Rhea mengusap wajahnya kasar dan memilih keluar dari ruangannya, pikirannya saat ini hanya tertuju pada Keyla dan Kern, ia tidak mengerti dan tidak memiliki gambaran siapa yang sebenarnya meneror dengan hal gila seperti itu, seingatnya ia tidak memiliki musuh, ia selalu menjalin hubungan baik dengan karyawan rendahan sekalipun, mungkinkah ini salah satu musuh Arche? Pria itu merupakan pebisnis hebat di Jerman, tentu saja banyak musuh yang mengincarnya.
"Sayang, kalian sudah selesai dengan es krim kalian?" Rhea menatap Keyla dan Kern yang masih memegang sendok es krim masing-masing, namun saat Rhea mendekat ia bisa melihat keduanya sudah menghabiskan hampir tiga perempat bagian, membuat Rhea hanya menggeleng dengan senyum tipis, jika urusan es krim keduanya benar-benar nomor satu.
"Kalian benar-benar menikmatinya ya?"
"Es krim di sini sangat enak Mommy, Kern saja bilang begitu tadi padaku," perkataan Keyla membuat Rhea menatap Kern dengan tatapan memicing, namun senyum tidak pernah luntur dari bibir wanita itu.
"Aku ingin pulang sekarang," Kern berdiri dari duduknya, meninggalkan Rhea dan Keyla yang masih terdiam di tempatnya.
"Kern, jangan berjalan mendahului kami jika tidak ingin sesuatu seperti tadi terulang kembali," teriakan Keyla seketika menghentikan langkah kecil Kern, anak lai-laki itu tidak menoleh, namun menghentikan langkahnya.
***
Begitu tiba di rumah, Rhea membuatkan kentang goreng karena keduanya mengatakan masih lapar, Kern dan Keyla sudah duduk di meja makan, Keyla dengan celotehannya dan Kern dengan keterdiamannya.
Dalam diamnya Kern terus memperhatikan Rhea, seseorang yang kini telah menjadi Mommy-nya, seseorang yang sedang sibuk dengan spatula dan penggorengan, membuatkan makanan untuknya dan Keyla.
Hari ini Kern merasa jika dirinya terlindungi, ada sosok yang memperhatikannya dan mengkhawatirkannya, membuat hati anak laki-laki itu sedikit menghangat mengingat ia kini memiliki seseorang yang selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk menjaga dirinya dan adiknya. Sejujurnya Kern ingin berterima kasih kepada Rhea, namun ego mengalahkan nuraninya, membuat anak itu hanya diam, tanpa sadar menyayangi Rhea perlahan-lahan yang begitu lembut padanya.
"Sejak Mommy di sini, aku tidak pernah lagi merasa kesepian, makan siang kami selalu ada yang menemani, tidak seperti biasanya yang hanya disiapkan oleh Christy dan dia akan pergi meninggalkan kita yang sedang makan," Keyla menerawang, kembali mengingat masa-masa saat Rhea belum ada, dan anak itu merasa semuanya berubah menjadi lebih baik saat Rhea hadir dan menjadi Mommy-nya.
***
Hari menjelang petang saat Arche pulang, begitu tiba di rumah ia di sambut oleh tawa kedua anaknya yang sedang bermain di ruang tamu, wajah lelahnya langsung hilang begitu saja melihat bagaimana Keyla dan Kern yang tertawa saat keduanya sedang menonton kartun sponge berwarna kuning itu.
"Wah, kalian menonton tanpa mengajak Daddy?" Arche langsung memeluk kedua anaknya itu dari belakang, mencium pipi Keyla dan Kern secara bergantian.
"Daddy!! Kau bau." Keyla menutup hidungnya dan menatap Arche dengan bibir yang mengerucut membuat Arche membaui dirinya sendiri dan tertawa seraya mengacak rambut Keyla, namun pria itu tidak berniat beranjak, ia justru duduk di antara keduanya dan membawa Keyla ke pangkuannya.
"Benarkah Daddy bau? Jika begitu, Daddy akan memberikan sebagian bau ini padamu," Arche mengangkat Keyla dari pangkuannya dan menciumi perut Keyla itu bertubi-tubi, membuat Keyla tertawa karena geli.
"Bagaimana harimu hari ini, boy?" Arche bertanya pada Kern yang masih fokus menatap layar televisi di depannya.
"Ahh Daddy, kau tahu? Tadi siang Kern hampir saja tertabrak mobil." Keyla yang sudah turun dari pangkuannya menatap Arche dengan wajah yang serius.
"Apa?! Bagaimana bisa?!" Arche bersuara dengan kerasnya, membuat Keyla terkesiap, satu yang dipikirkan oleh Arche hanya Rhea, emosinya langsung memuncak.
"Di mana Mommy?" tanya Arche mengusap wajahnya kasar, sejak tadi ia memang belum melihat Rhea.
"Sepertinya Mommy ke kamar," ujar Keyla bingung dengan perubahan sikap Arche yang kini terlihat gusar.
"Kalian lanjutkanlah menonton," Arche langsung menuju kamarnya, meninggalkan ke dua anaknya yang menatapnya dengan tatapan bingung.
"Ada apa dengan Daddy, Kern?" Keyla mencoba bertanya, membuat Kern menatap adik kembarnya itu lalu menarik Keyla lembut untuk duduk di sampingnya.
"Mungkin ada sesuatu yang ingin Daddy sampaikan pada Mommy," Kern masih fokus menatap layar televisi.
"Sepertinya hari ini aku mendengar kau memanggil Mommy dua kali," Keyla menatap Kern dengan tatapan berbinar, "Aku yakin dalam hati kau menyukai Mommy Rhea kan? Dan sekarang kau sudah bisa menerimanya. Kau seharusnya berterima kasih pada Mommy yang sudah menyelamatkanmu hari ini," Keyla meninju kecil lengan Kern membuat Kern mengalihkan tatapannya sejenak pada Keyla namun detik selanjutnya kembali fokus pada kartun favoritnya.
"Bagiku dia hanya bayangan sosok Mommy Zee, dan aku tidak pernah benar-benar menganggapnya sebagai Mommy, karena Mommy kita hanya satu, dan itu Mommy Zee," ucapan datar Kern membuat Keyla terdiam, dalam hati ia setengah setuju dengan ucapan Kern, karena sejujurnya hingga saat ini ia terkadang masih menganggap sosok Rhea sebagai Zee, menyayangi Rhea karena dia adalah sosok yang menggantikan Zenita.
***
Tatapan nyalang pria itu saat membuka pintu kamar langsung tertuju pada pintu kamar mandi, suara gemercik air dari dalam membuat Arche yakin istrinya ada di dalam sana, dengan tangan yang bersidekap, ia menunggu Rhea keluar masih dengan tatapan nyalangnya.
Dan saat pintu kamar mandi itu terbuka, Arche dengan langkah lebarnya dan wajah yang menakutkan menghampiri Rhea, bahkan saat wanita itu belum menyadari kehadiranya.
Arche dengan emosi yang meluap-luap langsung mencengkram siku wanita itu dan menariknya kasar, menghempaskan tubuh itu ke dinding dengan keras dan mencengkram rahang Rhea begitu kuat, membuat wanita itu meringis menahan sakit.
"Apa lagi salahku?" tanya Rhea di tengah rasa sakitnya, sakit saat Arche mencengkram sikunya yang terdapat luka saat tadi siang ia menyelamatkan Kern, sakit di punggungnya saat Arche mendorongnya kasar, dan sakit karena cengkraman tangan Arche yang begitu kuat.
"Sudah kukatakan jangan mencoba-coba untuk mencelakai anakku!! Apa yang kau lakukan tadi siang hingga membuat Kern hampir tertabrak?!! Kau ingin membunuh anakku setelah ayahmu membunuh istriku?!!" Rhea mengerjap di tengah rasa sakitnya, kepalanya ingin menggeleng, namun cengkraman Arche begitu kuat pada rahangnya.
Arche menatapnya penuh kebencian, menampar Rhea begitu kuat setelah menghempaskan cekalan tangannya pada rahang wanita itu, tamparan Arche membuat Rhea tersungkur dan tanpa sengaja keningnya mengenai kursi meja rias, membuat wanita itu meringis, ia menyentuh keningnya dan melihat darah di tangannya akibat benturan itu.
Rhea menatap Arche yang masih menatapnya penuh kebencian, bahkan pria itu tidak terlihat menyesal sekalipun dengan apa yang telah ia perbuat, membuat Rhea tersenyum miris, memang apa yang kau harapkan Rheana? Dia dengan wajah menyesalnya menghampirimu dan meminta maaf? Rhea tertawa dalam hati, menertawakan kebodohannya.
"Sekali lagi aku mendengar kau membuat anakku dalam bahaya, aku sendiri yang akan membunuhmu dengan tanganku."
Bantingan suara pintu kamar mandi membuat Rhea menutup matanya, menghembuskan napas lelah bersamaan dengan air mata yang perlahan membasahi wajahnya. Hatinya kembali terluka saat dengan teganya Arche menuduhnya dengan fitnah keji seperti itu, bahkan tidak pernah terlintas sedikit pun dalam pikirannya untuk mencelakai Keyla dan Kern, bagaimana Rhea melukai dua anak itu yang sudah ia anggap anaknya sendiri?
"Kau memang hebat Arche, kau selalu bisa menunjukkan bagaimana caranya membuatku menangis, dan aku membenci itu!" Rhea mengusap kasar air matanya, berdiri dan menuju lemari, mengganti bathrobe-nya dengan baju santai sebelum keluar untuk makan malam.
***
"Daddy,kau lama sekali, kami menunggumu," protes Keyla saat Arche baru saja memasuki dapur dengan rambut yang masih basah, semuanya sudah duduk di kursinya masing-masing untuk menikmati makan malam, bahkan Arche bisa melihat bagaimana senyum tipis Rhea saat mendengar protes Keyla, seolah wanita itu melupakan semua yang telah terjadi, dan sesaat Arche tertegun dengan senyum tipis yang tersungging di bibir wanita yang setiap hari ia sakiti.
"Nah, karena Daddy sudah datang, sebaiknya kita memulai makan malam ini," suara Rhea yang mengalun dengan lembutnya membuat Arche sekali lagi membeku, seperti inikah wanita itu memperlakukan anaknya setiap hari?
"Keyla mau apa sayang?"
"Aku mau ayamnya Mommy, dua ya," Keyla menunjukkan jumlah dua dengan jarinya membuat Rhea tersenyum dan mengambil dua paha ayam itu untuk Keyla, yang Rhea tahu dari Christy, Keyla memang sangat menyukai ayam goreng.
"Kern, tambah sayurmu sayang," kini perhatian Rhea beralih pada Kern yang hanya mengambil sedikit tumis brokoli yang ia buat, dengan penuh perhatian ia kembali menyendokkan tumis sayur hijau itu di piring Kern, dan Rhea tersenyum melihat tidak ada penolakan dari Kern.
Kini wanita itu beralih pada piring Arche yang masih kosong, dengan penuh kelembutan dan senyum yang tidak pernah pudar, ia mengambilkan nasi, lauk serta sayur di piring pria itu, dan semua itu tidak luput dari pengelihatan Arche, bahkan piring wanita itu masih kosong, namun dengan begitu perhatiannya ia mengesampingkan rasa laparnya demi mendahulukan anak dan suaminya, membuat setitik rasa bersalah itu muncul dari diri Arche, salahkah dirinya yang menjadikan Rhea yang tidak tahu apa-apa menjadi objek balas dendamnya?
Kening wanita itu yang terluka akibat ulahnya masih bisa Arche lihat walau tertutup poni, dan juga rahang wanita itu yang sedikit membiru karena cengkraman kuat tangannya, dan Arche yakin punggung wanita itu juga tidak baik-baik saja.
'Arggh peduli setan dengan kebaikannya. Dia hanya anak dari wanita yang membunuh istrimu Arche, ingat itu!' setan dalam diri Arche berbisik.
"Daddy, tadi kan Keyla belum selesai bercerita tentang kejadian tadi siang," suara Keyla akhirnya membuyarkan lamunan Arche, membuat pria itu sedikit gelagapan dan menatap Keyla dengan senyum.
"Ah, maafkan Daddy saying. Ayo lanjutkan ceritamu,"
"Tadi Kern hampir saja tertabrak karena dia berjalan meninggalkan Keyla dan Mommy, bahkan saat Mommy berteriak agar Kern berhenti untuk tidak menyeberang jalan sendirian, dia tetap tidak mau mendengarkan Mommy, dengan bodohnya dia menyebrang jalan tanpa melihat kanan dan kiri, hingga ada mobil yang melaju dengan kecepatan kencang, untung saja Mommy langsung berlari dan menarik tubuh Kern ke tepi jalan, tapi karena dia Mommy terluka dan berdarah," Keyla mengakhiri ceritanya dengan menatap Kern sebal saat kembali mengingat jika Rhea terluka karena kecerobohan Kern.
Sedangkan Arche hanya mampu terdiam, mencerna dengan baik semua ucapan Keyla, seketika wajahnya pias, ia melirik ke arah Rhea yang begitu tenang menyantap makan malamnya, tanpa sadar Arche mengusap wajahnya kasar, meneliti seluruh tubuh wanita itu, berusaha mencari luka yang tadi dikatakan oleh Keyla, dan netranya terhenti pada siku wanita itu yang terbalut perban, wajahnya bertambah pias mengingat bagaimana ia juga mencengkram erat siku wanita itu dan membenturkan tubuhnya ke tembok.
"Maafkan aku," cicit Kern dengan suara lirihnya, membuat Rhea tersenyum dan mengusap puncak kepala Kern yang berada di depannya dengan sayang.
"Tidak apa-apa sayang, lain kali kau harus mendengarkan Mommy dan lebih berhati-hati ya," Kern hanya mengangguk dan kembali menyantap makanannya dalam diam.
"Nanti setelah ini Mommy langsung tidur saja ya, biar malam ini Daddy yang menemaniku dan Kern mengerjakan pekerjan rumah dan membacakan dongeng, tidak apa-apa kan Daddy?" tanya Keyla dengan wajah polosnya dan Arche hanya mengangguk kaku, ia masih terpaku saat melihat bagaimana lagi-lagi Rhea yang tersenyum dan menatap penuh kasih pada kedua anaknya.
***
Arche menuju kamarnya setelah berhasil membuat kedua anaknya terlelap, dengan langkah pelan ia menuju kamarnya, namun bukan menuju ranjang melainkan menuju sofa tempat di mana seseorang yang sudah berstatus sebagai istrinya tengah terlelap.
Arche membungkuk, menatap wajah Rhea lebih dekat, ia tidak tahu apa yang dirasakannya, batinnya seolah sedang berperang, bahkan rencana balas dendamnya belum dimulai. Awalnya ia ingin menyiksa wanita itu, namun saat dirinya memberikan tamparan entah mengapa hatinya tidak tega, terutama melihat bagaimana senyum wanita itu saat berbicara dengan anak-anaknya, dan juga tatapan lembut keibuan yang selalu wanita itu berikan, sanggupkah dia menyakiti wanita yang kembali memberikan warna dalam kehidupan anaknya? Bagaimana jika ia terus melanjutkan rencana balas dendamnya namun anaknya mungkin akan tersakiti saat wanita itu memilih melepaskan diri darinya? Arche sekali lagi menatap dalam wajah damai Rhea yang terlelap, memikirkan langkah selanjutnya untuk wanita itu, namun yang ada justu senyuman-senyuman wanita itu yang memenuhi kepalanya.
"Bagaimana pun caranya, aku tidak akan pernah melepaskanmu dan akan tetap membuatmu menderita seperti rencana awal," Arche berdesis sebelum menuju ranjangnya.
"Jangan lemah Arche, jangan lemah hanya karena senyum wanita itu." Arche membatin, masih berperang dengan hatinya, namun sepertinya iblis lebih mendominasi hati pria itu dengan semua rencana jahat yang mulai ia susun satu-satu di otaknya.
To be continue...