berharap kamu memikirkan ini lagi. Aku benar-benar ingin mengenal kamu. apa masih ada kesempatan untuk aku?” [] - Hai, apa kabar semuanya?. Follow my **; galeri.ken
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN