bc

Growing Pains || Indonesia

book_age18+
3.4K
IKUTI
34.1K
BACA
revenge
family
love after marriage
arranged marriage
boss
twisted
like
intro-logo
Uraian

Mengecap kesakitan sudah menjadi hal yang biasa untuk seorang Rheana Rosalind, sepanjang hidupnya wanita berusia dua puluh lima tahun itu selalu hidup ditemani oleh luka, lalu sebuah kejahatan yang dilakukan ayahnya membuat ia harus terlibat dalam sebuah kasus panjang yang menyeretnya dalam luka baru juga menjadi sasaran balas dendam seseorang atas apa yang telah dilakukan oleh ayahnya.

Kematian istrinya meninggalkan duka mendalam bagi Arche Aldene dan anak kembarnya, lalu untuk membalaskan sakit hatinya ia menyusun rencana keji dengan menciptakan neraka penderitaan untuk anak dari tersangka utama kasus pembunuhan istrinya, sebuah rencana keji yang ternyata menjadi bumerang untuknya.

Kedua manusia itu akhirnya terikat oleh takdir yang telah menjadi skenario Tuhan, hingga membawa keduanya pada sebuah kenyataan tentang kasus yang selama ini menjadi awal dari keduanya saling terikat. Sebuah cerita lain yang juga menjadi luka baru untuk keduanya.

Lalu dengan semua luka yang telah mereka alami juga berbagai perasaan asing yang perlahan-lahan muncul, akankah mereka memilih untuk bertahan atau memilih pergi dengan membuat cerita kehidupannya masing-masing?

chap-preview
Pratinjau gratis
Part 0 | The Beginning of the End
Pria itu tersenyum puas saat pelurunya kembali berhasil menciptakan banyak darah di lantai, lalu ia meniup asap yang mengepul dari mulut pistol sebelum akhirnya mencium pistol itu dengan senyum menakutkannya, Sherlley yang melihat itu hanya bisa bergidig ngeri dan menelan ludahnya susah payah, lalu tatapannya beralih pada Rhea yang duduk memunggunginya dengan darah yang terus menerus keluar hingga baju wanita itu kini bersimbah darah. 'Ya Tuhan, selama ini aku telah salah, wanita itu memang wanita yang tepat untuk Arche juga ibu untuk Keyla dan Kern, ia bahkan mengorbankan nyawanya untuk seseorang yang bukan darah dagingnya.' Sherlley tersenyum miris, membayangkan bagaimana sakitnya Rhea menahan luka itu, dirinya yang mendapat tembakan di kaki saja benar-benar terasa menyakitkan, lalu bagaimana dengan wanita itu? "Ah, bagaimana ini Rheana? Peluruku sepertinya masih tersisa satu atau mungkin dua, dua tembakan tadi seharusnya untuk anakmu, tapi kau dengan bodoh mengorbankan dirimu." Pria itu kembali bersuara sedangkan Rhea hanya bisa mendengarnya samar-samar dengan rasa sakit yang semakin menjadi juga kesadaran yang menipis. "Mommy, apa yang dibicarakan orang itu?" Kern kembali berujar takut, menatap Rhea yang terlihat begitu pucat. "Jadi, seharusnya peluru terakhir ini untuk membunuhmu, kau sudah tau konsekuensinya jika kau melindungi anakmu kan? Kau terlalu bodoh Rheana, bahkan jika kau melindungi mereka dengan nyawamu, mereka juga akan tetap mati di tanganku karena itu adalah tujuan awalku, kau membuang-buang peluruku yang berharga dengan menjadi tameng untuk anak-anak bodoh itu." Pria itu mendecak kesal dan Sherlley bisa melihat bagaimana pria psikopat itu yang kembali tersenyum iblis dengan mengarahkan pistolnya pada Rhea yang sudah terlihat tak berdaya. Lalu Sherlley mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menghentikan kegilaan pria itu walau mungkin selanjutnya dia yang akan menjadi sasaran kematian, sebuah gelas kaca yang cukup besar juga piring berada tidak jauh di sisi kirinya, membuat wanita itu harus sedikit menyeret tubuhnya dengan rasa sakit di kakinya. "Jadi ini adalah satu perluru untuk kematianmu Rheana." Ia menarik pelatuknya dengan senyum bengis membuat Sherlley memejamkan matanya dan mengayun kuat gelas kaca di tangannya dan mengarahkannya hingga mengenai tangan pria itu dengan tembakan yang meleset pada tumpukan barang-barang di sisi kiri. "Mommy," teriak Keyla tertahan saat kembali mendengar bunyi letusan, membuat Rhea ikut mengeratkan pelukannya dan merengkuh keduanya penuh kewaspadaan dengan rasa sakit yang semakin menjadi dan kesadaran yang semakin menipis. "b******k!! Kau mencari mati rupanya!!" pria itu menatap bengis pada Sherlley yang kini menunduk takut dan bersiap mendapat vonis kematian, lalu saat pria itu akan mengambil pistolnya yang terlempar di dekat pintu, pintu terbuka dengan lebar hingga pistolnya kembali terlempar ke sudut ruangan. "Shitt!" pria itu mengumpat untuk melihat siapa yang kembali mengganggu kesenangannya, namun belum sampai pria itu berdiri untuk melihat siapa yang datang, seseorang langsung memukul punggungnya dengan kuat, menginjaknya lalu membekuknya. Arche menatap ke seluruh ruangan begitu masuk, satu yang menjadi fokusnya kini adalah keberadaan Rhea juga anak-anaknya, namun yang ia lihat justru Sherlley yang terduduk lemah di lantai dengan kaki tertembak dan ia melihat Henry mendekati wanita itu. "Mommy, sepertinya suasana berubah menjadi ramai, mungkinkah Daddy sudah datang?" tanya Keyla lirih berusaha melepaskan pelukan Rhea namun Rhea menggeleng lemah dan masih mempertahankan pelukannya. "Jangan pernah lepaskan pelukan Mommy, sayang," lirih Rhea masih belum yakin jika mungkin bantuan yang datang. Lalu tatapan mata Arche berhenti pada sosok yang duduk bersimpuh membelakanginya dengan punggung bersimbah darah, hatinya bertalu keras menghantarkan rasa sakit yang tidak bisa ia jelaskan, dengan langkah lebar ia menghampiri tubuh yang terlihat sangat lemah itu lalu ikut berjongkok dan menyentuh bahunya hingga tubuh itu langsung jatuh dan Arche dengan sigap menahannya. "Mommy," teriakan itu menyadarkan Arche jika wanita di pangkuannya kini adalah Rhea, wajah wanita itu begitu pucat dengan darah yang mengering di pipinya. "Rheana," lirih Arche dengan nada menyayat hati. "Hiks, hiks, Daddy tadi orang itu melukai Mommy. Hiks, hiks Mommy jangan tinggalkan Keyla dan Kern," Keyla menangis histeris, membuat Arche yang mendengar langsung menatap keduanya bergantian, memastikan jika keduanya baik-baik saja. "Henry!!" teriak Arche kencang membuat Henry langsung datang, "Urus anak-anak dahulu," ujar Arche dingin membuat Henry mengangguk dengan sigap dan membawa anak-anak menjauh dari lokasi kejadian. "Rheana, kau harus tetap sadar! Tetap buka matamu Rheana," bisik Arche lirih membuat Rhea hanya memberikan senyum tipisnya dengan mata sayu. "Ke ... kenapa? Ini ... ini su... dah berakhir kan?" Rhea menarik napasnya dalam, menatap Arche dengan raut terluka. "Aku menyelamatkan anak-anakmu, kita impas. Nyawa dibalas nyawa, istrimu mati karena ayahku dan aku mati karena menolong anak-anakmu," Rhea menggumam perih mengingat bagaimana kehidupannya dengan Arche selama ini. Malam ini adalah akhir dari semuanya, takdir yang membuatnya terikat dengan Arche malam ini benar-benar berakhir. Arche menggelengkan kepalanya dengan raut sendu, ia yakin Rhea melindungi anak-anaknya karena murni keinginan tulus wanita itu, bukan demi membayar atas apa yang dilakukan oleh ayahnya, wanita itu terlalu baik, namun sejak awal ia menyakitinya begitu jahat. "Diam! Urusan kita belum selesai jadi jangan pernah mencoba menutup matamu Rheana," desis Arche dengan nada menyayat hati, pria itu mencoba menahan tangisnya melihat keadaan Rhea, mengingat bagaimana wanita itu memeluk anak-anaknya dengan tubuh bersimbah darah membuat hati Arche benar-benar terluka dan perasaan bersalah yang tidak bisa lagi dideskripsikan membuatnya kacau, kalut dan takut, terlalu banyak, terlalu banyak kesalahannya pada Rhea dan terlalu banyak hal yang harus ia lakukan untuk menebus semuanya. Tidak pernah terbayangkan olehnya di saat semua kasus ini telah berakhir ia justru menemukan Rhea yang meregang nyawa untuk melindungi anak-anaknya. "Ini sudah berakhir Arche. Kita impas, jadi berhentilah," lirih Rhea memejamkan matanya dan meringis kuat saat rasa sakit itu terasa membunuhnya pelan-pelan. "Tidak. Ini belum selesai, aku yang memegang kendali Rheana, hidupmu di tanganku dan aku belum mengijinkanmu untuk mati. Belum Rheana! Jadi jangan coba-coba untuk melawanku," karena masih banyak yang harus kita bicarakan setelah semua ini dan jangan pernah membuatku merasakan penyesalan yang mungkin akan kubawa sampai mati jika kau mati Rheana, Arche menambahkan dalam hati lalu membawa Rhea dalam rengkuhannya. "Tetap buka matamu Rheana," desis Arche lirih dan memeluk erat tubuh Rhea yang terasa begitu ringan dan segera membawa Rhea begitu Henry mengatakan jika ambulan telah datang. *** To be continue

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sweetest Pain || Indonesia

read
75.4K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
88.8K
bc

A Million Pieces || Indonesia

read
83.4K
bc

(Not) Sweet Revenge || Indonesia

read
44.6K
bc

Way Back Into Love || Indonesia

read
12.3K
bc

Beautiful Wound || Indonesia

read
40.9K
bc

Accidentally Married

read
106.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook