Part 22

1000 Kata
Semuanya kembali seperti semula. Atan telah minta maaf ke Naya dan kembali menjadi sahabat cewek itu. Walaupun Naya gak pernah menganggap persahabatannya dengan Atan pernah terputus sebentar. Kadang memang harus memberi jarak sedikit agar kita bisa menyadari betapa berharganya orang itu. Dan itu yang Atan dan Naya rasakan. Mereka satu sama lain sebenarnya telah saling bergantung, ibaratnya udah satu paket tiba-tiba dipisahin. Jadi aneh kan? Naya pun terpaksa satu minggu gak masuk sekolah demi memulihkan lengannya yang patah, lagi. Untung aja tendangan Reina waktu itu gak terlalu keras tapi cukup membuat lengan kiri Naya nyeri lagi. Atan pun yang udah terbiasa nyatet terus dikelas karena duduk dipaling depan selalu mampir ke kamar Naya untuk memberikan catatannya ke cewek itu. Karena sebentar lagi mereka akan UAS. Sementara Bagas, Bara dan Aryo juga sering mampir kesini untuk sekedar menjenguk Naya. Hampir tiap hari Bara datang untuk ngasih Naya sebuket mawar putih, bahkan kamar Naya jadi penuh bunga mawar karena ulah cowok itu. Berkat ucapan Bara, Atan memikirkan sekali lagi tentang ucapan Fray waktu itu. Dan setelah melihat sendiri Fray seperti berkomplotan dengan lawan tanding Naya seminggu yang lalu, Atan sadar kalo cewek itu beneran licik. " Udah sono pada balik. Sekarang waktunya Atanaya time tau!" Atan mengusir teman-temannya dari kamar Naya. Naya mengulum senyum mendengar sebutan Atanaya time. Entah sudah berapa lama mereka gak melakukan ritual itu , dan suatu keajaiban karena hari ini mereka akan melakukan ritual rutin mereka. Atanaya time. " Yeeee curang lo! Kita kan jarang ketemu Naya akhir-akhir ini." ucap Bagas yang membuat Naya sedikit terharu. Naya baru sadar kalo orang-orang disekitarnya ini begitu memperhatikan dirinya. " Bodo amat! Udah sono! Minggu depan UAS juga! Sono balik terus belajar biar gue bisa nyontek!" sahut Atan yang langsung disorakin temen-temennya. Cowok itu malah cengengesan. " Ayo Nay ke balkon." Atan menarik tangan kanan Naya dan mengajak cewek itu ke balkon kamar. Mereka duduk di sofa sekarang. " Gue seneng deh akhirnya kita bisa balik kayak dulu." Naya menatap ke langit yang malam ini kelihatan mendung, bertolak belakang dengan suasana hati Naya yang sangat cerah hari ini. " Kalo dipikir-pikir gue kayak anak kecil banget ya Nay. Gara-gara ucapan Fray yang fitnah elo, gue jadi maki-maki elo didepan banyak orang." Atan mengusap tengkuknya, masih merasa sedikit canggung karena disini jelas ia yang salah. Naya menatap Atan. " Lo tau? " Atan mengangguk. " Harusnya gue bisa bedain mana yang tulus sama enggak ya. Gak belajar dari pengalaman banget gue nih. Sama kayak kasus Kanya dulu kan." Naya mengangguk membenarkan. " Lagian gue juga gak ngerti maksud Fray itu apa," ucapnya kemudian menghela napas, berusaha memecah misteri dari segala tindakan yang Fray lakukan. Atan masih gak mau membicarakan soal Fray lebih lanjut karena ia sudah berjanji dengan Bara. Cowok itu juga akan menceritakan semuanya setelah misinya selesai. Entah apa yang dia maksud tapi Atan tau Bara bukan orang jahat. " Soal perasaan lo ... " Atan memberanikan diri membalas tatapan Naya. " Gue sebenernya udah tau dari dulu." Naya tersentak. " Masa? Terus kenapa lo pura-pura gak tau?" Ia mengerucutkan bibirnya, menyangka bahwa Atan gak pernah tau soal perasaannya. Jelas malu juga tentunya. " Tapi gue menyangkalnya, Nay. Gue berusaha menyangkal kalo lo suka sama gue lebih dari sahabat. Karena dulu gue juga suka sama lo," ucap Atan sambil mengatur napasnya. " Tapi gue takut kehilangan lo Nay . Setelah kejadian soal Kanya, gue liat lo nangis. Hati gue sakit. Gue sadar gue sayang sama lo melebihi seorang sahabat. Tapi gue berusaha lupain perasaan gue ini. " Naya mengerjapkan matanya, gak percaya kalo ternyata Atan pernah menyukainya lebih dari sahabat. Berarti perasaannya pernah terbalaskan? " Kenapa, Tan? Kenapa kita gak coba? Mak ... maksudnya kenapa dulu kita gak coba?" Atan menggeleng cepat. " Gue takut kejadian gue sama lo bakal sama kayak gue sama Kanya, putus. Atau kayak gue sama Fray juga, putus. Terus gak saling berkabar lagi, gak saling sapa lagi. Gak maen lagi gak ledek-ledekan lagi . Gak bisa ngerjain lo lagi. Karena lo itu lebih berarti Nay. Jauh lebih berarti dari Kanya apalagi Fray. Lo yang utama buat gue Nay, lo sangat berarti dan gue gak mau sampe kehilangan lo seperti gue kehilangan mereka. " Atan menggenggam tangan kanan Naya dan mengusapnya dengan lembut, menatap kedua manik mata cewek didepannya yang sudah berkaca-kaca sejak tadi. " Kehilangan mereka, gue bisa bangkit lagi karena ada elo. Tapi kalo gue kehilangan elo , gue gak yakin bisa bangkit kayak biasa karena satu-satunya cewek yang menjadi alasan kenapa gue bisa bahagia adalah elo. Kalo lo pergi, gue gak punya alasan lagi buat bahagia Nay." Naya terisak , bukan karena sedih soal Atan yang melupakan perasaan padanya tapi karena Atan yang berusaha mempertahankannya melebihi pacar-pacarnya dulu. " Maaf karena gue nyalahin perasaan lo waktu itu. Gue cuma mau lo ngelakuin hal yang sama kayak gue. Sama-sama lupain perasaan kita dan menjalaninya seperti biasa. Atan dan Naya. Satu paket lengkap yang gak bakal bisa dipisahin. Tanpa harus ada hubungan pacaran gak jelas gitu. Karena lo lebih berarti dari sekedar pacar Nay," ucap Atan lagi. Ia pun menarik Naya ke dalam pelukannya dan membiarkan cewek itu menumpahkan air matanya disana. " Jadi jangan menjauh lagi ya. Jauh bentar dari lo itu bikin gue hampir jadi mayat idup tau gak." " Lo pikir gue gak gitu apa!" sahut Naya disela isakannya. " Terus lo gimana sama Dirga? Bukannya lo bilang mau kasih dia kesempatan?" Naya menggeleng didalam pelukannya. " Gue belum mau bahas soal Dirga." Ia mengelak. Atan mengangguk mengerti kemudian mengusap lembut rambut Naya. Hatinya sekarang benar-benar lega. Ia telah mengutarakan perasaannya ke Naya yang sempat tertunda. Walaupun harus saling melupakan perasaan ini sekarang , setidaknya Atan gak akan kehilangan sosok sahabat setulus Naya.  Sosok yang menjadi satu-satunya alasan Atan bahagia. Kadang kebahagiaan itu bukan berdasarkan hubungan dengan status pacaran, tapi berdasarkan dengan hubungan saling menghargai satu sama lain dan tidak pernah saling meninggalkan. Karena cinta bukan hanya ada pada orang pacaran aja, tapi orang yang sahabatan juga punya cinta tersendiri. Yang bahkan membuat mereka rela menyakiti diri mereka sendiri demi menbahagiakan sahabatnya. Tapi jauh lebih menyenangkan ketika persahabatan dengan orang yang mau saling membahagiakan. Bahkan walaupun itu harus dengan melupakan perasaan mereka masing-masing. Perasaan yang mungkin di suatu waktu hanya akan menimbulkan perpisahan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN