Kejuaraan Silat antar SMA se- DKI Jakarta.
Tahun ini giliran SMA Kusuma yang menjadi tempat berlangsungnya kejuaraan.
Lapangan indoor sudah disiapkan sebagai gelanggang. Lapangan yang memang SMA Kusuma sediakan untuk berbagai event termasuk kejuaraan silat ini.
Naya masih menunggu gilirannya untuk tanding sementara beberapa temannya ada yang sudah tanding. Pertandingan kali ini membuatnya sedikit nervous.
Walaupun Aryo dan Bagas berkali-kali menasehatinya agar tidak melanjutkan pertandingan ini karena kondisinya yang keliatan buruk, Naya tetep gak mau menyerah. Apalagi menyerah sebelum tanding.
Bahkan Bara dan kak Aldo ada disini untuk mendukung Naya. Cewek itu sudah mengenakan seragam IPSI lengkap dengan body protectornya. Karena setelah ini adalah gilirannya.
Naya melihat ke sekelilingnya berharap menemukan seseorang yang biasanya juga ada disini kalo ia akan bertanding.
Atan.
Bahkan Naya merasa semangatnya sedikit berkurang karena hilangnya satu orang yang biasanya akan meneriaki namanya sebelum pertandingannya dimulai. Bikin siapapun mencari orang yang mengganggu pendengaran mereka itu. Bahkan membuat announcer sering menegur suara Atan yang melebihi suara mereka.
" Gue yakin Atan lagi nonton tapi dia ngumpet kali," ucap Bara sok tau.
Naya terkekeh mengetahui ada yang menyadari gelagatnya.
Sementara Aldo hanya diam saja, yang ia khawatirkan adalah keselamatan Naya di gelanggang nanti. Dengan keadaan adiknya yang terlihat kacau akhir-akhir ini, Aldo tau kalo Naya sedang bermasalah. Namun ia memilih bungkam dan menunggu Naya dengan sukarela menceritakan semuanya. Bagaimanapun juga Naya udah gede, dia harus belajar menyelesaikan masalahnya sendiri.
Tentunya juga harus menjaga dirinya sendiri disaat keadaan paling kacau sekalipun. Karena pertandingan ini gak main-main.
" Naya nanti jangan sampe kalah ya. Tendang aja orangnya kalo perlu sampe gak bisa bangun lagi," ucap Bagas sambil memeragakan beberapa gerakan yang malah mengenai Aryo.
Aryo merengut kesal dan langsung mengapit leher Bagas dengan lengannya. " Gue patahin leher lo mau ?!!"
" Ampun, Yo! Gak sengaja gue sumpah!!"
Naya terkekeh ngeliat kedua sahabatnya itu. Setidaknya sedikit melegakan hatinya.
Begitu nama Naya dipanggil, cewek itu bersiap turun.
" Jangan lengah." Aldo menepuk pundak adiknya itu sebelum ia masuk ke gelanggang. Naya mengangguk.
Naya menuruni anak tangga, melewati Dirga yang saat itu telah selesai bertanding dan memenanginya, Fray jelas sedang duduk disampingnya. Sekilas Naya melihat Dirga melirik kearahnya tapi Naya pura-pura gak tau.
Naya menatap lurus ke lawan didepannya, tubuh cewek itu gak lebih besar dibanding dirinya. Malah seimbang sepertinya. Dia Reina, dari SMA Wiyana. Lawan yang cukup kuat menurut Naya karena ini kedua kalinya Naya berhadapan lagi dengan Reina.
Dari jauh, Atan memperhatikan Naya yang sudah mulai pertandingan babak pertama. Ia mulai menatap khawatir karena Lawannya Naya kelihatan mengincar lengan kiri Naya yang pernah patah. Ia jadi inget kejadian satu jam yang lalu sebelum pertandingan.
Reina bertemu dengan Fray. Entah mereka membicarakan apa tapi Fray hanya menunjuk lengan kirinya lalu tersenyum sinis.
Atan baru sadar kalo ia memang salah mencintai orang selicik Fray.
Atan juga baru tau maksud Fray menunjuk-nunjuk lengan kiri miliknya ke Reina. Jadi ini.
Reina bukan hanya berusaha memenangkan pertandingan , tapi juga berusaha melukai Naya.
" b******k !!" Atan mengumpat begitu melihat Naya tersungkur di tengah gelanggang sambil memegangi lengan kirinya yang patah lagi akibat tendangan sabit kanan dari Reina mengenai tepat lengan kiri Naya. Bahkan di babak kedua, detik pertama Reina langsung melangsungkan aksinya.
Tubuh Naya langsung dibawa ke pinggir gelanggang dan Naya terpaksa gak bisa menyelesaikan pertadingan karena nyeri yang luar biasa menjalar di lengannya. Karena parahnya keadaan Naya maka cewek itu dibawa ke ruangan khusus untuk menangani cedera dan patah tulang yang memang kemungkinan terjadi saat pertandingan seperti ini.
Dokter spesialis tulang langsung menangani Naya dan memasang gips ke cewek itu.
Tanpa aba-aba, Atan langsung turun ke tempat Naya dan menerobos siapapun yang menghalangi jalannya seperti orang kesetanan. Harusnya ia sadar siapa orang yang seharusnya ia lindungi, bukan malah melindungi orang selicik Fray. " Minggir elah!"
Naya memejamkan matanya menahan sakit yang amat sangat di lengan kirinya. Karena lengan kirinya pernah patah waktu Naya menolong Atan dari teman-teman Atan yang akan menyodorkan cowok itu narkoba saat mereka kelas tiga SMP di semester pertama.
Dirga juga gak kalah kaget saat melihat Reina menendang tepat dilengan kiri Naya sehingga membuat cewek itu jatuh tersungkur di gelanggang. Bagaimana bisa cewek itu tau kelemahan Naya? Ia hampir aja bangkit dari tempatnya untuk melihat keadaan Naya, tapi ia sadar bahwa ia sudah gak dibutuhkan lagi setelah melihat Atan berlari menerobos siapapun untuk menghampiri Naya. Akhirnya ia beranjak untuk pergi dari sana. " Gue mau nyari makan." ucapnya ke Fray. Cewek itu mengikutinya.
Naya masih berbaring di ranjang dengan kondisi tangan di pasang gips. Aryo, Aldo, Bagas dan Bara sudah ada disampingnya sejak ia ditangani dokter.
" Sialan emang! Bisa-bisanya dia maen curang. Ke titik lemah lo lagi Nay," ucap Aldo yang sudah dari awal pertandingan curiga dengan serangan-serangan lawannya Naya yang selalu mengincar lengan kiri adiknya.
" Darimana dia tau ya?" Bagas jadi bingung. Padahal mereka gak ada yang kenal sama lawannya Naya, walaupun ini kedua kalinya Naya melawan cewek itu. Bahkan dulu Naya yang menang telak. Karena di babak pertama, Reina udah gak bisa bangun lagi buat melanjutkan pertandingan.
" Nay!" sahut Atan dengan napas terengah-engah karena ruangan tempat Naya ditangani ada diujung dari tempatnya menonton pertandingan tadi.
Naya melotot gak percaya dengan orang yang sekarang berada disampingnya ini, ia hampir aja menangis begitu Atan memeluknya sangat erat. " Arghhh! Bego lo!" jeritnya karena Atan menyenggol lengan kirinya yang sakit.
Atan melepaskan pelukannya dan nyengir sambil mengusap tengkuknya. " Lagian lo demen banget matahin tangan sendiri."
" Daripada lo sukanya matahin hati orang. Parahan mana coba?!!" Naya melotot marah, mencoba untuk mengeluarkan semua kekesalannya ke cowok itu.
Atan tersentak tapi malah ketawa, bikin temen-temennya yang lain ikut ketawa karena ucapan konyol Naya. " Maaf ya Nay. Gue yang bego."
Naya mengangguk." Emang lo bego. Baru sadar?" Ia menautkan alisnya dengan tampang meremehkan.
Atan mengusap wajahnya dengan gemas. Ia baru sadar kalo ia sangat rindu dengan pertengkaran kecil seperti ini sama Naya." Untung lo lagi sakit, Nay."
" Kalo tangan gue sembuh. Gue bunuh lo Tan!" sahut Naya yang merasa gak adil karena gak bisa melawan Atan disaat seperti ini.
Aryo dan Bagas yang ketawa paling ngakak karena mereka merasa Naya sudah sembuh total dari ucapan khas Naya ke Atan. " Alhamdulillah cuma tangannya yang patah tapi otaknya Naya masih normal," ucap Bagas, bikin Naya melotot tajam ke cowok itu.
Sementara seseorang yang sedari tadi mengintip keberadaan Naya bersama teman-temannya mengepalkan tangannya, kesal karena Naya masih aja dikelilingi oleh banyak orang yang menyayanginya. Bahkan Atan yang sepertinya sangat membenci cewek itu dengan mudahnya kembali ke Naya dan minta maaf.
Fray tersenyum licik kemudian pergi dari sana. Sebelum pergi ia menyerahkan sebuah amplop ke seseorang yang tadi menjadi lawan tanding Naya di gelanggang. " Kerjasama yang baik. Selamat atas kemenangan lo," ucapnya lalu berbalik dan pergi.
Reina menatap amplop ditangannya dengan senyum penuh kemenangan. Setidaknya ia melakukan semua ini bukan hanya demi uang dari orang yang baru ia kenal beberapa jam yang lalu yang untungnya memberi tau titik kelemahan seorang Naya. Tapi karena dendamnya ke Naya karena setahun yang lalu cewek itu berhasil membuatnya kalah telak di babak pertama kejuaraan ini.