Bagas panik karena Naya gak juga balik ke kelas setelah bertengkar dengan Atan tadi pagi di koridor kelas mereka. Semua orang tau kalo mereka baru aja bertengkar dan Naya yang langsung pergi ke ruang latihan.
Hingga jam istirahat kedua bunyi pun Naya belum juga kembali makanya Bagas langsung ke ruang latihan silat, tempat biasa Naya latihan.
Tubuh Naya tergeletak diatas matras dengan keringat yang memenuhi tubuhnya. Bagas hampir aja menjerit kalo Aryo gak membekap mulutnya. " Jangan bikin drama lagi bego! Udah cukup banyak adegan sinetron hari ini!" Bagas mengangguk, baru Aryo melepaskan bekapannya dari mulut sahabatnya itu dan nyamperin tubuh Naya.
Naya gak sadarkan diri.
Bahkan tangan dan kaki cewek ini ada bekas kebiruan, menandakan Naya baru aja melampiaskannya kekesalannya pada samsak.
Harusnya Naya sadar kalo ngelawan benda mati gak bakal menang, ikutan mati sih iya.
Akhirnya Aryo mengangkat tubuh Naya dan membawa cewek itu ke UKS. Beberapa orang memperhatikan mereka, apalagi Bagas yang membawa rok Naya yang udah roberk dibagian samping.
Semoga aja pada gak salah sangka.
Toh mereka bakal bonyok duluan kalo macem-macem sama Naya.
Bagas mengambil minyak kayu putih dan mengoleskannya di bawah hidung, kepala dan leher Naya. Berharap sahabatnya ini segera sadar.
" Telpon Aldo aja kali ya. Minta jemput," ucap Aryo memikirkan satu-satunya kemungkinan orang yang akan membawa Naya pulang. Karena gak mungkin Bagas ataupun Aryo karena mereka selalu nebeng sama mobil Atan.
Dan Naya tadi pagi dianter Aldo ke sekolah makanya cuma satu kemungkinannya.
" Gue aja yang anter dia balik." Dirga muncul dari balik pintu UKS dengan wajah yang gak kalah kacau.
Aryo menyikut lengan Bagas, memberi kode ke cowok itu biar gak asal bicara di situasi seperti ini. Untungnya Bagas mengerti. Ia membopong Naya ke mobilnya Dirga. Aryo menuju ke guru piket untuk meminta surat ijin Naya. Untungnya guru itu gak curiga karena emang tadi liat Naya pingsan di UKS.
Untungnya lagi bel yang menandakan istirahat kedua telah selesai sudah berbunyi semenit yang lalu sehingga koridor dan lapangan sudah bersih dari siswa yang pasti bakal nontonin mereka ini.
" Jagain Naya ya," ucap Bagas yang hanya dijawab dengan anggukan Dirga.
Dirga mengendarai mobil sedannya menuju rumah Naya. Cewek itu masih belum sadarkan diri disampingnya. Lebih baik seperti ini. Karena kalo Naya sadar, ia gak mau cewek itu bakal nangis lagi dan membuatnya mengurungkan rencananya.
" Adek gue kenapa?" tanya Aldo panik, ia langsung mengambil alih Naya dari gendongan Dirga dan membawa tubuh adiknya itu ke kamar lalu membaringkannya.
" Dia latihan terus jadi kecapean kak," ucap Dirga yang sebenernya gak bohong. Walaupun ia gak menjelaskan kenapa Naya bisa latihan sampe pingsan gini.
Aldo gak banyak bertanya lagi dan membiarkan adiknya untuk istirahat sementara Dirga pamit untuk kembali ke sekolah. " Makasih ya," ucap Aldo dengan sangat tulus.
Dirga tersenyum simpul. Kalo aja Aldo tau alasan adiknya bisa sekacau itu, ia gak yakin bakal menang ngelawan pemegang sabuk hitam taekwondo ini.
Dirga gak bener-bener balik ke sekolah, ia memilih untuk pergi ke pantai.
Tempat terakhir Dirga bicara baik-baik dengan Naya bahkan ini menjadi tempat bagaimana ia menyatakan perasaannya ke cewek itu.
" Maafin gue Nay. Gue terpaksa bohong. Gue sayang sama lo. Tapi gue mau lo bahagia sama Atan. Karena gue sadar gue gak akan pernah bisa gantiin Atan di hati lo. " Dirga menarik rambutnya kuat-kuat. " Maaf karena gue udah mempermainkan lo."
.....
Beberapa menit kemudian Naya tersadar, ia malah melihat langit-langit kamarnya dan menengok ke meja belajarnya. Aldo lagi duduk disana sambil menelungkupkan wajahnya ke meja. Sepertinya Aldo menunggunya sampe ketiduran." Kak Aldo." Panggilnya dengan susah payah. Karena tenggorokannya terasa kering banget.
Aldo tersentak dan melihat adiknya yang sudah sadar. " Haus Nay?" Ia buru-buru mengambilkan segelas air putih dan memberikannya ke Naya. Naya langsung meneguk air putih itu sampai habis seakan ia gak pernah minum berhari-hari. " Lain kali latihan gak usah keras-keras. Kasian badan lo."
Naya mengernyitkan dahinya. Darimana Aldo tau? " Siapa yang bawa gue kesini kak?" Ia baru sadar kalo tadi pingsan di ruang latihan. Tapi sekarang udah ada dikamarnya.
" Dirga."
Satu nama itu.
Hanya satu nama itu.
Bahkan dengan satu nama itu berhasil meruntuhkan kembali pertahanan Naya. Ia langsung menangis lagi bikin Aldo panik. Dikiranya adiknya ini masih kesakitan.
" Kenapa sih Nay? Masih sakit ya? Mau gue panggil dokter?" Aldo langsung duduk disamping adiknya dan memegangi pundak Naya. Naya hanya menggeleng lalu memeluknya dengan sangat erat. Aldo terkekeh. " Adek gue manja ya kalo sakit," ucapnya yang kedengeran bodoh.
Naya mengulum senyum, setidaknya Aldo gak bertanya yang aneh-aneh. Karena ia gak mau kakaknya itu khawatir ataupun ikut campur dengan masalahnya.
Besok paginya pas weekend. Bara datang ke rumah Naya sambil membawakan cheseecake kesukaan Naya.
" Lo tau apa aja sih soal gue?" tanya Naya begitu melihat sepiring chesecake favoritnya udah minta banget diabisin.
Setelah menangis semalaman dalam pelukan Aldo, Naya merasa sedikit lega. Setidaknya ia telah menumpahkan semua kesedihannya. Walaupun Aldo hanya diam sambil mengusap-usap punggungnya dengan sangat lembut.
Bara keliatan lagi mikir. " Makanan favorit lo somay, minuman favorit lo pocari, lo suka sama At...."
" Udah gak lagi. Kayaknya," potong Naya sebelum Bara menyebutkan nama seseorang yang menjadi alasannya menangis semalaman, menjadi alasannya latihan sampe pingsan kemarin.
Bara melotot gak percaya." Really?"
Naya mengangguk pasti.
" Terus sukanya sama siapa sekarang? Gue?" Bara menunjuk dirinya sendiri dengan wajah percaya diri.
Naya langsung ngakak. " Tadinya sih Dirga. Tapi dia sama Atan sama aja."
" Dirga pasti punya alesan lain kenapa bisa begitu ke lo."
" Gue gak peduli. Yang jelas dia berhasil bikin gue move on dari Atan sekaligus ngancurin perasaan gue lagi," ucap Naya sambil memaksakan senyumnya.
" Makanya suka sama gue aja dijamin gak sakit hati, " ucap Bara dengan senyum percaya dirinya lagi .
" Ogah ah! Berondong!" sahut Naya bikin Bara langsung cemberut saat itu juga.